"Jenoooooooooooo."
Huang Renjun berteriak sejadi-jadinya. Bagaimana tidak, sekarang Jeno membawanya ke tengah laut menggunakan Jet Ski.
Mereka memang menggunakan pelampung. Hanya saja Renjun tidak habis pikir dengan otak pintar suaminya. Bagaimana bisa pria itu membawa istrinya yang sedang hamil lima bulan bermain di tengah laut menggunakan Jet Ski.
Benar-benar gila. Renjun rasa ada yang putus saraf di otak suaminya.
"Kau takut?" tanya Jeno. Ia menghentikan kendaraanya tepat di pinggiran garis pembatas laut dalam.
Renjun terisak. Kedua tangannya melingkar erat di pinggang Jeno. Ini pertama kalinya Renjun menaiki Jet Ski dan pergi ketengah laut. Rasanya sangat menakutkan. Apalagi setelah melihat dan merasakan secara langsung gelombang air laut yang menyapa mereka.
"Hei. Kau menangis?" Jeno memutar arah tubuhnya untuk melihat keadaan Renjun.
"Ayo pulang." rengek Renjun tanpa mau melepaskan pegangannya di perut Jeno.
"Baiklah, kita akan kembali. Jadi berhenti menangis, oke?" Jeno mengusak rambut Renjun yang setengah basah, "Ya ampun, Renjun. Padahal ini sangat menyenangkan. Kenapa kau begitu ketakutan."
Plak.
Satu tamparan kuat Renjun layangkan ke bahu Jeno yang terbuka. Setelahnya, ia mengeratkan kembali pegangannya, "Yang seperti ini kau bilang menyenangkan?"
Jeno merintih, tapi bibirnya tetap tersenyum. Melihat Renjun yang seperti bergantung padanya membuat hati Jeno tergelitik.
Pelan-pelan, Jeno memutar arah Jet Ski-nya menuju pantai. Tidak tega juga melihat Renjun ketakutan seperti itu.
Beberapa menit akhirnya mereka sampai. Petugas yang berjaga, membantu Renjun untuk turun. Menuntun laki-laki yang ketakutan itu hingga duduk di kursi pantai.
Jeno tidak ikut turun. Pria itu malah asik sendiri dan langsung memacu laju Jet Ski-nya, kembali bermain di tengah laut.
Setelah melepaskan pelampungnya, Renjun duduk sambil mengibas-ngibas rambutnya yang basah. Masih terlalu malas untuk bangkit dan berganti pakaian.
Pluk
Sehelai handuk berwarna putih singgah di kepalanya. Renjun menoleh ke kanan dan tidak menemukan siapapun kecuali dua orang turis yang tengah terbaring berjemur diri.
Tapi saat Renjun menoleh ke kiri, ia menemukan sosok Jaemin yang sudah tiduran di kursi kosong di sebelahnya.
"Jaemin?" ujar Renjun kurang percaya.
Pria itu nampak santai dengan hanya menggunakan celana boxer selutut dan kaos oblong berwarna hitam. Kulit putihnya jadi nampak kontras dengan warna baju dan warna rambutnya.
"Kau bisa masuk angin jika tidak segera ganti baju." kata Jaemin tanpa menoleh pada Renjun. Pandangannya lurus ke depan menatap Jeno yang tengah asik dengan mainannya. Pria itu memang selalu terlihat seperti anak-anak jika sudah bertemu dengan laut.
Renjun menundukkan kepalanya. Apa ini mimpi? Kenapa Jaemin bisa bersuara lembut padanya? Kalimatnya juga terkesan peduli.
"Terima kasih." kalimat dengan berat itu terucap.
Renjun menoleh pada Jaemin. Jika tidak salah dengar, Jaemin baru saja mengucapkan terima kasih padanya.
"Untuk?"
"Karena sudah menjauhi Jaehyun."
Renjun kembali menunduk. Tangannya bergerak pelan menyapukan handuk pada helai rambutnya yang basah. Entah kenapa hatinya tiba-tiba merasa malu karena pernah menjadi seorang selingkuhan dan menyakiti banyak orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
VERRAT [NOREN VER]
FanfictionWARNING : BxB, YAOI, M-PREG JENO x RENJUN ========================== Kisah asmaranya selalu berakhir rumit. Sekarang Renjun sudah menyerah, terserah saja Jeno ingin memperlakukannya seperti apa. ========================== NoRen Fanfiction Storyline...