20 - Amarah

4.5K 597 90
                                    

Hanya perkiraan, tapi rasa-rasanya chapter ini bakal tembus 45 komen tanpa balasan.
🤭

+
+
+

"Apa kau masih mengharap Renjun kembali padamu?"

Jimin berteriak marah tepat di depan wajah Haechan. Ia benar-benar tidak menyangka jika Haechan masih menyimpan rasa cinta pada orang yang sudah memiliki pasangan hidup itu.

Dan yang lebih parahnya, pasangan orang itu adalah sahabatnya sendiri, Lee Jeno. Jimin merasa sakit, kesal dan iri bercampur aduk. Kenapa semua orang bisa sesayang itu kepada Renjun.

Haechan membuang napasnya dengan kasar, "Tolong jangan berteriak, Jimin-ah. Ini tempat umum, kalau kau tidak lupa." ujarnya sambil meletakkan sendok dan garpunya. Selera makannya tiba-tiba menghilang.

Beberapa orang yang berada di dalam ruangan diam-diam melirik pada sepasang kekasih yang duduk di sudut sana. Mereka penasaran, apa yang membuat si wanita berteriak marah.

Jimin menggigit bibir dalamnya, "Tapi kenapa kau masih mau menunda lagi. Padahal orang tua kita sudah sama-sama setuju."

"Aku hanya khawatir dengan keadaan kariermu. Saat ini kau masih trending dan masih banyak dipuja-puja oleh para penggemarmu. Apa jadinya jika mereka tahu jika kau akan segera menikah. Mereka pasti akan kecewa berat."

Kemarahannya mereda, membuat raut wajahnya juga ikut melembut. Apa yang Haechan katakan memang ada benarnya. Tetapi, jika Jimin tidak segera menikah dengan Haechan, bisa-bisa pria ini kembali merebut Renjun dari hidup Jeno.

Lalu meninggalkannya sendirian lagi dengan banyak luka. Jimin tentu tidak mau jika itu sampai terjadi.

"Aku benar-benar tidak peduli dengan itu." lirih Jimin.

"Tapi aku peduli. Dari dulu aku tahu jika menjadi artis terkenal adalah impian terbesarmu. Dan aku tidak ingin merusak impian itu begitu saja." jelas Haechan.

Jimin hanya diam memasang wajah tanpa ekspresi. Entah kenapa ia yakin ucapan itu tidak berasal dari lubuk hati Haechan. Pasti ada sesuatu dibalik semua kalimat-kalimat penuh alasan itu.

Huang Renjun.

Hanya itu satu-satunya nama yang terus Jimin sangkut pautkan dengan Haechan. Karena hanya nama itu yang selalu membuat Jimin jadi tidak tenang.

Pasti Haechan sengaja menunda-nunda pernikahan mereka karena masih mengharapkan Renjun kembali padanya.

:
:
:
++ (҂⌣̀_⌣́) ++
:
:
:

Lee Jeno duduk tenang sambil melipat kedua tangannya di meja makan. Menunggu dengan sabar hidangan yang sekarang sedang dimasak oleh sang istri. Tidak ada Karui yang membantu disana, karena Renjun menyuruh wanita itu untuk mengerjakan pekerjaan lainnya.

Renjun sudah selesai membuat telur gulung dan sekarang tinggal menunggu supnya benar-benar matang.

Helaan napas ringan sudah berulang kali Jeno lepaskan untuk menghalau rasa bosan. Ia sudah menunggu lebih dari lima menit untuk sarapan paginya. Padahal hari ini dirinya ada rapat penting dengan Lee Group yang dikelola oleh ayahnya.

Tidak ingin menunggu lebih lama, Jeno berdiri dari kursinya lalu menghampiri Renjun yang masih mengaduk supnya. Ia peluk tubuh mungil itu dari belakang, perlahan dengan gerakan yang mesra.

"Masih lama?" tanya Jeno lembut. Ia juga mengendus leher belakang Renjun yang terbuka, "Aku sarapan di kantor saja ya."

Jeno sengaja bertindak mesra seperti ini agar Renjun tidak marah. Sudah bersama dengan laki-laki Huang itu selama berbulan-bulan, tentu Jeno mulai mengetahui apa yang Renjun suka dan apa yang Renjun tidak sukai. Memang tidak seluruhnya, hanya sebagian kecil yang umum saja.

VERRAT [NOREN VER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang