Suasana di dalam toilet terasa agak menyeramkan. Renjun memberanikan dirinya untuk tetap masuk. Dilihatnya ada seseorang di depan kaca besar, seperti sedang membenahi penampilannya.
Ingin menyapa, tapi perut Renjun tidak bisa diajak kompromi lagi. Ia langsung masuk kedalam salah satu bilik dan langsung memuntahkan apapun isi perutnya.
Renjun dapat merasa puas walau hanya sebentar karena mualnya hilang, tapi hanya beberapa saat kemudian dan ia kembali muntah. Kali ini disertai dengan kepala yang mulai terasa pusing.
Ia tidak menyangka jika hamil bisa membuatnya sangat kerepotan seperti ini. Mungkin ia harus mendiskusikan hal ini pada suaminya nanti, jika ia hanya ingin memiliki satu anak saja.
"Hoek..." Renjun kembali menunduk di lubang kloset. Matanya sudah berair karena rangsangan yang seperti tiada henti.
Renjun berdiri setelah merasa lebih lega, ia kemudian mengelap air matanya menggunakan tisu. Berusaha dengan sekuat tenaga yang ia punya untuk keluar dan menemui suaminya.
Sepertinya Renjun tidak akan sanggup jika harus masuk kedalam acara pesta.
Selangkah setelah keluar dari bilik, Renjun mendapati orang yang tadi ada di depan cermin kini berdiri di depan pintu menghadangnya. Tapi wajah orang itu terlihat buram di mata sayunya.
"Kau siapa?" tanya Renjun lemah sebelum gelap menyapa pandangannya. Ia tumbang di lantai toilet yang lembab.
"Aakh."
:::
"Aku Jung Jaehyun. Direktur dari Jung Company."
Jeno meremas jemari Jaehyun dengan agak kuat. Pantas saja wajahnya tidak asing, ia pernah melihat gambar wajah itu beberapa bulan lalu sebelum menikah dengan Renjun.
"Aku tidak menyangka kita akan bertemu di tempat yang seperti ini." Jeno menyunggingkan senyuman untuk meredam rasa cemburu yang mulai menggerogoti hatinya.
Jadi ini orangnya. Orang yang sudah menjadi bayang-bayang Renjun selama ini. Ternyata Jeno salah karena mengira Haechan yang paling berarti bagi Renjun, tapi kenyataannya tidak.
Jaehyun menarik kembali tangannya lalu menyimpan keduanya di balik saku celana merah marun yang ia kenakan, "Kebetulan yang kurang bagus ya." komentarnya.
Jeno mengeraskan rahang. Kembali diam dan menahan amarahnya. Bukankah aneh jika kau tiba-tiba memukul orang yang baru saja kau lihat.
Apalagi jika orang tersebut tidak melakukan kesalahan apapun.
Berdoa saja semoga Jaehyun tidak melontarkan kata-kata yang bisa membuat emosi Jeno sampai pada ambang batasnya.
Kalau tidak, maka perkelahianlah yang akan terjadi selanjutnya.
"Apa Renjun baik-baik saja?"
Jeno menoleh pada pria yang masih betah berdiri pada pijakannya, "Kurasa itu bukan urusanmu, tuan Jung. Kau tidak berhak tau kehidupan istriku." geram Jeno sambil menekan kata istri pada kalimatnya.
Jaehyun tertawa pelan, "Setahuku, dia tidak suka dengan pesta, ia akan merajuk jika berada di dalam susana pesta terlalu lama."
Cemburunya tersulut, Jeno langsung mencengkram kerah kemeja milik Jaehyun, ia mendorongnya hingga tubuh itu menabrak dinding yang keras, "Jangan bicara seolah-olah kau tau semua tentang istriku."
"Aku memang tau semua tentangnya. Aku juga tahu jika sampai sekarangpun ia tidak bisa lupa denganku. Karena kami berdua sama, masih saling terikat dengan benang merah yang tak terlihat." balas Jaehyun dengan dengusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
VERRAT [NOREN VER]
FanfictionFollow dulu sebelum baca √ End- WARNING : BxB, YAOI, M-PREG JENO x RENJUN ========================== Kisah asmaranya selalu berakhir rumit. Sekarang Renjun sudah menyerah, terserah saja Jeno ingin memperlakukannya seperti apa. ======================...