24 - Honeymoon 3

4K 495 24
                                    

Rasanya melelahkan, bahkan kegiatan ringan sekalipun pasti akan membuatnya lelah dengan cepat. Jadi Renjun hanya membaringkan tubuhnya di sofa panjang dengan paha Jeno sebagai bantalan. Kedua tangannya sibuk memainkan ponsel, membuka beberapa akun sosial medianya untuk sekedar mengecek notifikasi yang masuk lalu kemudian menutupnya kembali.

Disisi lain, Jeno duduk dengan tenang. Ia juga memainkan ponselnya untuk memeriksa beberapa email yang masuk tentang agenda pekerjaan yang ia tinggalkan untuk liburan. Bagaimanapun juga, ia harus tetap bertanggung jawab dengan perusahaan yang didirikannya. Jadi, sebisa mungkin Jeno akan tetap bekerja disela-sela waktu liburnya.

Renjun berkali-kali menghela napas berat. Ia mulai merasa bosan dengan apapun yang ia lakukan.

Setelah meletakkan ponselnya begitu saja, Renjun beranjak meninggalkan Jeno untuk menuju dinding kaca yang lebar. Menarik satu bean bag untuk ia duduki, bibirnya mulai tersenyum menikmati pemandangan pantai dan laut yang terlihat sangat indah.

Masih pukul sepuluh pagi dan perut Renjun sudah kenyang. Jadi ia akan membiarkan Jeno fokus pada pekerjaannya. Biarkan saja pria itu berada dalam dunianya sendiri untuk beberapa saat.

Drrt drrt drrrt

Fokus Jeno terganggu karena getaran ponselnya, ia melirik Renjun sekilas setelah melihat nama Jimin tertera di layar ponselnya.

"Hm?" jawab Jeno setelah mengangkat panggilan.

"Kalian masih liburan?"

Kembali, Jeno melirik ke arah Renjun yang masih setia menatap pemandangan di depannya. Alisnya terangkat sebelah, merasa heran karena Jimin mengetahui acara liburannya. Dari mana dia tahu?

"Ya."

"Aku akan kesana."

"Besok kami sudah pulang." kata Jeno agak kuat. Mulai merasa panik karena Jimin seperti mencari-cari celah untuk bertemu dengan Renjun. Tentu Jeno tidak akan membiarkan, dia baru saja berbaikan dengan istrinya dengan susah payah. Hah.

"Tapi aku sudah di jalan. Mungkin beberapa menit lagi akan sampai."

Jeno menggeram kuat. Ia melirik ke arah Renjun lagi yang tengah asik menikmati cemilannya dengan damai, "Apa maumu, Jimin?" tanyanya dengan bisikan pelan.

Seandainya saja Renjun dan Jimin bisa akur, mungkin Jeno tidak akan khawatir seperti ini. Bahkan ia akan sangat senang jika bisa berdiri diantara keduanya.

Tapi ini, ia baru saja memenangkan hati Renjun, dan sekarang Jimin ingin mematik api di hati istrinya lagi.

Jangan. Tidak boleh.

Jeno mungkin akan kehilangan kepercayaan Renjun jika membiarkan Jimin menghampiri mereka.

Tawa Jimin terdengar senang di ujung sana, "Kau takut? Wah, ternyata kau sekarang sudah takut pada istri ya?"

Jeno kembali berdecak, "Jangan temui kami."

"Sebenarnya aku juga tidak ingin menemui kalian. Aku masih belum sanggup bertatap muka dengannya setelah melakukan banyak kebohongan. Tapi sepertinya mereka tidak mungkin kalau tidak menemuimu."

"Mereka?"

"Ya. Aku tidak sendirian. Aku bersama mereka..."

"Hallo, Jeno. Bagaimana bulan madumu?"

Jeno akhirnya mulai bernapas lega setelah mendengar suara Jisung yang tiba-tiba merebut ponsel Jimin.

"Sial. Kenapa kalian juga kemari?"

"Hei, bung. Tahun ini kita melewatkan waktu liburan karena pernikahanmu. Jadi setelah Jimin bilang bahwa kau di pulau, aku langsung mengajak mereka."

"Ck. Dasar pengganggu."

VERRAT [NOREN VER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang