28 - END

5.9K 489 63
                                    

Ruangan itu terasa dingin.

Renjun tidak bisa menggerakkan tubuh bagian bawahnya setelah melakukan beberapa tahapan anestesi. Kakinya terasa lumpuh dan perutnya terasa semakin melebar. Ia menarik napasnya dalam-dalam dan membuangnya secara perlahan untuk menghalau rasa gugup yang semakin mengental.

Seumur hidup, ini pertama kalinya Renjun masuk ke dalam ruang operasi. Dan ternyata rasanya menakutkan.

Matanya terpejam saat kecupan lembut itu singgah di dahinya. Sudah berulang kali Jeno memberikan kalimat lembut sebagai penyemangat, tapi tetap saja tidak bisa menghilangkan rasa gugupnya.

"Sakit?" bisik Jeno pelan di sela-sela suara para dokter yang mulai sibuk menyayat perut bagian bawah milik Renjun.

Renjun menggeleng pelan, "Tidak. Mungkin karena obat biusnya."

Jeno mengusapi wajah Renjun. Ia tatap wajah sayu itu dengan perasaan yang bercampur aduk. Jujur saja, ia tidak sanggup jika harus melihat bagaimana prosesi caesar itu berlangsung untuk mengeluarkan anak mereka.

"Wajahmu pucat." Renjun mengulurkan tangannya untuk mengusap wajah Jeno.

"Itu karena aku terlalu khawatir."

Renjun tersenyum simpul, "Aku baik-baik saja."

Jeno memiringkan kepalanya untuk menikmati usapan ibu jari Renjun pada pipinya, "Aku tahu. Tapi aku tetap merasa khawatir sebelum anak kita keluar dengan selamat."

Tidak bohong, Jeno memang benar-benar merasa khawatir dengan keadaan istri dan anaknya. Sampai-sampai ia memikirkan jika mereka hanya akan punya satu anak saja. Tidak tahan jika harus melihat Renjun dalam keadaan yang seperti ini.

Samar-samar Renjun merasakan ada benda besar yang baru saja keluar dari dalam perutnya. Dan detik berikutnya suara tangis bayi terdengar memenuhi ruangan itu.

Jeno segera berdiri dari dudukannya, ia menciumi wajah Renjun karena bahagia, "Anak kita sudah lahir." ujarnya, lalu mengusap wajah Renjun yang sudah basah oleh air mata.

:
:
:
++ ヽ(*⌒∇⌒*)ノ ++
:
:
:

10.00 AM.

Zitao dan Donghae memilih untuk keluar dari ruang rawat inap milik Renjun setelah puas menggendong dan mencium bayi mungil berbalut kain tebal itu.

Sementara Yoona harus segera bergegas karena ada jadwal operasi. Yinmei juga sudah pulang dari tadi untuk mengurus masalah kecil di Butik Huang bersama dengan Yuqi. Jadi Yoona pun tidak punya alasan untuk tetap tinggal di ruangan Renjun.

Sekarang hanya tinggal mereka saja; Jeno, Renjun dan Sakuya.

Ya, Sakuya Lee adalah nama pemberian dari hasil perdebatan antara Donghae dan Zitao. Lama bersitegang, akhirnya mereka menemukan nama yang cocok untuk cucu mereka.

Renjun duduk bersandar sambil menyusui Sakuya. Bibirnya mengukir senyum bahagia, wajah bayinya sangat tampan persis dengan ayahnya walaupun belum nampak sempurna.

"Dia sangat mirip denganmu, Jeno." ujar Renjun. Jari lentiknya mengusap rambut hitam halus milik anaknya.

"Tentu saja. Aku akan marah jika ternyata dia mirip dengan Haechan."

Renjun tertawa pelan, "Kalimatmu menyakitkan, tapi aku akan memaafkanmu untuk kali ini."

Jeno hanya mengangkat bahunya sebelum ikut duduk di sebelah Renjun. Jari telunjuknya iseng menekan-nekan pipi tembam Sakuya yang masih menyusu pada Renjun. Dan ia tersenyum saat Sakuya merespon dengan geliatan tubuh yang kuat.

Dulu Jeno pernah tidak suka pada anak kecil tapi sepertinya rasa itu sudah hilang sama sekali setelah Sakuya lahir. Ia jadi seperti punya mainan baru yang bisa membuat Renjun sibuk sana-sini.

VERRAT [NOREN VER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang