18 - Pertemuan

4.1K 537 41
                                    

"Tuan Jaemin ingin bertemu dengan anda tuan Lee."

"Sial." maki Jeno pelan. Ia kemudian melirik Renjun yang masih betah tiduran di sofa. Ia kembali menghampiri laki-laki itu, menarik tubuhnya agar terduduk dan Jeno melampiaskan nafsunya dengan sebuah ciuman yang dalam.

Ketukan pintu kembali terdengar. Mungkin sekali lagi jika tidak ada sahutan dari atasannya, Ahyeon akan membuka pintu itu sendiri.

Jeno segera melepaskan ciumannya setelah puas, "Kita akan lanjutkan ini nanti setelah sampai di rumah." sekali lagi Jeno mengecup ringan bibir Renjun, "Pakai coat mu." perintahnya sebelum membukakan pintu untuk Jaemin.

"Lama sekali." Jaemin memberikan sebuah protes setelah berhasil masuk ke dalam ruangan milik Jeno.

"Aku bersama istriku." ujar Jeno tegas. Kalimat singkat itu seolah menjelaskan kenapa ia bisa lebih lama membukakan pintu untuk Jaemin.

Jaemin langsung melirik sosok Renjun yang duduk santai bersandar di sudut sofa sambil membaca majalah.

"Aku baru tau jika ternyata kau se protektif itu, Jeno. Sampai-sampai membawanya ke kantor."

Jeno hanya mengendikkan bahunya sebelum menggiring Jaemin untuk duduk di sofa yang bersebrangan dengan Renjun.

"Ada masalah apa?" tanya Jeno langsung setelah pantat Jaemin mendarat pada sofa.

"Kudengar perusahaan Guanlin kembali normal, Lee Group tidak jadi membelinya?" beberapa detik pandangan Jaemin teralih oleh gerakan Renjun saat menyilangkan kakinya.

Celana longgar Renjun yang hanya sebatas lutut, membuat betis putih mulus itu jadi terlihat dengan bebas.

Dan Jeno menyadari hal itu, "Aku yang mendanai semua kekurangan perusahaan si sialan itu." katanya dengan nada agak kesal, berusaha menarik lagi perhatian Jaemin agar fokus padanya.

Tiba-tiba saja Jeno teringat perkataan Renjun tadi pagi. Apa benar Jaemin juga menyukai istrinya?

Kalau benar, Jeno bakal memuji Renjun habis-habisan karena dia begitu populer di kalangan teman-temannya. Cih.

"Wah, kau dermawan sekali, Lee Jeno." Jaemin menyindir. Karena tidak biasanya Jeno bermurah hati pada perusahaan lain.

Jaemin sudah lama mengenal Jeno. Dan selama ini belum pernah sekalipun ia membantu perusahaan yang menurutnya tidak akan menguntungkan untuk Noren Retail.

Tapi sepertinya perusahaan Guanlin adalah pengecualian.

"Langsung ke intinya saja, ada apa? Tidak biasanya kau datang." Jeno mulai tidak suka dengan keberadaan Jaemin. Belum lagi dengan pemandangan kaki Renjun yang sejak tadi mengganggu karena laki-laki itu tidak mengancing coat-nya sampai bawah.

"Papa mengadakan pesta atas terjalinnya kerjasama Nana Group dengan Akatsuki Corp. Aku hanya ingin menyampaikan undangan ini padamu." Jaemin menyerahkan undangan mewah yang bertulisan timbul dengan tinta berwarna emas.

"Aku akan datang." Jeno menerima undangan dari Jaemin seperti tanpa minat.

Melihat itu Jaemin kemudian menghela napasnya, percakapan mereka jadi terasa canggung karena ada Renjun yang sejak tadi setia menjadi pendengar yang bisu.

"Baiklah. Maaf mengganggumu." ujar Jaemin lalu berdiri, "Sampai bertemu nanti malam." Ia berpamitan dan langsung keluar dari ruangan Jeno.

Tidak tahan juga bila harus berlama-lama bersama dengan mereka berdua.

Sepeninggal Jaemin, Jeno kembali mendekati Renjun yang masih tetap diam dengan majalah di tangannya.

"Dari mana kau dapat pakaian ini?" tanya Jeno. Merasa geram karena gara-gara pakaian itu, konsentrasi semua orang jadi kacau. Termasuk juga dirinya sendiri.

VERRAT [NOREN VER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang