Langkah lebar yang sangat terburu-buru membuatnya lebih cepat sampai pada ruangan yang dituju. Sebuah ruangan kamar rawat inap VIP.
Napas Jeno terengah. Ia mulai memperlambat langkah kakinya setelah dekat dengan kamar yang Renjun tempati. Di luar ruangan Jeno melihat Yuqi tengah duduk di kursi tamu sambil memainkan ponselnya.
"Gege." sapa Yuqi saat mendapati Jeno berdiri di depannya.
"Bagaimana kabar Renjun?" tanya Jeno basa-basi. Ia bisa saja langsung masuk, tapi rasanya kurang sopan jika ia melewati begitu saja adik iparnya tanpa sapaan.
Belum sempat Yuqi menjawab, pintu kamar 201 itu terbuka. Mengeluarkan sosok Zitao dari dalamnya.
"Jeno." suara Zitao menyapa.
"Ayah." Jeno membungkukkan tubuhnya, "Bagaimana keadaan Renjun?"
Zitao menarik sudut bibirnya membentuk sebuah senyum sederhana yang tampak bahagia. Ia kemudian menepuk bahu Jeno pelan, "Masuklah, kurasa Renjun butuh kau di sampingnya." ujar Zitao, kemudian berlalu pergi setelah mengajak Yuqi untuk keluar.
Tidak buang waktu, Jeno langsung masuk kedalam kamar rawat inap Renjun. Di dalam ruangan ternyata ada ibu Renjun dan juga ibunya.
"Kau sudah datang, nak." Yoona tersenyum menyambut kedatangan putranya. Yinmei yang duduk samping ranjang Renjun juga memberikan Jeno senyuman.
Jeno hanya melirik Renjun sekilas kemudian fokus lagi pada ibunya, "Ibu, apa yang terjadi padanya?"
Yoona tidak memberikan jawaban apapun kecuali senyum yang sejak tadi belum luntur dari wajah cantiknya.
Apa-apaan semua orang. Kenapa semuanya bertingkah aneh. Batin Jeno berkata heran.
Yinmei beranjak dari duduknya, mengambil tasnya lalu ikut bergabung dengan duo Lee, "Karena Jeno sudah datang, kurasa aku harus pergi dulu, Yoona-nim."
"Ah, kebetulan aku juga masih ada pasien yang harus ditangani. Mari, Yinmei-nim." Yoona mengajak Yinmei untuk keluar dari ruangan bersama-sama.
Diambang pintu, Yoona kembali bersuara pada Jeno, "Renjun sudah sadar, dia sedang tidur setelah meminum obat. Temani dia." setelah berkata demikian, Yoona benar-benar pergi meninggalkan ruangan Renjun.
Sekarang hanya ada Jeno dan Renjun. Pria Lee itu kemudian melangkah mendekati tubuh Renjun yang terbaring lemah dengan selang infus yang tertanam di punggung tangan kanannya.
Jeno melepaskan jas kerjanya. Melemparkan begitu saja keatas sofa, lalu ia duduk di kursi yang tadi di duduki oleh ibu mertuanya.
Jeno mengusap puncak kepala Renjun, "Kau kenapa, hm? Kenapa bisa sampai pingsan." tanyanya lirih.
Walaupun tidak mencintai Renjun, tapi Jeno peduli. Dan melihat Renjun terbaring lemah seperti ini, Jeno seperti kehilangan mataharinya.
Ia tidak akan mengaku bahwa itu adalah perasaan cinta. Tidak akan, sampai Renjun sendirilah yang akan mengaku cinta padanya.
Ingat, gengsi seorang Lee itu sangat tinggi.
Jeno akan tetap seperti itu, pantang mengakui perasaannya sebelum Renjun kalah. Karena baginya, akan sangat memalukan jika ia mengakui perasaannya sementara ia sendiri mengatakan agar Renjun tidak menggunakan hatinya pada hubungan mereka.
Ck. Jeno tidak mungkin membiarkan hal memalukan itu terjadi.
:
:
:
++ ლ(́◉◞౪◟◉‵ლ) ++
:
:
:"....no.."
Jeno membuka kelopak matanya saat sayup-sayup mendengar seseorang memanggil namanya. Karena bosan menunggu Renjun tidur tadi, Jeno juga memutuskan untuk istirahat sejenak. Ia memilih sofa sebagai tempatnya dan akhirnya ikut terlelap juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
VERRAT [NOREN VER]
FanfictionFollow dulu sebelum baca √ End- WARNING : BxB, YAOI, M-PREG JENO x RENJUN ========================== Kisah asmaranya selalu berakhir rumit. Sekarang Renjun sudah menyerah, terserah saja Jeno ingin memperlakukannya seperti apa. ======================...