Setelah menambah satu hari liburan, akhirnya Jeno dan Renjun pulang bersama rombongan Jisung menggunakan kapal pesiar yang sama.
Sebenarnya Jeno tidak ingin ikut dengan teman-temannya. Ia masih tidak suka melihat Haechan dan Jaemin dekat-dekat dengan istrinya.
Setelah hubungan Jimin dan Renjun membaik, Jaemin dan Haechan juga terlihat semakin sering berbincang dengan Renjun. Bahkan sudah terlihat akrab lagi meskipun baru beberapa hari dekat.
Jeno tidak suka dengan kedekatakan mereka. Ia risih dan ya... cemburu tentu saja.
Tidak hanya dekat dengan Jaemin dan Haechan saja sebenarnya, tapi Renjun juga dekat dengan semuanya termasuk tunangan Jungwoo juga istri Jisung.
Seperti saat ini, Renjun tengah asik menggendong dan bermain dengan bayi Jisung —Park Nunie. Laki-laki Huang itu terlihat sudah sangat cocok menggendong seorang bayi.
Jeno tersenyum melihatnya. Perasaan kesalnya tiba-tiba hilang setelah melihat bagaimana tawa lembut Renjun yang ditujukan pada Nunie.
Ia jadi tidak sabar menunggu kelahiran anaknya sendiri. Apakah akan mirip dengan ayahnya atau ibunya? Tapi bagaimanapun bentuknya, Jeno berharap sifatnya tidak akan menurun pada anaknya. Ia lebih suka jika anaknya mempunyai sifat seperti Renjun.
"Dia sangat menarik 'kan?"
Jeno langsung menoleh pada Haechan yang baru saja duduk di sampingnya. Penerus D&H Group itu juga memberikan Jeno sekaleng bir.
"Kau baru saja memuji istriku?"
Haechan mengulum senyum, "Andai saja kau tidak main curang, mungkin saat ini dia adalah istriku."
"Aku akan benar-benar membunuhmu jika kau berani mendekatinya lagi, dobe. Jimin sudah banyak berkorban untukmu, jangan sakiti dia lagi."
Haechan menurunkan pandangan matanya, menatap kaleng bir yang ia genggam, "Kau tahu Jeno, terkadang aku berpikir kenapa kita selalu merebutkan suatu hal yang sama. Bahkan sejak kita masih sekolah."
Jeno menenggak birnya sebelum menjawab, "Itu karena kita punya selera yang sama."
"Kurasa tidak." sanggah Haechan, "Itu karena kau selalu ingin bersaing denganku. Benar?"
Jeno tertawa pelan, "Jadi kau sadar jika aku ingin selalu menang darimu."
"Ya. Dan sekarang kau menang, kau berhasil membuatku benar-benar terpuruk untuk beberapa saat."
Jeno mendengus. Ia bahkan tak bisa mengakui kemenangannya jika Haechan dan Jimin belum menikah. Masih ada rasa takut jika suatu saat Haechan akan mengambil Renjun kembali.
Mencoba untuk akrab lagi, Jeno menepuk bahu Haechan, merangkulnya seolah tak pernah ada masalah diantara mereka, "Aku hanya memenangimu sekali. Dan kuharap kau tidak akan mengambil apa yang sudah menjadi milikku."
Haechan tertawa menatap wajah temannya, "Aku tidak seburuk itu, teme. Berhentilah berpikiran buruk tentang teman-temanmu. Kami berbeda denganmu, oke."
"Ya. Aku juga berpikir begitu, kalian berbeda denganku. Tapi kenapa di sialan itu selalu mendekati istriku." Jeno menggeram diakhir kalimatnya.
Kalau saja Haechan tidak menarik tangan Jeno untuk kembali duduk, mungkin saat ini Jeno sudah mengusir Jaemin yang baru saja bergabung dengan rombongan Jimin. Duduk tepat di sebelah Renjun dan ikut bermain dengan Nunie.
"Jangan terlalu mengekang. Renjun itu gampang bosan. Dia akan merasa tertekan jika kau selalu melarang ini dan itu." kata Haechan.
Jeno mendengus tidak suka. Apalagi saat Renjun dan Jaemin tertawa bersamaan saling berbagi Nunie untuk pindah gendongan.
KAMU SEDANG MEMBACA
VERRAT [NOREN VER]
FanfictionFollow dulu sebelum baca √ End- WARNING : BxB, YAOI, M-PREG JENO x RENJUN ========================== Kisah asmaranya selalu berakhir rumit. Sekarang Renjun sudah menyerah, terserah saja Jeno ingin memperlakukannya seperti apa. ======================...