09 - Dekat

2.3K 339 35
                                    

Ada beberapa hal yang mulai disukai oleh Jeno atas keberadaan Renjun di sisinya. Terlepas dari hubungan intim yang kerap mereka lakukan, Jeno senang saat melihat laki-laki manis itu berkeliaran di apartemennya. Sibuk menyentuh semua celah yang ia rasa banyak berdebu.

Seperti sekarang. Hari minggu adalah hari yang selalu Jeno pakai untuk bersantai di apartemennya. Dan hari ini adalah hari minggu pertama bagi Jeno bisa menyaksikan semua kegiatan-kegiatan yang Renjun lakukan.

Setelah selesai dengan sarapan, Jeno memilih untuk menonton acara televisi. Sementara Renjun lebih memilih repot dengan piring kotor, dapur kotor dan sudut-sudut berdebu lainnya, ketimbang duduk manis menemani Jeno.

Sepertinya lelaki Huang sedang dalam mood yang benar-benar bagus. Makanya ia bisa mengerjakan keseluruhan pekerjaan itu. Jadi nanti jika rasa malasnya menyerang, ia bisa bersantai seperti yang dilakukan Jeno saat ini.

"Uhuk."

Jeno segera menoleh pada Renjun yang saat ini jongkok di dekat rak buku mini. Letaknya tidak jauh dari sofa yang saat ini Jeno duduki. Renjun terlihat mengibas-ngibaskan tangannya untuk menghalau debu lain yang mungkin akan ia hirup.

Tak lama ia kemudian berdiri lalu berlari kedapur. Membuka salah satu pintu lemari bagian bawah dan mengambil dua tumpukan kain lap dari sana. Jeno memperhatikan setiap gerak Renjun. Televisi yang menyala ia abaikan. Lebih menarik menatap tubuh istrinya yang bergerak kesana kemari dengan lincah.

Sekali lagi, Jeno merasa hatinya berdebar bahagia saat melihat Renjun begitu antusias membersihkan apartemen mereka.

Sekelebat bayangan rumah sederhana dengan bocah kecil yang berlarian, tiba-tiba melintas di otaknya. Segaris senyum kemudian muncul di wajah datarnya saat pikiran konyol itu mampir.

Ia mengambil remote tv, menekan tombol power off lalu kembali meletakkannya. Ia beranjak menghampiri Renjun yang sekarang sudah duduk bersama dengan tumpukan buku-buku berdebu, kain lap, sapu mini dan mesin penyedot debu.

Jeno jongkok lalu perlahan memeluk tubuh Renjun dari belakang. Hidung dan bibirnya menempel mulus pada ceruk leher jenjang milik Renjun. Matanya terpejam kala menghirup aroma khas dari leher itu.

Renjun terkejut, "Je-Jeno..." kain lap dan buku yang ia pegang, ia letakkan lalu kedua tangannya menyentuh lengan Jeno yang melingkari perutnya, "Ada apa?" tanyanya.

Jeno tidak menjawab. Pria Lee itu malah memejamkan matanya, bibirnya lambat laun mulai gencar memberikan kecupan-kecupan ringan pada leher sang istri.

Merasa geli, Renjun menjauhkan lehernya dengan paksa. Memutar arah tubuhnya untuk berhadapan langsung dengan si tuan pengganggu. Manik mata mereka saling menatap.

Jeno menggeram pelan. Kilat manik hitamnya menandakan bahwa dirinya tengah menahan sesuatu yang berat di bawah sana. Wajahnya juga sedikit berwarna merah padam.

Renjun tersenyum geli bahkan sampai tertawa pelan. Ia menyentuhkan tangannya yang berdebu ke rahang Jeno. Biar saja, itu adalah balasan karena Jeno mengganggunya, "Butuh sesuatu, tuan Lee?" tanya Renjun, pura-pura tidak tau.

"Aku menginginkanmu." ujar Jeno datar.

"Tapi aku harus membersihkan apartemen ini, Jeno-ya. Tanggung kalau ditinggal, hanya sedikit lagi. Kau bisa menunggu?"

Sial.

Jeno mungkin saja bisa menunggu. Tapi adik kecilnya mana bisa jika harus menunggu lebih lama lagi. Sepertinya darah mesum Lee juga mengalir dalam darahnya. Ia mengabaikan pertanyaan Renjun, menarik tubuh istrinya lalu menggendongnya seperti karung beras.

VERRAT [NOREN VER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang