Ruangan yang tadinya kosong kini sudah menjelma menjadi ruangan yang lebih segar. Setiap sudut ruangan pasti ada saja bunga hidup yang Renjun tanam pada pot kecil, sedang dan besar.
Terhitung baru satu bulan sejak mereka menempati rumah yang dibeli oleh Jeno. Tempat tinggal sederhana, katanya.
Tapi Renjun merasa rumah itu sudah cukup mewah. Ada tiga kamar di dalamnya, satu kamar di lantai satu dan dua kamar di lantai dua. Dua kamar dilantai dua memiliki kamar mandi masing-masing. Sementara di lantai bawah hanya ada satu kamar mandi terpisah.
Ternyata Jeno tidak benar-benar membiarkan Renjun mengurus rumah itu sendirian. Sepasang suami istri telah ia pekerjakan untuk membantu Renjun mengurus rumah yang ia sebut sederhana.
Kamar pribadi mereka ada di lantai dua. Kamar besar yang memiliki balkon, menghadap langsung ke halaman depan yang tidak terlalu luas.
Kehidupan mereka berjalan seperti biasa. Tidak ada yang berubah setelah permintaan aneh Renjun waktu itu. Mereka kembali pada hubungan yang mereka sebut saling menguntungkan.
Entahlah sampai kapan kehidupan mereka akan seperti itu. Tidak pernah ada kata cinta yang terucap, mereka masih sama-sama memegang cinta lain di hati mereka masing-masing.
Padahal jika di teliti lebih dalam, setiap cumbuan bahkan sentuhan dari keduanya jelas menunjukkan bahwa mereka memiliki rasa yang sama.
Sama-sama menginginkan dan sama-sama membutuhkan hati masing-masing.
:::
Renjun menggeliat untuk meregangkan otot-otot tubuhnya setelah bangun tidur. Suara gemericik yang terdengar dari dalam kamar mandi membuat Renjun mengalihkan pandangannya sebentar sebelum memilih untuk duduk mengumpulkan semua nyawanya.
Setelah kantuknya benar-benar hilang, Renjun turun dari ranjang. Meraih baju dan celananya yang tercecer di lantai lalu memakainya sembarangan tanpa mengenakan dalaman terlebih dahulu.
Ia duduk lagi di tepian tempat tidur sambil menunggu Jeno selesai mandi. Kepalanya terasa sedikit pusing, dan suhu tubuhnya mulai panas. Mungkin ia akan demam beberapa jam lagi.
Jeno keluar dari kamar mandi dengan rambut basah. Pria itu tidak menggunakan bathrobe, hanya ada handuk berwarna putih yang melingkari pinggangnya. Sementara bagian atasnya ia biarkan terbuka, memamerkan otot dada dan perutnya yang terbentuk dengan sempurna.
Renjun mendongak menatap tubuh suaminya. Ia selalu terkagum-kagum pada tubuh bugar itu. Meskipun sudah sering melihatnya, tapi Renjun seperti tidak pernah merasa bosan.
Jeno berjalan menghampiri Renjun untuk sekedar mengecup pipinya sekilas. Ia kemudian jongkok setelah memberikan Renjun satu handuk kecil, "Keringkan." Perintahnya. Ia menyodorkan kepalanya tepat di depan dada Renjun.
Renjun menurut. Dengan gerakan telaten ia mengelap dan mengibas rambut Jeno yang basah. Sebenarnya ada alat pengering rambut di laci meja rias, tapi Renjun terlalu malas untuk membahas itu.
"Sudah." ujar Renjun setelah merasa rambut Jeno agak kering.
Jeno berdiri dan mengurung tubuh kecil Renjun di kedua lengannya. Ia juga mengambil satu kecupan lagi di pipi istrinya, "Mandilah. Kau bau." kata Jeno geli. Ia kemudian mengambil langkah menuju lemari pakaiannya.
Renjun hanya mencebikkan bibir menanggapi candaan Jeno sebelum berlalu memasuki kamar mandi.
Sepuluh menit kemudian Renjun keluar, sudah tidak ada Jeno disana. Renjun cepat-cepat memakai pakaiannya. Tanpa berdandan, ia langsung turun ke lantai bawah.
Benar dugaannya, Jeno sudah duduk di meja makan sambil memainkan tabletnya. Mungkin memeriksa keadaan saham perusahaan.
Renjun mengambil tempat duduk berhadapan dengan Jeno. Diatas meja sudah tersaji beberapa menu sarapan. Biasanya Renjun yang menyiapkan itu, tapi akhir-akhir ini ia selalu bangun kesiangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
VERRAT [NOREN VER]
FanfictionFollow dulu sebelum baca √ End- WARNING : BxB, YAOI, M-PREG JENO x RENJUN ========================== Kisah asmaranya selalu berakhir rumit. Sekarang Renjun sudah menyerah, terserah saja Jeno ingin memperlakukannya seperti apa. ======================...