Jeno memacu mobilnya dengan kecepatan standar di tengah kota. Berkali-kali ia memaki karena ponselnya terus berbunyi.
Itu panggilan dari Jimin.
Tadi Jimin mengiriminya pesan. Mengatakan jika Haechan mabuk berat dan tidak bisa bangun lagi. Pria itu tumbang setelah beberapa orang memukulinya tanpa belas kasih.
Jeno sengaja tidak memberi tahu Renjun karena takut laki-laki itu akan merasa khawatir. Jeno benar-benar tidak suka jika Renjun mengkhawatirkan orang lain selain Jeno.
Terlebih itu adalah Haechan. Keh.
"Dasar tidak sabaran." kesal Jeno saat ponselnya kembali berbunyi.
Dua puluh menit kemudian, Jeno langsung memarkirkan mobilnya. Masuk ke dalam bar bukanlah hal susah baginya, ia hanya cukup menampakkan tampangnya dan penjaga tidak bakalan bertanya apa-apa lagi.
Suasana bar masih seperti biasa, penuh dengan suara bising dan bau-bau alkohol yang bercampur dengan asap rokok. Padahal belum jam 12 malam, tapi pengunjung sudah mulai berdatangan.
Jeno tidak peduli keadaan, ia hanya ingin cepat-cepat menemui Jimin dan Haechan, menyelesaikan masalah yang ada, kemudian pulang.
Keadaan yang belum terlalu ramai pengunjung membuat Jeno bisa langsung menemukan dimana Jimin berada.
"Akhirnya kau sampai." suara Jimin terdengar kesal. Mungkin karena Jeno terlalu lama.
"Kenapa dia?" tanya Jeno sambil menunjuk Haechan yang tergeletak di atas sofa panjang. Wajah pria itu terlihat lebam di beberapa titik.
Jimin mengangkat bahunya, "Tadi dia menyuruhku datang, dan setelah aku sampai, kulihat dia berkelahi dengan beberapa orang." jelas Jimin.
"Ck. Merepotkan."
Jeno jongkok lalu menampar-nampar pipi Haechan. Berharap dengan begitu, pria itu akan bangun. Sayangnya tidak ada respon apapun yang Haechan berikan.
"Percuma. Aku sudah memukulnya dari tadi, tapi sepertinya ia memang minum banyak vodka, jadi benar-benar tidak bisa bangun."
Jeno menghela napasnya kesal. Ia kemudian menarik tubuh Haechan untuk duduk, "Bantu aku." perintahnya pada Jimin, sementara ia bersiap jongkok membelakangi untuk menggendong.
Butuh usaha yang kuat karena Haechan kadang meronta. Tapi pada akhirnya mereka bisa membawa pria berambut hitam itu keluar dari dalam bar.
"Dimana mobilnya?"
Jeno menolehkan kepalanya kesana kemari untuk mencari keberadaan mobil Haechan. Tapi sepertinya tidak ada.
"Aku tidak tau. Masukkan ke dalam mobilku saja."
Jimin mengarahkan Jeno untuk menuju mobil pink miliknya. Tanpa belas kasih, Jeno langsung melempar tubuh besar Haechan agar tidur di kursi belakang.
Tidak peduli apakah letak tubuh itu nyaman atau tidak, Jeno segera menutup pintunya.
"Terima kasih, Jeno."
"Hm. Kurasa urusanku sudah selesai, aku akan pulang." setelah pamit Jeno langsung melangkah pergi.
Tapi Jimin menarik tangannya, "Aku ingin bicara sebentar."
Jeno terdiam sesaat dan menyetujui permintaan Jimin. Mereka duduk di kedai kecil di pinggir jalan sambil menikmati minuman kaleng.
"Bagaimana kabar rumah tanggamu?" tanya Jimin memulai percakapan.
Jeno menelan air yang ada di dalam mulutnya, "Sampai saat ini masih baik-baik saja. Kalian bagaimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
VERRAT [NOREN VER]
FanfictionFollow dulu sebelum baca √ End- WARNING : BxB, YAOI, M-PREG JENO x RENJUN ========================== Kisah asmaranya selalu berakhir rumit. Sekarang Renjun sudah menyerah, terserah saja Jeno ingin memperlakukannya seperti apa. ======================...