Pepatah mengatakan, manusia hanya bisa berencana tapi Tuhan juga yang menentukan.
Ya benar, manusia hanya bisa berencana, berdoa dan berusaha agar bisa mendapatkan hasil maksimal dari semua hal yang mereka kerjakan.
Seperti halnya dengan Lee Jeno. Pria itu tampak begitu giat mendalami karakternya sebagai seorang suami yang baik untuk Renjun. Berharap dengan begitu Renjun akan jatuh cinta kepadanya, tanpa harus ia cintai kembali.
Itulah yang ia rencanakan.
Jadi, disela-sela kesibukannya dalam bekerja ia selalu menyempatkan dirinya menghubungi Renjun untuk sekedar bertanya ingin dibawakan apa saat ia pulang nanti. Terkadang Jeno juga membelikan Renjun beberapa tangkai bunga mawar sebagai hadiah.
Sementara Renjun, ia terlalu naif untuk paham dengan rencana busuk suaminya sendiri. Ia luluh. Dan sebagai balasan, Renjun selalu mengurus semua keperluan Jeno di tempat tinggal mereka. Layaknya istri yang baik, ia melayani kebutuhan Jeno semampu yang ia bisa.
Tidak bohong. Jeno juga sedikit tersentuh dengan itu.
Tapi hati mereka masih sama-sama keras. Selalu menganggap sepele perasaan aneh yang datang saat mereka bertatapan atau bersentuhan. Karena mereka pikir perasaan itu adalah perasaan senang karena sama-sama saling menguntungkan.
Tidak terbesit sedikitpun pemikiran tentang perasaan cinta yang mulai tumbuh di hati keduanya. Mereka sadar, tapi mereka mengabaikan. Karena hingga saat ini dihati mereka masing-masing masih ada orang lain yang lebih spesial.
:::
Jam 8 malam, Jeno sudah mengenakan setelan yang rapi. Celana dasar berwarna hitam dengan atasan kemeja putih yang di balut dengan jas berwarna sama dengan celananya. Dasi kupu-kupu berwarna merah cerah juga turut menghias penampilannya.
Mereka akan menghadiri acara pesta pernikahan kedua dari anak pengusaha ternama —Taeyeon Kim. Wanita awet muda itu memang terkenal di kalangan para pengusaha. Karena selain ayahnya yang seorang jutawan, ia juga terkenal karena mampu menjalankan beberapa bisnis ayahnya dengan baik.
"Sudah?" tanya Jeno kepada Renjun yang saat ini berjalan kearahnya. Laki-laki itu hanya mengangguk sebagai jawaban.
Tidak menunggu lama mereka keluar dari apartemen dan berjalan menuju lift yang akan mengantar mereka turun.
Di dalam lift hanya ada lima orang termasuk Jeno dan Renjun. Satu perempuan dan empat laki-laki. Jeno tidak mempermasalahkan jumlah dan jenis kelaminnya, tapi ia sangat bermasalah dengan mata dari pria-pria itu. Padahal ada perempuan di sebelah mereka, tapi malah memilih menatap Renjun yang jelas-jelas di sebelah Jeno.
Sekali lagi Jeno berpikir; Apa menariknya seorang Huang Renjun?
Jeno berdeham agak kuat, ia juga merangkul bahu Renjun agar lebih rapat padanya. Seolah-olah ia memberi tanda pada dua pria lainnya bahwa Renjun adalah pasangannya.
ALIHKAN MATAMU, BRENGSEK.
Beberapa menit berdiri di dalam lift, akhirnya mereka sampai pada lantai paling dasar, tepat di basement gedung.
Jeno masih merangkul bahu Renjun saat mereka keluar. Belum mau melepaskan tubuh itu hingga ia menemukan dimana mobilnya terparkir.
Ia baru melepaskan Renjun saat akan masuk ke dalam mobil. Renjun tidak ambil pusing dengan itu. Baginya, Jeno yang terlihat posesif itu lebih menyenangkan dari pada Jeno yang bersikap dingin.
Di perjalanan mereka tidak saling bicara, hanya alunan musik saja yang terdengar diantara keduanya.
Sesekali Jeno melirik pada Renjun yang sejak tadi sibuk dengan ponselnya —ponsel barunya, lebih tepat. Karena ponsel lama serta kartu milik Renjun sudah Jeno sembunyikan. Dan Renjun menganggapnya hilang. Warbiasah.
KAMU SEDANG MEMBACA
VERRAT [NOREN VER]
FanfictionFollow dulu sebelum baca √ End- WARNING : BxB, YAOI, M-PREG JENO x RENJUN ========================== Kisah asmaranya selalu berakhir rumit. Sekarang Renjun sudah menyerah, terserah saja Jeno ingin memperlakukannya seperti apa. ======================...