17 - Godaan

4.6K 579 46
                                    

Tidur Renjun terusik saat merasakan tubuh Jeno bergerak untuk memeluk tubuhnya. Napasnya yang teratur menandakan bahwa pria itu masih nyaman dalam mimpinya.

Udara yang semakin terasa dingin membuat Renjun melirik pada jam besar yang tergantung di dinding kamar mereka. Jarum paling pendek sudah menunjuk di angka 6, sementara jarum panjangnya berada diantara angka 4 dan 5.

Lima menit, waktu yang ia habiskan hanya untuk berdiam diri sambil membuka matanya. Kantuknya sudah hilang, meskipun ia mencoba untuk tidur lagi tapi tidak bisa.

Kepalanya menoleh kesamping untuk melihat wajah suaminya yang sebagian tertutup oleh rambutnya sendiri. Renjun menyingkirkan helaian yang mengganggu itu. Dan bibirnya langsung mengukir senyum saat tidak ada lagi yang menghalangi pandangannya untuk menatap wajah penuh sang suami.

Dengan jahil, Renjun memainkan telinga Jeno menggunakan jarinya. Sekali, dua kali, tapi Jeno masih tetap saja terlelap, jadi Renjun terus melakukannya.

Sampai suara erangan Jeno terdengar, Renjun baru berhenti menjahilinya. Ia juga kembali memejamkan matanya.

Jeno memukul pelan tangan Renjun yang ada di telinganya. Matanya terbuka dan mendapati Renjun masih tertidur. Ah, tidak. Manusia cantik itu hanya berpura-pura tidur.

Jeno mengulas senyum simpul, ia kemudian menarik tubuh Renjun dan meletakkan kepala laki-laki itu di dadanya, "Kau sudah bangun?" tanyanya dengan suara serak.

Renjun tidak menjawab, ia malah mengeratkan dekapannya pada tubuh Jeno. Rasanya hangat dan nyaman. Suara serak Jeno saat bangun tidur juga terdengar sangat indah di telinganya.

"Renjun."

"Hm?"

"Kau tidak boleh pergi dariku." mata Jeno terpejam saat mengucapkan kalimatnya. Perasaan takut masih saja menguasainya setelah kejadian saat itu.

Renjun mendongakkan wajahnya, "Aku penasaran."

"Apanya?"

"Kau mencintaiku?"

"Tidak. Kau tau aku tidak bisa mencintaimu 'kan?" elak Jeno.

"Tapi aku mencintaimu."

Jeno membuka matanya. Tangannya bergerak untuk merenggangkan jarak tubuh mereka agar ia bisa melihat dengan jelas wajah istrinya.

"Kau mencintaiku?" Jeno bertanya tidak percaya. Mereka memang sudah intim saat ini, tapi untuk ungkapan perasaan cinta, rasa-rasanya Jeno masih belum bisa mempercayainya.

"Tidak. Kapan aku bilang begitu?" Renjun kemudian mencebikkan bibirnya. Ia membuat raut wajah polos seolah-olah tidak pernah mengatakan apapun tadi.

Membuat Jeno yang mendengarnya jadi tertawa pelan, ia menarik lagi tubuh Renjun untuk dipeluk. Kehangatan dari tubuh orang ini lama-lama membuatnya semakin nyaman.

"Jeno-ya... apa kau masih mencintai Jimin? Maksudku apa kau masih berharap dia kembali padamu?" tanya Renjun pelan.

Jeno melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 6.47. Masih ada waktu satu setengah jam lagi untuk ia bisa mengobrol dengan Renjun sebelum bersiap untuk berangkat ke kantor.

"Tidak." jawab Jeno tegas.

"Benarkah?"

"Hm." Jeno mengangguk.

"Jadi, siapa orang kau cintai saat ini?"

"Istriku."

"Aku?"

"Bukan." jawab Jeno santai, "Aku memiliki banyak istri, kalau kau ingin tau."

Renjun tahu itu hanya sebuah candaan. Tapi entah kenapa pikirannya langsung menuju kepada seorang wanita berambut pirang yang ia jumpai di kantor Jeno waktu itu. Dari nada dan cara bicaranya saat memanggil nama Jeno, jelas sekali jika mereka memang dekat.

VERRAT [NOREN VER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang