15 - Hilang

4.6K 552 60
                                    

Ahyeon cukup terkejut saat mendapati sang atasan yang biasanya datang sendirian, kini malah turut memboyong orang rumahnya. Ini pertama kali Ahyeon melihat sosok pasangan dari Lee Jeno.

"Ahyeon, suruh Pharita membawa beberapa makanan ringan ke ruanganku." perintah Jeno sebelum membawa Renjun masuk ke dalam ruangannya.

Pharita adalah kepala kantin di perusahaan Noren Retail. Perempuan berambut pirang itu dulu adalah teman Jeno sewaktu mereka masih di sekolah dasar.

Renjun langsung duduk di sofa setelah mereka masuk ke dalam ruangan kantor milik Jeno. Dirinya melihat semua gerakan Jeno yang langsung sibuk dengan semua berkas yang bertumpuk diatas mejanya.

Merasa akan segera bosan, Renjun menyamankan duduknya dengan menyilangkan kaki lalu bersandar. Ia mengeluarkan ponselnya lalu mulai membuka aplikasi baca online, ada beberapa cerita yang belum selesai dibacanya.

Beberapa menit lamanya, belum ada suara yang keluar dari bibir keduanya. Jeno masih sibuk dengan dokumen dan komputernya sementara Renjun, sepertinya ia memegang janjinya untuk tidak mengganggu Jeno. Laki-laki itu juga terlihat sibuk dengan ponselnya.

Sampai suara ketukan pintu terdengar akhirnya membuat fokus mereka berdua buyar.

"Jeno-ssi, aku membawa yang kau perintahkah." seru suara dari arah luar.

"Masuklah." ujar Jeno dan kemudian kembali fokus pada pekerjaannya.

Pintu terbuka. Renjun tersenyum saat wanita dengan rambut pirang itu masuk membawa dua bungkusan besar di kanan kirinya.

"Letakkan di atas meja saja." perintah Jeno.

Pharita meletakkan bungkusan yang ia bawa ke hadapan Renjun. Ia juga sempat tersenyum pada Renjun, meskipun Renjun yakin itu bukan senyum yang tulus.

Setelah membungkuk hormat, Pharita kembali untuk bekerja.

"Apa dia juga temanmu?" tanya Renjun. Hanya sedikit heran saja dengan panggilan yang wanita itu berikan pada Jeno. Seperti mereka adalah teman dekat.

"Hm."

Hanya berupa gumaman yang Renjun terima sebagai jawaban. Mencebik tidak suka, Renjun kemudian meletakkan ponselnya. Ia berjalan mendekati meja Jeno lalu berdiri tepat di samping tubuh suaminya.

Renjun tidak melihat pekerjaan Jeno, ia lebih memilih meneliti apa saja yang ada di atas meja suaminya. Senyumnya mengembang saat melihat ada bingkai foto kecil yang di dalamnya adalah foto pernikahan mereka. Tapi senyum itu hanya bertahan sebentar setelah melihat ada foto Jimin yang terletak tidak jauh dari tumpukan dokumen yang sedang dikerjakan oleh Jeno.

Renjun tidak marah. Karena ia tahu yang ada di hati Jeno hanya Jimin. Ia hanya sedikit merasa kecewa dan iri. Melupakan pemikiran buruk yang mulai muncul, Renjun tidak ingin berlama-lama disana. Ia kembali duduk di sofa.

"Jeno-ya."

"Hm."

"Apa aku boleh jalan-jalan kebawah?"

Jeno menegakkan kepalanya untuk menatap Renjun, "Kau tidak boleh kemana-mana." tegasnya.

"Tapi aku bosan disini."

Jeno kembali sibuk dengan komputernya, "Kau yang meminta untuk ikut."

"Sebentar saja."

Jeno berdecak kesal. Ia kemudian keluar dari balik meja kerjanya dan menghampiri Renjun, "Aku antar kau pulang."

Renjun mendelik kaget, "Aku baru sebentar disini, Jeno...."

"Kau bilang kau bosan."

"Iya, tapi aku belum sempat jalan-jalan."

VERRAT [NOREN VER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang