"Nah Hikaru."
"Hmm ?"
"Bagaimana kalau kita menikah dan mulai tinggal bersama ?"
"Hah ?" Meninggi suaranya terkejut.
Hikaru jelas bingung. Pertanyaan yang keluar dari Ten sedikit membuatnya geli. Pasalnya mereka sudah berteman dari orok. Tetiba Ten bertanya aneh, setelah tiga jam lamanya mereka bermain game online di kamar.
Empuknya bantal melayang diwajah Ten.
"Apasih ?" Kesal Ten.
"Aku yang harusnya bilang begitu. Kenapa tiba-tiba mengajakku menikah ?"
Ten memasang wajah datar. Memandang Hikaru dan menghela nafas. Tangannya menunjukan game di ponsel yang sedari tadi mereka mainkan.
"Kau goblok ya Hikaru ?"
Maksud Ten menikah barusan adalah, menikah di dalam game. Permintaan tersebut adalah salah satu misi yang diberikan dalam permainan. Kalau Ten bisa menyelesaikan misinya. Maka Ten akan mendapatkan item ekslusif dari event yang sedang berjalan.
Wajah Hikaru memerah seketika. Malu rasanya atas salah paham yang terjadi. Hanya bisa bersandar di samping tempat tidur. Memalingkan wajah dari Ten yang duduk disebelahnya.
"Ngomong dong kalau menikah dalam game!!" Menyembunyikan rasa malu dengan marah.
"Lah, kan dari tadi kita main bareng. Sudah jelaslah obrolan kita tentang game."
"Halah, bacot. Kau mengesalkan. Pergi dari sini!!"
Sekali lagi Ten memasang wajah datar. Memandang Hikaru sembari menahan amarah. "Inikan kamarku ya ? Kenapa malah aku yang di usir ?"
Lupa Hikaru. Sangking dekatnya pertemanan mereka. Hikaru sudah menganggap kamar Ten sebagai kamarnya sendiri.
Begitulah konsep dari pertemanan mereka.
Morita Hikaru dan Yamasaki Ten sudah berteman sejak kecil,
Atau mungkin lebih jauh dari itu.
Orang tua mereka berdua adalah sahabat sejak lama. Kedekatan mereka bagaikan rantai yang saling terikat. Bahkan setelah menikah. Keluarga keduanya memutuskan untuk tinggal bersebelahan dan menjadi tetangga.
Hari itu adalah hari kelahiran Ten. Hikaru yang berumur empat tahun antusias menyambutnya. Hikaru yang tidak memiliki banyak teman di lingkungan tempat tinggalnya. Merasa kehadiran Ten akan mengisi kesepiannya. Hal pertama yang di lakukannya adalah menyentuh pipi Ten. Penasarannya dengan mahluk mungil yang dari tadi menggeliat lucu.
Ten bayi menangkap telunjuk Hikaru.
Matanya berbinar. Senyum Hikaru melebar. Mendapati sentuhan lembut dari dekapan bayi didepannya. Disaat itu juga Hikaru berjanji. Apapun yang terjadi, dia akan melindungi Ten.
Begitulah ikrar yang diucapkan dalam hati. Seengaknya sampai duduk di bangku sekolah dasar.
Lupa akan janjinya. Hikaru lebih sering menjahili dari pada mengayomi. Sifat Hikaru saat masih kecil. Lebih terlihat seperti lelaki. Tak kurang kejahilan setiap hari melayang kepada Ten yang lebih muda empat tahun darinya.
Bahkan setelah duduk di bangku sekolah menengah keatas. Walaupun Ten sudah tumbuh lebih tinggi darinya. Hikaru masih saja ulet. Tak gentar melayangkan candaan. Memberikan tawa terbaiknya setiap kali Ten menggerutu kesal.
Perkembangan mereka berdua seperti pohon kacang di ladang. Kalau Ten tumbuh layaknya kacang yang sehat. Hikaru malah kebalikannya. Setelah masuk tahun pertama hingga berjalan ketahun ketiga. Pertumbuhan Hikaru berhenti. Tinggi badannya sekarang hanya sebatas bahu Ten.
KAMU SEDANG MEMBACA
Concept of Love
FanfictionKetika Hikaru diberikan pilihan. Teman masa kecil, lelaki misterius, atau seorang Yakuza ?