Satu pukulan kencang. Ten mengayunkan bet penuh semangat. Tak kalah bola pingpong terpantul begitu kuat. Mengarah kearah lawannya di sebrang meja.
Seorang pria parubaya dengan rambut yang terkikis hampir botak. Tak mau kalah dan membalas smash dengan smash. Bola kembali kepada Ten. Terbang satu senti diatas net dengan kecepatan tinggi. Mata Ten dapat mengikuti bolanya. Tapi tidak dengan tangannya. Ayunan yang ditujukan untuk mengembalikan pingpong. Hanya memukul angin dan musuh Ten dalam permainan tenis meja ini mendapatkan satu poin tambahan.
Tangan yang menggengam, mengacung antusias. Musuh Ten datang dengan niat mengejek. Dia menjulurkan lidah sambil joget seperti bocah. Padahal umurnya hampir mendekati empat puluh tahun.
"Ingat umur Sawabe-san." Kesal Ten
Matanya menyipit penuh dendam."Hahahaha,. Jangan marah dong. Ten saja yang lemah." Balas Sawabe.
Entah kenapa mereka bisa jadi akrab. Padahal baru bertemu tadi sore.
Jam enam sore.
Ten dengan koper kesayanganya baru saja sampai di halte bus.
Ten yang sudah menyerah dengan Hikaru. Memutuskan untuk duluan pulang ke Tokyo. Mungkin perasaannya gelisah. Setiap memikirkan Hikaru membuatnya sedih. Tapi sebagai teman. Ten pun harus mengerti. Hikaru pun memiliki hak untuk mempunyai kekasih. Kalau memang Ten tidak bisa menjadi kekasihnya. Setidaknya, mereka tetap berteman. Ini adalah Pilihan terbaik. Daripada pertemanan mereka yang sudah terjalin dari kecil selesai hanya karena masalah cinta.
Walaupun sekarang sedang bermusuhan. Tidak lama pasti akrab lagi. Lagian, Ten juga sudah meninggalkan sepucuk surat.
Kuno sebenarnya. Tapi Ten pun tidak berani, jika langsung mengirim pesan lewat ponselnya.
Memikirkan Hikaru tidak ada habisnya. Duduk di halte dan menunggu bus jadi sangat mengesalkan. Ten mendecak kesal sembari melihat jam di tangannya.
"Kalau kau menunggu bus. Tidak ada keberangkatan lagi sore ini."
"Anjiirr!!" Kaget Ten.
Sejak kapan ada orang disebelahnya. Siapa om botak yang muncul tiba-tiba ini ? Tidak menoleh kepadanya, juga tidak terlihat ramah. Memberitahu Ten dengan wajah serius yang menopang diatas punggung tangannya.
Apa dia ingin terlihat keren dengan pose tersebut.
Malah kelihatan norak.
Jadi takut. Tapi Ten juga penasaran. Bukankah ini masih jam operasional bus. Kenapa om ini bilang tidak ada keberangkatan lagi ?
"Maaf, maksudnya apa ya ?"
"Karena hari ini adalah festival musim panas. Bus sudah berhenti beroperasional dijam empat sore tadi." Jelasnya.
Sempat tak percaya. Namun Ten melihat koper di sebelah lelaki itu.
Sepertinya mereka dalam situasi yang sama. Ingin segera pergi dari liburan ini.
"Namaku Sawabe, aku sedang bertengkar dengan istriku."
"Tunggu dulu. Kenapa tiba-tiba curhat." Ten tak mau mendengarnya.
"Tadi pagi dia tidak bicara kepadaku. Padahal kami liburan untuk bersenang-senang. Tapi kenapa malah begini jadinya."
"Malah dilanjutin dong!! Sudah cukup om, Aku lagi sedih ini. Kenapa malah adu nasib juga."
"Hanya karena aku kentut dikamar. Dia marah. Terus tuh,."
"Stooooppp!!" Ten menghentikan laju bibir Sawabe bicara.

KAMU SEDANG MEMBACA
Concept of Love
FanficKetika Hikaru diberikan pilihan. Teman masa kecil, lelaki misterius, atau seorang Yakuza ?