Chapter 22 : Pemimpin Fujiyoshi-gumi

17 5 6
                                    

Satu tinjunya baru saja menumbangkan satu lelaki bertubuh besar. Karin lanjut berlari. Menginjak orang yang tersungkur. Menggunakannya sebagai pijakan untuk melompat dan menendang musuh lainnya.

Dirinya tangkas berkelahi. Menghindar dan membalas serangan. Padahal sedang dikepung lima orang sekaligus. Karin memanfaatkan setiap gerakan, dan mendaratkan pukulan di tempat yang tepat.

Sekali pukulan musuh mendarat di wajahnya. Membuat ujung bibir Karin berdarah. Bukannya kesakitan. Karin malah menjadi begitu tenang.

Sekedar mengusap darah yang keluar. Lalu memukul balik musuh yang menyerangnya.

Sosok Karin yang jarang di perlihatkan. Membuat Zono yang melihatnya semakin membara.

Zono tersenyum puas. Karin sahabatnya kini telah menunjukan taringnya.

Terlalu memperhatikan sekitar. Zono jadi kena pukulan. Pelipisnya berdarah. Tapi tidak tumbang. Zono malah tersenyum semringah.

"Rasakan ini!!!" Satu pukulan balasan membuat musuh jadi ketakutan.

Salah satu dari gerombolan yakuza itu bahkan tak bisa berdiri sangking ketakutan melihat dua monster di hadapannya. Dirinya sudah babak belur. Tapi pertarungan belum selesai. Lalu dia melihat seorang lelaki yang sedari tadi hanya berlarian.

Lelaki tersebut adalah Ten. Merasa kalau Ten lemah. Yakuza itu mengganti target untuk menyerang Ten.

Saat Ten terus berlari. Yakuza itu menghadangnya. Kini Ten di kepung dua orang.

Kedua yakuza itu melebarkan tangan. Menghadang keberbagai arah. Seperti sedang menangkap seekor ayam.

"Ahh!! Pesawat jatuh." Ten menunjuk kelangit.

Caranya berhasil membuat dua yakuza itu menoleh. Ten langsung menggunakan semprotan cabe kepada dua orang tersebut, dan berhasil kabur lagi.

Tidak ada menariknya melihat kelakuan Ten melawan para yakuza.

Beralih kembali pada sepasang monster yang menggila di tengah pertempuran. Karin dan Zono kini saling memunggungi sambil terus melawan para yakuza yang masih sanggup bertarung.

"Karin, ini akan memakan waktu lama." Pukulan datang dan Zono membalas terlebih dahulu. "Tidak akan ada habisnya."

"Kalau begitu, gunakan otakmu yang pintar itu."

Zono juga sudah berusaha memikirkan cara. Tapi berkelahi sambil berpikir itu sedikit mengesalkan. Dia kehabisan pilihan untuk menyelesaikan perkelahian ini.

"AAAAAAAKKHH!! Tolooongg!!"

Tetiba Ten melewati Zono dan Karin begitu saja. Masih bermain kejar-kejaran dengan beberapa yakuza.

Tidak ada waktu untuk mengurusi pelawak yang barusan lewat. Karin kembali fokus untuk menghajar musuh didepannya.

Tapi beda dengan Zono. Dia mulai mendapatkan jawaban atas situasi ini.

"Karin, aku punya saran. Tapi kurasa kau tidak akan menyukainya."

"Apa ?"

"Aah,. Sebenarnya aku juga tidak ingin dia melakukannya."

"Zono, jangan berbelit-belit. Bilang saja apa ?"

Selesai menghajar dua yakuza yang baru saja datang. Zono menunjuk kearah pelawak yang sedang main kejar-kejaran tidak jauh disana.

"Kita biarkan Ten menjadi pangeran hari ini."

"Hah ?"

Maksud Zono adalah membiarkan Ten pergi duluan masuk kedalam gedung untuk menyelamatkan Hikaru, dan menyerahkan semua yakuza yang ada disini kepada Zono dan Karin. Lagian Ten disini-pun tidak terlalu berguna. Hanya menjadi bumbu lawak dari perkelahian sengit para yakuza.

Concept of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang