Chapter 17 : Satu Foto Pelengkap

25 6 4
                                    

Hari ketiga. Mereka memutuskan pergi untuk menikmati prefektur Okinawa. Pergi keberbagai tempat wisata yang ada. Setelah dari American Village.

Mereka kini berada di istana Shuri yang berada di ibukota Okinawa, Naha. Tiga puluh menit menit perjalanan dari distrik Nakagami.

"Hikaruuu,. Senyuuum!!" Zono memotret Hikaru yang berdiri tepat digerbang masuk.

"Yeeey!!" Hikaru memasang pose terbaiknya di depan kamera.

Dilihati oleh tiga orang lainnya. Sepertinya Hikaru dan Zono sudah lupa kalau mereka sebenarnya jalan berlima. Malah asik menikmati liburan berdua.

"Perasaanku saja, atau mereka memang semakin akrab ya ?" Tanya Karin.

"Kenapa ? Cemburu ?" Tebak Hono di sebelahnya.

Karin tak menjawab. Seperti biasa menggantungkan pertanyaan Hono.

Hono hanya bisa menghela nafas. "Ya sudahlah. Bagaimana kalau kita ikut foto juga." Hono menangkap lengan Karin. Menarik lelaki itu untuk ikut mendekat kepada Hikaru di depan gerbang istana Shuri.

Istana ini termasuk salah satu tembok yang ada di Kepulauan Ryukyu. Dalam Pertempuran Okinawa 1945, Istana Shuri seluruhnya hancur akibat serangan Sekutu. Hanya beberapa tembok setinggi beberapa puluh sentimeter yang tersisa seusai perang.

Pada tahun 1992, kastil dipugar di atas bukit dengan lahan yang besar dan panorama kota yang luas. Menjadikannya salah satu destinasi populer para turis jika berkunjung ke Okinawa.

"Teman-teman. Kita terlalu banyak memakan waktu disini. Kalau begini terus. Kita tidak akan sempat mendatangi semua tempat hingga malam tiba."

Ten bicara seperti seorang tour guide. Membaca map dan memperkirakan tempat yang akan dituju selanjutnya. Tempat makan, istrahat dan spot foto juga Ten yang mengurusnya.

Tapi keempat orang lainnya malah mengabaikan. Asik sendiri menikmati liburan.

"Anak-anak setan! Padahal mereka yang menyuruhku untuk mengatur perjalanan."

Kesal Ten. Memutuskan duduk di bangku tidak jauh dari sana. Tempat teduh dengan pohon besar. Juga dedaunan yang rimbun diatasnya. Bersabar dan menunggu sebentar lagi. Hingga mereka puas berfoto disana.

Ten lantas memandangi teman-temannya. Terutama Hikaru yang semakin dekat dengan Zono.

Kalau diingat kejadian dua hari yang lalu. Ten jadi kepikiran. Apa karena ciuman yang diberikan Zono. Hikaru jadi jatuh cinta.

Kalau saja Ten punya keberanian untuk mengatakan kalau dia mencintai Hikaru. Mungkin yang saat ini tertawa bersamanya bukanlah Zono. Melainkan dirinya.

Menyesal sekarangpun percuma.

Ujung-ujungnya, langit menjadi tempat pelarian. Melihat awan yang berjalan lambat jadi menyenangkan dari pada melihat Hikaru bersama orang lain.

Ten menghela nafas. Kesal entah pada siapa. Mengadu diri kepada awan dengan tatapan semu tanpa arti.

Belum kalah. Hanya saja sedikit lelah. Siapa sangka, menyembunyikan perasaan akan sesusah ini.

Ada rasa ingin memiliki. Tapi dibayangi takut akan rusaknya hubungan pertemanan mereka selama ini.

Ten memang salah. Menginginkan Hikaru menjadi miliknya dengan status pertemanan saja. Karena ada satu status lebih tinggi dari sekedar berteman, yaitu kekasih.

Kalau memang menginginkan Hikaru. Maka Ten harus bisa membeberkan rasa dan mengutarakan cinta.

Awan-pun terlihat seperti tertawa dengan egoisnya Ten.


Concept of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang