Chapter 02 : Fujiyoshi Karin

23 5 1
                                    

"Cinta adalah emosi kompleks yang melibatkan perasaan, perilaku, dan hormon di otak. Kasih sayang, kelembutan, juga kepekaan terhadap respon orang lain. Kesenangan karena keintiman, gairah, komitmen, kepedulian, ketertarikan dan kepercayaan. Menurut psikologis, cinta juga bisa dijelaskan sebagai ketergantungan kimia di otak. Ketika seseorang jatuh cinta, otak akan melepaskan zat-zat kimia seperti dopamin, oksitosin, dan serotonin."

Hanya bisa melongo. Mulut Hikaru sampai terbuka hanya dengan mendengar penjelasan Karin.

Aneh dilihati seperti itu. Karin jelas mempertanyakan arti dari ekpresi lucu wajah Hikaru.

"Hikaru mode es batu." Ejeknya melihat Hikaru membeku.

Yang di dapat Karin setelahnya adalah pukulan lembek dari tangan mungil Hikaru.

"Apasih ?" Mengerut dahi Hikaru.

"Apanya yang 'apasih' ?" Datar suara. Bertanya karena lambat pemahaman.

Karin kurang dalam memahami emosi manusia. Penjelasan yang tepat untuk menjelaskan sifat Karin adalah karena otaknya lambat mencerna informasi dari luar.

'Pintar' adalah kata yang jauh dari sifat Karin. Bahkan, pengertian detail tentang arti cinta yang baru dijelaskannya tadi. Di dapatnya setelah melakukan pencarian di internet.

Entah bagaimana Karin bisa tumbuh seperti itu. Sosoknya begitu misterius.

Sudah hampir empat tahun Hikaru mengenalnya. Lelaki minim ekspresi. Dengan mulut pedas menyakiti hati. Bukan karena niat menghina. Hanya saja Karin tidak tau batasan. Atas apa yang diucapkan. Apa yang keluar dari mulutnya murni karena Karin tak tau konsep dari bersimpati.

Pertemuan mereka terjadi di musim dingin tiga tahun lalu.

Jam sebelas malam. Hikaru baru saja pulang dari lemburnya. Letih kaki, membuat lamban berjalan. Menelusuri trotoar bagaikan siput yang menyeret badan. Belum lagi udara dingin yang menusuk diri. Bahkan 'syal' dan 'coat' panjang yang di kenakannya hanya sedikit membantu kehangatan.

Hidup di Tokyo ternyata tidak semudah yang di pikirkannya. Tak hanya lelah bekerja. Kesepian menjadi musuh utama.

Harus diakuinya. Hikaru susah beradaptasi di lingkungan kerjanya. Tidak ada yang ramah. Setiap hari orang berbicara seperti sedang marah. Pekerjaan menumpuk membuat komunikasi menjadi susah.

Hikaru sampai berpikir. Apa lebih baik berhenti kerja saja ? Tapi kalau dia berhenti. Pasti susah mendapatkan pekerjaan lagi. Masalahnya adalah Hikaru yang hanya lulusan sekolah dari desa. Pengalaman tidak ada dan masih terbilang baru di dunia orang dewasa.

Gadis itu bingung memposisikan diri. Hati selalu merintih. Sering malam dihabiskan untuk menangis karena kesepian hati.

Sedih rasanya. Mendapati diri didalam kesendirian.

Saat sibuk memikirkan jalan hidupnya. Hikaru melihat seseorang sedang tidur di pinggir jalan.

Terheran Hikaru. Siapa gerangan orang gila yang nekat tidur di pinggir jalan dengan udara sedingin ini ? Tunawismapun pasti berkumpul di suatu tempat. Menyalakan api unggun untuk bertahan dari dinginnya cuaca. Orang mabukpun pasti akan lebih memilih tempat yang lebih hangat untuk membaringkan badan.

Hikaru berhenti tepat di depan pria tersebut. Melihatnya semakin penasaran.

"Apa ada yang aneh denganku ?"

Terkejut membuat pijakan goyang. Terjatuh, pantat Hikaru harus mencium trotoar.

"Ah,. Maaf. Aku tidak bermaksud jahat." Ucap Hikaru memperbaiki diri.

Tak ada jawaban. Hanya tatapan kosong tanpa ekspresi yang di dapat Hikaru. Entah apa maksud dari sekedar menatap. Tapi dia lanjut tidur lagi setelah mendapatkan maaf dari Hikaru

Concept of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang