Chapter 05 : Panggung Keluarga Kecil

29 5 4
                                    

Supermarket di pinggir kota Tokyo. Tempat biasanya Hikaru memenuhi kebutuhan bulanan.

"Bagus yang kiri apa yang kanan ?" Ucap Hikaru.

Jari telunjuknya mengacung ke arah gondola display yang sedikit lebih tinggi. Bingung memilih sabun cuci yang akan di beli. Orang yang di tanya Hikaru susah melihat kearah yang ditunjuk. Tak banyak merespon, karena memang dirinya tidak bisa banyak bergerak.

"Maaf Hikaru. Aku tidak bisa melihat sama sekali." Karin susah payah dengan semua barang bawaan dipelukannya.

Aneh-aneh saja Hikaru. Menjadikan Karin sebagai keranjang belanja darurat. Tak pikir belanja bulanan sudah setinggi wajah.

"Ah, iya, aku lupa." Hikaru Segera mengambil troli. "Lagian, Karin diam saja."

Jatuh sudah semua belanjaan di dalam keranjang. Akhirnya terlihat wajah tanpa ekspresi dari seorang Karin.

"Kau bicara terus dari tadi. Aku bingung kapan mau menyela." Ucap Karin.

"Ya sudahlah. Ayo lanjut belanja." Hikaru jelas lari dari kesalahannya. Toh Karin juga tak memperpanjang permasalahan.

Baru saja ingin belok ke lorong selanjutnya. Mereka berdua dikejutkan dengan seorang anak gadis yang sedang menangis.

"Eh ?" Hikaru meninggalkan trolinya.

Datang menghentikan tangisan anak tersebut. Jongkok untuk menyesuaikan tinggi.

"Hai, kau kenapa ?" Hikaru dengan suara lembut.

Tambah keras tangisan anak tersebut.

Lantas Hikaru berpaling menoleh kepada Karin. Ekspresi wajahnya jelas menggambarkan permintaan tolong. Bibir Hikaru sampai mencong hanya untuk memberi kode kepada lelaki yang tidak pekaan tersebut.

Telat merespon, akhirnya Karin paham dengan maksud Hikaru.

Karin mendekat. Ikut jongkok menyelaraskan tinggi.

"Cup, cup, cup" Menenangkan. Mengelus lembut kepala bocah di hadapannya.

Ajaibnya, tangisan bocah itu berhenti setelah melihat wajah Karin. Bahkan dia memeluk Karin tanpa meminta. Seperti anak yang baru saja bertemu orang tuanya.

Hikaru takjub. Siapa sangka, sosok Karin disukai anak kecil.

"Hey, bocah. Dimana orang tuamu ?" Tanya Karin walaupun cara bicaranya sedikit tidak mengenakan.

Bocah itu hanya menggeleng. Tidak tau di mana orang tuanya.

Hikaru menduga. Kalau bocah itu terpisah dari orang tuanya saat sedang berbelanja.

Sempat berpikir untuk mencari orang tuanya. Hikaru ragu akan banyak memakan waktu. Bukan tidak ingin membantu. Masalahnya adalah supermarket ini luasnya tidak main-main. Kesal juga dengan yang punya ide membangun tempat belanja sebesar ini.

Pilihan terakhir adalah membawa anak tersebut ke petugas supermarket.

"Gadis cantik. Kami akan membawamu kepetugas biar membantu mencari orang tuamu."

Melihat Hikaru merentangkan tangan untuk meraihnya. Bocah tersebut menangis lagi.

Sigap Karin memeluk dan menghentikan tangisan. "Maaf ya. Kakak itu seram ya ? Kalau begitu sama aku aja."

Menahan kesal Hikaru. Urat marah menumpuk di ubun-ubunnya. Siapa yang barusan kau bilang seram Karin ? Mulut Karin benar-benar tidak bisa menjaga hati.

Menyerah untuk marah. Hikaru membiarkan Karin yang menggendong si bocah. Membawanya kearea petugas.

Concept of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang