31. Pinter!

1.2K 101 25
                                    

Warning..

Jorok ya pokoknya jorok, yang gak suka skip aja beb 😉 isinya 1821+++

Pada akhirnya Dewa tetap berjalan menuju salah satu ruangan yang ada di dalam bangunan ini. Btw, studio Swarna sebenarnya hanyalah apartemen yang anggota Swarna beli dari hasil manggung kesana-kesini, di sana hanya terdapat 2 kamar juga 1 petak ruang tengah yang di gunakan untuk mereka menonton atau bermain Play Station.

Ketika pintu terbuka Dewa bisa lihat Putra yang tengah duduk di atas kursi berwarna coklat berbahan dasar kulit.

Tubuhnya bersandar loyo, matanya kini meperhatikan Dewa yang berjalan ke arahnya, jangan lupakan senyum tipis yang terpatri di bibir tipis milik pemuda Sadewa itu juga.

"Katanya gak mau, tapi kesini juga kan."

"Lo maksa ya! Gak usah sok-sok begitu deh!" Dewa geram bukan main ketika mendapati wajah selengekan milik Putra, rasanya mau Dewa pukul gunakan bantal yang ada!

"Sini dong." Ujar Putra sembari berikan isyarat agar Dewa duduk di atas pangkuannya.

Meskipun dengan raut wajah malas miliknya, Dewa tetap menuruti apa yang Putra perintahkan, ia kini sudah menduduki Putra seperti apa yang pemuda itu mau.

"Sangean banget sih jadi orang, kamu sama Radif begini juga ya?" Dewa picingkan matanya, layangkan tatapan tuduh pada yang lebih tua.

"Kagak lah, tapi kalo ngewe ya pernah, itu pun karena dia yang mancing, tapi kalo tiba-tiba sangean kayak sekarang gak pernah." Katanya setelah gelengkan kepala dengan cepat, Putra jujur soal itu, ia tidak pernah merasa terpancing birahinya hanya karena melihat orang memakan permen gagang yang Raden tawarkan, ia tidak pernah merasa terpancing hanya karena melihat orang bertingkah menggemaskan.

Tidak pernah sekalipun, bahkan Radif pun orangnya.

Dewa tak banyak bersuara setelahnya, sebab ia merasakan gundukan yang ia duduki kini lebih menonjol dari yang sebelumnya.

"Kerasa banget tuh yang di bawah, gak nyaman."

Putra tersenyum tipis, lalu detik berikutnya langsung daratkan bibirnya pada bibir Dewa, punggung yang awalnya bersandar pada sofa kini sudah beranjak hanya untuk mengejar Dewa untuk ia peluk tubuh rampingnya.

Seperti biasa, Putra dengan permainan bibirnya di mulut Dewa sukses buat Dewa turut serta terbawa suasana, tidak kasar memang, tapi bagaimana intensnya pagutan itu terjalin, bagaimana bibir tipis itu menyesap bibir atas juga bawah milik Dewa secara bergantian, buat Dewa di mabuk kepayang, belum lagi ketika Putra piringkan kepala untuk memperdalam ciuman mereka juga dengan pelukannya yang mengencang, seolah meminta Dewa untuk tetap dalam pelukannya, dalam kuasanya.

Lumatan itu tidak akan terputus apabila salah satu dari mereka tak meminta berhenti sebab butuhkan oksigen agar bisa bernapas dengan benar kembali, dan Dewa menjadi pihak yang meyudahi.

Selagi Dewa ambil napasnya, Putra sudah lebih dulu daratkan kecupan-kecupan penuh nafsu pada leher jenjang Dewa, buat napas Dewa yang awalnya sudah kembali normal kini tersendat.

Desahan terdengar mengalun dengan indahnya, merasa tidak tahan dengan rasa nikmatnya Dewa bahkan sampai mundurkan tubuhnya yang jelas langsung Putra tahan, ia bawa kembali tubuh itu dalam dekapannya.

"Your turn." Lirih Putra pada Dewa setelah ia sadarkan punggungnya kembali pada sofa.

Mendengar itu Dewa jelas kembali melumat bibir Putra, memimpin permainan yang sebelumnya Putra lah pemimpinnya.

[END] MahaDewa || MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang