22. Pacaran?

1K 89 25
                                    

'9.30

Dewa menggeliat pelan dalam tidurnya, kepalanya terasa pusing sekarang, yang ia ingat hanyalah ia yang minum sambil menangis bombay, tapi ketika ia merasakan tubuhnya seakan remuk redam Dewa membeku di tempatnya.

Jangan bilang.. jangan bilang!

Dua kata itu yang tengah Dewa rapalkan dalam hatinya sekarang, tapi ketika merasakn pergerakan di arah belakangnya di tambah lagi sentuhan tangan yang langsung Dewa rasakan pada kulitnya berhasil membuat Dewa pasang ekspresi meringisnya.

Pada akhirnya Dewa beranikan diri untuk mengintip di balik selimut tebal yang menutupi tubuh sebatas dadanya ini.

"Njing!" Umpatnya, ia lalu menoleh dengan cepat kearah belakang tubuh dimana Putra berada.

"Bangsat! Bangsat!" Rutuknya dengan kecil, lalu setelahnya ia lepaskan pelukan Putra yang mendekap perutnya kini, Dewa menjauh dengan gegabah, lupa kalau lubangnya habis di gempur semalaman secara brutal, karenanya Dewa meringis sebab lubang nya perih bukan main.

"Sakit kan, makanya pelan-pelan kalo mau berdiri."

Dewa menoleh ketika mendengar suara Putra, disana ia sudah melihat Putra coba kumpulkan nyawa, tubuh kekarnya ia topang gunakan satu tangan.

"Mau kemana dah?"

Dewa mendengus, bisa-bisanya Putra nampak biasa saja saat ini, seperti mereka tak pernah melakukan hubungan intim saja sih!

"Pulang sana! Lo anjing banget ngambil kesempatan dalam kesempitan!"

Putra terkekeh ketika mendengarnya, apalagi melihat bagaimana raut wajah Dewa yang nampak protes, sudah ia duga kalau kegiatan mereka semalam tentu saja tidak akan Dewa ingat sepenuhnya.

"Tapi lu mau kan? Semalem aja desahnya ribut bener, sampe kencing-kencing lagi."

"BACOT LO ANJING!" Dewa sudah lemparkan bantal yang jelas dengan mudah Putra hindari. Sedang Putra sendiri sudah tertawa puas melihat Dewa 'ngomel-ngomel' karenanya.

"Inget kan? Jadi yaudah, sini dong tidur lagi, masih ngantuk."

"Kepala lo pitak! Berani-beraninya lo pakek gue di saat lu punya pacar! Sialan banget, gue bukan perek ya anjing!"

Putra terkekeh kembali, curi satu kecupan pada bibir Dewa untuk buat si empunya terdiam dengan mudahnya, "kata siapa? Kan gua udah bilang semalem, gua udah putus, beneran udah putus."

Dewa diam saja, coba ingat sisa-sisa ingatan soal semalam mengenai keberan soal apa yang Putra katakan barusan, setelah ingat ia hanya lirik sekilas Putra.

Masa bodo lah, mau Putra sudah putus beneran atau tidak, mereka juga sudah melakukan-nya dan itu semua karena kebodohan Dewa tentu saja.

"DEWA! GUA SERIUS! GUA BENERAN UDAH PUTUS!"

Dewa tak menjawab teriakan tersebut sebab ia bingung harus percaya atau tidak dengan Gitaris dari Swarna itu.

- A Few Moments Later -

- A Few Moments Later -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[END] MahaDewa || MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang