28. Apart Putra

1.4K 104 51
                                    

'17.00

"Jadi kamu udah tau kalo ciuman itu paksaan?"

Dewa anggukan kepala atas pertanyaan yang Putra berikan dengan raut tak percaya miliknya, karena menurut pemuda Sadewa itu Dewa benar-benar tidak mengetahui dan pure melihat itu semua sebagai sebuah ciuman yang di sengaja.

Dewa terkekeh dalam menanggapinya, omong-omong saat ini mereka sedang berada di unit apartemen Putra, yang pertama karena lokasinya memang lebih dekat dengan Studio Swarna, yang kedua karena Putra memang mau mengajak Dewa untuk berkunjung, sebab selama ini Putra yang selalu berkunjung ke apart Dewa, jadi rasanya sangat tidak adil bagi sang kekasih kalau tidak diberitahukan segara kan?

Lalu tak lama terdengar helaan napas lega dari Putra sendiri, ia masih memperhatikan bagaimana Dewa tengah menyiapkan nasi beserta lauk pauk untuk makan sore mereka hari ini.

"Tsk.. jangan endus-endus dong!"

Dewa pejamkan matanya, meskipun mulutnya mengatakan bahwa ia risih atas apa yang Putra lakukan, tubuhnya malah merespon hal yang sebaliknya, Dewa justru miringkan kepalanya agar Putra lebih leluasa mengendus bagian lehernya.

Tau bahwa Dewa sama sekali tak keberatan Putra justru lebih berani lagi, kali ini bibirnya turut andil mengecupi permukaan lehar Dewa, dengan posisi Putra yang berada di belakang buat Dewa terkurung dalam lingkup Putra sendiri.

"Jadi aku gak perlu jelasin apa-apa lagi kan? Kamu udah tau semuanya."

Perkataan itu sama sekali tak bisa Dewa gubris, karena saat ini ia sudah pejamkan mata, nikmati bagaimana bibir tipis Putra mengecap kulitnya, bahkan sekarang Putra semakin lancarkan aksinya dengan cara menyesap kulit tersebut.

"Put, udah.. makan dulu, shhh."

Tentu saja apa yang Dewa katakan sama sekali tak Putra balas, karena saat ini ia tengah sibuk; mengecupi tengkuk Dewa, terus kearah samping pada bagian kulit leher Dewa yang sebelah kanan, lalu pada cuping telinga Dewa juga sudah menjadi sasaran mulut nakal sang gitaris Swarna.

Tak ada beda jauh nya dengan Putra, Dewa juga saat ini tengah menikmati, nikmati tubuhnya di mainkan- atau lebih pada di berikan rangsangan, bahkan kini tanpa ia sadari tangan Putra sudah menyelinap masuk ke dalam kaos yang Dewa gunakan, perutnya di usap-usap dengan gerakan sensual.

"Emhh.. gak mau shh makan emanghhh hmm??"

Dewa sudah tak bisa fokus lagi, tubuhnya sudah panas akibat libido yang kian meningkat ketika jari telunjuk Putra mainkan putingnya.

Karena menerima rangsakan itu Dewa tanpa sadar pundurkan pinggulnya sampai menyentuh bagian penis Putra yang bisa Dewa rasakan mengeras di balik celana trening yang kekasihnya itu gunakan.

Geraman terdengar tak lama kemudian, karena itu Dewa kini sudah berbalik arah menghadap Putra. Di sanalah Dewa bisa lihat bagaimana ekspresi yang Putra tunjukkan seoalah mengatakan bahwa apa yang sudah Dewa lakukan barusan bukanlah suatu hal yang benar.

- 1821! Jorok yaa!!! Minor skip please!!!! -

"Mau makan, makan kamu." Katanya dengan mata sayu menatap Dewa. Detik berikutnya Putra sudah daratkan sebuah ciuman agresif nya pada bibir berisi milik Dewa, ia sesap dengan rakus bibir kenyal itu bergantian atas dan bawah.

Dewa sendiri kini sudah kalungkan tangannya pada pundak Putra, ketika ciuman yang Putra lakukan lebih menuntut, hingga buat kepala Dewa mundur ke belakang karena ciumannya tersebut.

"Hmmpttt enghh.."

Erangan bercampur desahan itu terdengar halus masuk ke dalam telinga, berikutnya Putra sudah bawa tubuh Dewa untuk naik pada meja pantry yang berada di belakang Dewa sendiri, menyingkirkan makanan yang sempat Dewa tata ke arah samping sehingga tak ada satu hal pun yang menghalangi Dewa untuk duduk disana.

[END] MahaDewa || MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang