Part 20

695 46 3
                                    

Gamaliel menutup matanya, merasakan perasaan damai ketika angin sepoi-sepoi menyapu kulit wajahnya dibarengi dengan sinar hangat mentari di sore hari, telinganya mendengar suara merdu ombak dan kicauan burung-burung pantai.

Dia kemudian membuka matanya kala merasakan seseorang berdiri di sampingnya, dia tersenyum bahagia menatap sang kakak.

"Terimakasih kak," ucapnya dengan tulus.

Saat ini kedua putra Mike itu sedang berada di pantai, setelah selesai makan siang di restoran jam setengah dua tadi, Bastian mengajak Gamaliel pergi ke pantai untuk menghabiskan hari di sana.

Gamaliel yang belum pernah ke pantai selama beberapa tahun pun dengan antusiasnya menganggukkan kepala.

Dan setelah memakan waktu satu setengah jam perjalanan, di sinilah mereka berdua sekarang. Sambil memandangi matahari yang masih berada di atas laut.

"Mau main air, boleh?" Gamaliel mengutarakan keinginannya, namun sayangnya Bastian tidak bisa mengabulkan permintaan kecil itu.

"Maaf ya dek, kita kan nggak bawa baju ganti. Nanti masuk angin, apalagi perjalanan pulang bisa sampai dua jam, loh!" Bastian membalas dengan nada hati-hati, takut adiknya itu tersinggung.

Dia dapat melihat kekecewaan di mata sang adik, namun berbeda halnya dengan bibir tipisnya yang melengkung ke atas.

"Aku ngerti kok kak," ucap Gamaliel dengan senyuman manis di wajahnya. Apa yang dikatakan oleh kakaknya itu memang benar.

Jika dia masuk angin dan sakit, bagaimana?

"Kita duduk di bawah pohon yang ada di sana yuk kak!" Gamaliel menunjuk ke arah sebuah pohon ketapang.

Bastian tersenyum, dia mengangguk lalu membawa sang adik ketempat yang adiknya itu tunjuk tadi.




🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾




"Kalian darimana saja? Kenapa baru pulang?" Mike datang menghampiri kedua pemuda yang berstatus sebagai anaknya.

Gamaliel bahkan terpaku melihat tatapan khawatir yang Mike berikan, namun dia sadar diri jika tatapan itu pasti hanya untuk kakaknya, Bastian.

"Kita ke pantai, dad..." Jawab Bastian.

"Terus kenapa tidak hubungi Daddy dulu, telepon Daddy aja tidak kamu angkat!" Bastian segera mengecek handphonenya, dan benar saja ada enam belas panggilan tak terjawab dari Daddynya dan deretan pesan.

"Maaf, tadi HP nya ditinggal di mobil," ucap Bastian sambil mengusap tengkuknya.

"Lain kali jangan begitu, okay? Daddy takut terjadi apa-apa dengan kalian," Gamaliel termenung sejenak mendengar kata 'kalian' apakah itu artinya dia juga termasuk?

Mike mengusap rambut Bastian dan... Gamaliel. Dia awalnya ragu-ragu, namun dia tetap mengusap rambut Gamaliel juga membuat sang empu menatapnya dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.

'Tuhan, ini bukan mimpi, kan?' batin Gamaliel.

"Kalian sudah makan malam?" Tanya Mike.

"Belum, kita berkendara dari pantai sejak setengah enam sore, karena tidak ingin tiba di mansion terlalu terlambat, kita tidak mampir makan di manapun!" Jawab Bastian, sebenarnya tadi dia mengajak Gamaliel untuk mampir makan malam terlebih dahulu namun Gamaliel terlalu takut untuk pulang larut, walau sebenarnya akan ada Bastian yang membelanya.

"Yasudah kalau begitu, ayo makan malam bersama! Daddy sudah menunggu kalian untuk makan malam bersama!" Ujar Mike sambil merangkul pundak Bastian dan Gamaliel secara bersamaan, membuat Gamaliel kembali terlonjak kaget.

 Son Of A Murderer (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang