bab 1: prolog

3 0 0
                                    

Hentakan kaki yang tergesa-gesa di lorong gelap dan sunyi, suara nafas yang terburu-buru, namun langkah kaki ringan nan santai melangkah mantap juga anggun bahkan suara sepatu pantofel hitam yang mengenai tanah seakan akan dentuman musik ringan, tapi itu hanya menambah rasa ngeri penuh teror yang mengejar mangsa.

Mantel berekor berwarna hitam berayun-ayun di udara, suara ketukan tongkat setiap mengenai tanah beraspal menambahkan suara di tengah tengah kesunyian.

"hah..hah..hah.."

Suara nafas yang terkepul di udara dan terdengar tidak beraturan, kening bercucuran deras dan terasa dingin, pupil mata bergetar ketakutan, bibir pun hanya bisa gemetaran sekali dan menelan ludah saat menyadari tidak ada jalan untuk selamat dari sang predator.

Suara sepatu pantofel yang keras terdengar jelas dibelakang, badannya semakin gemetaran hebat, mengetahui tidak ada lagi jalan keluar, apa yang harus dilakukan? sedangkan kematian terasa jelas di kerongkongan.

Lelaki bertubuh besar dan tinggi melebihi dirinya, menunjuk kan dirinya begitu kecil dan lemah untuk lelaki misterius bertopeng senyum berwarna putih usang dan retakan besar di sisi kanan topeng menunjukkan segurat daging di retakan topeng itu, seakan itulah wajah asli di balik topeng yang ia pakai, gigi tajam di sisi kanan retakan topeng yang terlihat jelas. topi hitam panjang menutupi rambut coklat tua.

Penampakan yang begitu mengerikan bagi lelaki yang menjadi targetnya kali ini, merinding ketakutan di hadapan terror bertopeng, tangan yang tersaring dengan kulit hitam legam memegang tongkat panjang se panjang kaki berwarna perak legam.

Menutupi jalan keluar lelaki yang ketakutan melihatnya, langkah terror itu menghampirinya santai.

"Jangan mendekat!!.", teriak suara lelaki, gemetaran ketakutan saat topeng senyum lebar itu mendekatinya.

Dia berhenti, kepalanya dimiringkan sedikit melihat wajah takutnya, tak ada suara tapi terlihat jelas bahwa dia tengah mengejeknya dan juga senang mencium aroma ketakutan dihadapannya, predator yang menakutkan Tengah menatap jiwanya malang yang ketakutan.

Tongkat itu terayun cepat secepat angin, siap menebas lelaki itu.

"AAAAA!!!", teriakannya sangat nyaring dan menutup matanya cepat.

Tapi tubuhnya tidak terasa tertebas atau bahkan terpukul oleh tongkat, tubuh gempal meringkuk ketakutan, sentuhan pelan di pundaknya, tak ada cara lain lagi selain membuka matanya berharap itu hanya ilusi semata atau mimpi buruk dari tidurnya.

Nyatanya tidak, lelaki misterius itu malah semakin dekat dan terlihat jelas topeng mengerikan itu, tangan yang bersarung kain hitam memegang beberapa kartu hitam legam dan motif perak terukir seperti bunga, wajah lelaki itu bingung seketika.

apakah ini semacam trik permainannya?

"if you want to survive from me, Look for a card with a heart on it, if you find it, you will be safe from me, choose a card in my hand. come on,come on."

Tangannya gemetaran tidak yakin, mata lelah tertatap curiga, tapi tidak ada cara lain selain mencoba berharap keberuntungan itu berpihak padanya, tangannya masih gemetaran mengambil kartu hitam legam di sisi kanan kedua.

Kartu hitam dibalikkan dan terlihat gambar apel merah tertancap dalam dengan belati, bingung. Apa maksud dari kartu ini?. Jantungnya berdebar kencang berharap gambar dari kartu itu menunjukkan keberuntungan bukan suatu hal yang buruk.

"Maaf maksudnya apa i-"

Belati menancap cepat ke mata kanan lelaki itu dengan dalam bahkan memutar belatinya 180 derajat di dalam bola mata lelaki itu, darah bercucuran deras dan jeritan nyaring penuh rasa sakit bergema keras di lorong gelap dan tidak berpenghuni.

The Insidious heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang