bab 5

0 0 0
                                    

Ruangan masih terasa mencengkram, sunyi-gelap terasa di dalam gedung lantai 2, lelaki berkaca mata kotak masih bersembunyi ketakutan di dalam loker biru kecil.
Mencari cara untuk tenang walau hati tengah di landa kecemasan dan rasa panik melanda dalam dirinya.

Tak!

Tak!

Tak!

Suara tongkat besi mengetuk pelan setiap loker berjejer di sisi dinding, suara ketukan besi bertemu besi, terdengar lebih menguji rasa nyali lelaki yang bersembunyi di dalam.

Bibir yang tak berhenti bergerak pelan berdoa keselamatan dan juga keberuntungan kepada tuhan, tangan terkepal erat dan bergetar, keringat dingin terus bercucuran membanjiri kening yang sudah berkerut.

Suara ketukan semakin mendekat di pintu loker yang dia tempati, bibirnya semakin bergerak cepat memanjatkan doa dengan kalung salib yang dia bawa. Air mata yang tidak berhenti keluar, terus membanjiri wajah tua berkeriput.

Kumohon tuhan, aku masih ingin hidup.

Tak!

Tak!

Tak!

Suara ketukan semakin mendekat dan beberapa loker lagi akan sampai di loker tempatnya bersembunyi.

Tuhan kumohon!

Suara dorongan minuman kaleng dari belakang, lelaki bertopeng menoleh cepat dan melesat cepat belati di balik mantel panjangnya kebelakang.

Ciit!

Suara cicitan tikus yang tertahan dan hilang, ternyata itu hanya tikus kecil yang tidak sengaja menyenggol minuman kaleng-berakhir mengenaskan dengan belati tertancap tepat di tenggorokan, kepala dan badan tikus terpisah oleh belati di tenggorokan.

Belati tipis tertancap di lantai menyibakkan darah segar dari tikus yang tidak bersalah. Tangan dingin bersarung kulit hitam menarik belati tipisnya dan berjalan menjauh dari loker.

Mendengar langkah dari pembunuh itu menjauh membuat perasaan lelaki paruh baya bernafas lega, mengelus dadanya pelan merasakan ketegangan yang baru ia lalui.

Mata sayu yang di balik kacamata kotak sedikit linglung karena situasi yang menegangkan.

Matanya menoleh kesamping pintu hampir tersedak dan terpekik melihat sesosok itu kembali di hadapannya.

Topeng putih yang tersenyum terlihat jelas di balik sela sela loker, begitu dekat. Jantung lelaki paruh baya seakan berhenti-tangan yang berkeriput di bekap erat agar tidak menimbulkan suara, menggigil kuat melihat tepat di matanya seorang pembunuh di balik pintu.

Mata sayu melebar melihat sesosok topeng putih yang tersenyum tepat pada matanya.

Tuhan..

Pembunuh itu mundur dari loker itu kemudian meninggalkannya. Rasa kaget dan juga tidak percaya, kenapa dia pergi? Bukan kah bisa saja dia membuka pintu dan langsung membunuhnya-tapi kenapa dia malah menjauh.

Suara sirene mobil polisi berada di luar tepat di depan gedung kantor pemasaran, akhirnya yang dia tunggu-tunggu polisi berhasil sampai pada lokasi.

Mata topeng menatap mobil polisi dan 8 polisi bersiap masuk menodong senjata dan senter di balik bayangan.

Braaakk!

Satu tendangan kuat mendobrak kasar pintu utama hingga suara benturan yang keras, 8 polisi yang di pimpin Brian dan Bram melesat cepat masuk kedalam bangunan besar-mencari lelaki paruh baya yang meminta bantuan dari polisi.

The Insidious heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang