"kak Alexia apa kita bisa keluar dari panti ini?"
Pertanyaan polos dari seorang anak laki-laki yang terlihat umur 8 tahun, duduk di kasur tipis memeluk boneka beruang yang lusuh, pertanyaan yang membuat Alexia terdiam.
"Kita akan berusaha keluar dari sini, apapun yang terjadi kita selalu bersama", Alexia meyakinkannya dengan penuh harap.
Ia tidak tau apa mereka bisa keluar dari tempat yang di sebut sebagai panti atau sebagai pabrik pencuci otak anak-anak, semua tidak ada yang waras ataupun setidaknya normal dalam berfikir, semua anak-anak panti di cuci otaknya hingga mereka mulai berperilaku aneh layaknya boneka yang di kendalikan.
Alexia memeluk lelaki kecil itu meyakinkannya bahwa semua akan baik-baik saja walau ia sendiri juga tidak yakin dan takut, semua mengerikan sangat mengerikan.
•••••
"Kak Alexia, kak"
Nathalie memanggil Alexia yang berada di samping mengetahui tatapannya yang kosong menatap lurus layar televisi.
Alexia tersadar dan menatap cepat kearah Nathalie.
"Hah? Apa?", ia agak linglung dan menggeleng kepalanya pelan berusaha untuk tersadar.
"Kakak gak apa-apa?", Nathalie bertanya khawatir, ia melihat seperti nya Alexia banyak pikiran saat ini.
"Gak, aku baik-baik saja. Uhmm.. hanya kepikiran Bram saja dia belum memberi kabar saat ini", Alexia terkekeh berbohong kepadanya, ia hanya teringat akan masa lalu nya yang gelap.
Nathalie terdiam memerhatikan mimik wajahnya yang seperti nya ada yang ia sembunyikan selain itu tapi setidaknya jika ia baik-baik saja Nathalie sudah senang sekali melihatnya tidak terlalu memikirkan yang buruk.
"Oh ya kak, aku penasaran dengan foto kak Alexia dengan anak laki-laki itu di rak, siapa dia kak? Dia terlihat manis sekali"
Alexia terdiam akan pertanyaan Nathalie yang barusan ia dengar, tidak tau apakah ia bisa menceritakan ini yang baginya kenangan gelap dan mengerikan, yang mendengarnya pun mungkin tidak akan menyangka bahkan psikologi atau pun psikiater lainnya, ia sudah menyembunyikan ini terlalu lama bahkan Bram pun tidak tau, ia hanya tau Alexia gadis yang tinggal sendirian dan di rawat oleh ketua kepolisian dan itu memang benar.
"Ohh itu, dia adikku", jawab Alexia akan pertanyaan Nathalie barusan walau terdengar agak gugup.
"Adikmu? Dia manis sekali siapa namanya?"
"Nama dia Nathan"
Nathalie tersenyum lebar mendengar nama itu, imut dan pas untuk wajah anak lelaki seperti foto yang ia lihat. wajah bulat yang tembam, mata gelap besar dengan tatapan polos dan murni tidak ada tampang yang aneh dari anak lelaki itu.
Mendengar itu Alexia tersenyum tipis menunduk teringat kembali akan kenangan lalu.
"Manis ya? Dia memang manis, aku saja terhibur bersamanya", ucap Alexia yang terdengar melankolis menatap foto adiknya yang tengah bersamanya.
"Ngomong-ngomong dimana adikmu sekarang?"
Jantung Alexia berdegup kencang yang terasa menyakitkan, perutnya terasa mual mendengar itu tapi berusaha kuat dan tersenyum walau ia yakin senyuman itu terlihat tertekan dan palsu.
"Ehe.. adikku sudah tiada"
Nathalie terdiam seketika merasa tidak enak menanyakan itu dan juga bodoh bisa-bisanya ia bertanya yang hanya menimbulkan ia mengingat kembali kenangan menyakitkan.
"Ma..maafkan aku..aku..aku tidak tau"
"Tidak apa-apa, itu bukan salah mu bertanya hal itu walau aku mengingat kembali masa lalu ku"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Insidious heart
Mystery / Thriller(warning! A little blood and gore 21+) Menceritakan kisah seorang gadis bernama Nathalie labella yang terus di teror akan mimpi buruk yang terus menerus memimpikan pembunuhan berantai dari pembunuh bertopeng senyum, pembunuhan yang terus saja mengha...