Langit cerah di musim panas masih terlihat sama tidak berubah walau haru terus berlalu dengan cepat. Sudah lama Nathalie tinggal di apartemen Alexia, sudah berkali-kali ia ingin pamit tapi Alexia terus bersikeras untuk terus menatap di sini tidak membiarkannya kembali ke rumah pamannya yang hanya membuat Nathalie semakin terpuruk dan menambah luka batin dan raganya.
"Bagaimana jika pamanku mencariku?", pertanyaan Nathalie yang sudah pasti akan di keluarkan, Alexia tidak terkejut pasti ia akan menanyakan hal itu walau ia tidak akan mengatakan itu.
Alexia menggeleng tegas tetap bersikeras tidak membiarkannya kembali.
"Kamu mau di sakiti olehnya? Kamu mau kembali ke rumah sialan itu? Aku ingin kamu terus bahagia Nathalie, aku gak akan membiarkan lelaki bajingan itu menyentuh ataupun menyiksamu, ini sudah bulat, jangan kembali kerumah itu!", Alexia tidak bisa menahan emosinya saat itu mendengar Nathalie ingin kembali ke rumah pamannya.
Ia tau Nathalie tidak enak sudah tinggal di apartemennya cukup lama, sudah merepotkannya.
Alexia menghela nafas pelan dan memeluk tubuh mungil Nathalie, memeluknya erat.
"Kamu tidak merepotkanmu, aku merasa senang kamu disini Nathalie. Jangan sekali-kali kamu berkata seperti itu, kamu sudah aku anggap seperti adikku sendiri", tutur Alexia yang nadanya mulai mereda dan tidak meninggi.
Nathalie terdiam dalam pelukan Alexia. Bukan ini yang ia maksudkan bukan masalah ia merepotkan Alexia dalam rumah ini tapi ada yang mungkin akan ada sesuatu yang tidak ingin terjadi dalam pikirannya, ia kenal sekali pamannya seperti apa.
Yang ia takutkan adalah pamannya tidak akan segan-segan menyakiti orang yang telah menghalanginya ataupun orang yang berusaha menjaganya, ia tidak mau orang-orang yang ia sayangi tersakiti hanya karena dia. Dia tidak ingin karenanya semua orang terluka jelas ia merasa bersalah sekali.
Nathalie membalas pelukan Alexia membenamkan wajahnya di pundaknya rasanya nyaman sekali di peluk olehnya apalagi Alexia sudah ia anggap kakak baginya sendiri.
••••
Waktu terus berlalu dan tetap sama saja tidak ada yang berbeda jauh hanya berada di apartemen Alexia, senang tapi pikiran Nathalie tetap saja terlalu berfikir kemana-mana, masih memikirkan rasa takutnya yang tidak bisa berhenti atau pun luput.
Kepalanya bertumpu dengan lengannya yang terlipat di atas meja kayu bar, pikirannya masih saja melayang mengingat kata-kata Alexia Minggu lalu. Sudah seminggu lebih Nathalie tinggal bersamanya tapi tetap saja bagaimana dengan pamannya apakah ia akan mencarinya dan melukai orang-orang yang ia sayangi dan berharap itu tidak akan terjadi. Semoga.
"Nathalie"
Panggilan Alexia membuyarkan lamunan Nathalie, ia menatap cepat kearahnya dengan gugup.
"Iya kak?"
Alexia mendekatinya dan memberikan ponsel dengan casing abu dan pink, melihat itu Nathalie terdiam bingung. Bukan kah itu ponsel Alexia? Apa maksudnya ini?
"Kenapa kak?", tanya Nathalie bingung, mata birunya sedang mencari tau apa yang Alexia lakukan.
Tawa Alexia terdengar, geli melihat betapa gugup dan bingungnya gadis muda dihadapannya, mengambil tangan mungilnya lalu meletakkan ponsel Android layar sentuh di atas telapak tangannya.
"Ini untukmu, lagi pula ponsel Nokia mu juga sudah tidak menyala lagi bukan?", Alexia terkekeh geli menepuk kepala Nathalie lembut.Seketika Nathalie terkejut mendengar ia mendapatkan ponsel darinya apalagi bukan kah itu ponsel yang Alexia beli Minggu kemarin saat menemani ke konter ponsel Android terkenal dengan brand yang banyak orang inginkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Insidious heart
Mystery / Thriller(warning! A little blood and gore 21+) Menceritakan kisah seorang gadis bernama Nathalie labella yang terus di teror akan mimpi buruk yang terus menerus memimpikan pembunuhan berantai dari pembunuh bertopeng senyum, pembunuhan yang terus saja mengha...