Lampu-lampu redup menerangi bar itu dengan kehangatan yang samar, menciptakan suasana yang akrab namun penuh misteri. Lantunan musik pelan terdengar dari sudut ruangan, sementara beberapa pelanggan duduk dengan tenang di sepanjang meja kayu yang panjang. Gelas-gelas minuman berjajar rapi di atas rak di belakang bartender, berkilau terkena pantulan cahaya.
Dua layar televisi yang menggantung di atas bar memutar gambar tanpa suara, seolah hanya menjadi latar belakang bagi percakapan yang terjalin di antara mereka yang hadir. Malam sudah larut, dan di sini, di bawah sinar lampu yang hangat dan temaram, waktu seolah melambat, memberi ruang bagi pikiran yang melayang jauh, mencari jawaban di antara tegukan minuman yang perlahan menghangatkan tubuh.
Di sinilah Brian berada sekarang, termenung menatap jelas kecil berisi whiskey menemaninya di tengah pikirannya yang terus saja penuh akan pikirannya—memikirkan kasus pembunuh berantai juga hilangnya Nathalie yang tidak di ketahui keberadaannya saat ini.
Rasa khawatir, frustasi telah menemaninya setelah Nathalie hilang tidak ada jejak saat terakhir melihatnya berada di kabut tebal hampir di makan oleh monster. Semenjak kejadian itu semua peneliti menutup penelitian ini lagi dan tutup mulut tak mau mengungkit lagi kejadian yang mengerikan hampir memakan korban bahkan dirinya juga hampir menjadi korban.
"Damn it", brain mendengus kesal mengusap keningnya, tatapannya lelah dan berat.
Ia masih merasa bersalah sudah membuat Nathalie dalam bahaya dan kini gadis yang ia cintai sudah hilang tanpa jejak, terus mencari semua sia-sia seakan tidak ada kehadirannya.
Tangan menepuk pundak Brian pelan mengagetkan Brian yang tengah sibuk dengan pikirannya. "Marco?"
"Hey, dari tadi kamu sendirian saja, masih memikirkan Nathalie?"
Jelas sekali ia masih memikirkan keadaan Nathalie yang entah dimana dia sekarang, rasa frustasinya kian membesar entah harus melakukan apa lagi saat ini ia terlalu frustasi.
Brian tertawa getir tatapannya juga berat, "well, yes aku tidak akan berbohong soal itu aku jelas masih memikirkannya"
Tangannya mengaduk pelan gelas kecil yang masih setengah whiskey yang tengah ia minum.
Marco hanya diam rasa khawatir, cemburu dan kesal masih ia tutupi tidak ingin sahabatnya tau akan perasaan kepada Nathalie tersendiri. Kesal Nathalie memilih Brian dan tidak dengannya.Pelayan bar membawakan botol kaca berwarna hijau juga gelas kaca berbentuk kotak yang mengkilap—marco menuangkannya mulai menyesap perlahan membiarkan alkohol masuk kedalam tenggorokannya merasakan sensasi terbakar dari whiskey yang ia minum.
"Mata mu terlihat lelah sekali Brian, apa kamu sudah tidur?"
Brian hanya bisa terdiam menghela nafas pelan, "bagaimana aku bisa tidur sedangkan aku dari tadi masih memikirkan keadaan Nathalie sekarang"
Ia masih khawatir akan Nathalie yang terus ia cari tapi tetap saja tidak menemukan keberadaannya.
"Aku tau perasaan mu saat ini tapi setidaknya fisik mu butuh istirahat, jangan terlalu memaksakan diri"
"Yeah i know, aku sudah mencoba untuk tidur dan tetap saja tidak bisa"
Brian menghela nafas pelan, menyesap kembali whiskey nya pelan.
Melihat wajah Brian membuat Marco sedikit geram, ia sendiri juga tidak bisa tidur memikirkan Nathalie. Dimana dia sekarang dan bahkan memikirkan menemukannya dan membawanya kembali ke apartemen seperti dahulu mereka bersama.Memikirkan hal itu saja membuat rasa obsesinya semakin membuncah, tersenyum sendiri membayangkan Nathalie menjadi miliknya.
"Apa yang kamu pikirkan Marco? Dari tadi kamu senyum tidak jelas", menatap marco sedikit curiga akan apa yang tengah ia pikirkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Insidious heart
Mystery / Thriller(warning! A little blood and gore 21+) Menceritakan kisah seorang gadis bernama Nathalie labella yang terus di teror akan mimpi buruk yang terus menerus memimpikan pembunuhan berantai dari pembunuh bertopeng senyum, pembunuhan yang terus saja mengha...