bab 4

0 0 0
                                    

Banyak karyawan mengemaskan barang barang setelah selesai bekerja hari ini, tidak mau terlambat pulang terutama terror yang masih terus berkeliaran saat malam hari membuat mereka semua yang berada di luar harus bergegas, tidak ingin menjadi target selanjutnya dan juga himbauan para polisi untuk lebih cepat menuju rumah masing masing sebelum jam 10 malam.

Kantor pemasaran ramai dengan suara dan langkah kaki karyawan di dalam, tidak bisa berlama lama atau pun sekedar minum minum di bar, mereka semua harus pulang walau di hati mereka semua ingin sekali seperti dulu, malam yang masih aman tanpa pembunuh yang terus berkeliaran mencari mangsa.

"Hah i'm forget."

Seorang lelaki berkaca mata memeriksa setiap kantung jas dan celananya, seperti tertinggal dan melupakan sesuatu, dan berbalik badan secepatnya ke ruangannya terakhir kali.

"Pak Thomas, anda mau kemana?" Salah satu karyawan muda yang sama sepertinya menahan lelaki paruh baya yang kembali ke dalam kantor.

"Kunci apartemen saya tertinggal, istri saya tidak ada disana saya harus kesana mengambilnya kembali."

"Mau saya temani? Anda tidak boleh sendirian apalagi malam seperti ini, dan. Pembunuh tengah berkeliaran sekarang."

Pak Thomas menggeleng pelan menolak tawarannya secara halus dan baik, tersenyum di balik kumis tebal.

"Tidak perlu anda lebih baik balik pulang, saya bisa menyusul"

Lelaki paruh baya itu bergegas ke dalam kantor dengan cepat, sebelum penjaga sepi. Perasaannya juga was was dengan kabar pembunuh itu masih yang berkeliaran bahkan tidak ada yang tau sosoknya seperti apa, masih di pertanyakan. Menarik nafas dalam agar tenang dan berusaha bergegas cepat kedalam.

Lantai 5 sepi tidak ada siapa siapa, pintu lift terbuka untuknya menuju lantai 5, tempat ruang kerjanya berada. Gelap dan sunyi, hanya dirinya dan kesunyian itu. Berharap masih ada penjaga yang berkeliaran berjaga jaga, perutnya bergejolak ketakutan-cemas menatap lorong gelap dengan mental yang ia coba beranikan.

Ruang kerjanya masih cukup jauh, gedung yang besar dengan ruangan yang banyak, langkahnya dipercepat agar sampai segera ke ruangannya.
Alih-alih gambaran pada pikirannya yang semakin membuatnya cemas dan khawatir.

Kenop pintu ruang kerjanya ia buka cepat dan buru buru mencari kunci apartemen yang tertinggal darinya, dari gelapnya ruangan terus ia cari tanpa henti, berusaha tenang walau ia tau hatinya berdebar melebihi kadarnya.
Tangan berkeriput yang terus mencari, meraba di setiap sudut ruangan.

"Hah!" Tubuhnya melonjak kaget merasakan tepukan dingin di pundaknya, dan cepat menoleh kebelakang dengan hati was was.

"Ohh i'm sorry, ku kira siapa ternyata anda tuan hallington. Kenapa anda bisa disini? Seharusnya karyawan yang lain sudah pulang lebih awal."

Lelaki paruh baya itu menghela nafas lega dan berat, keningnya masih berkeringat dingin atas jantungnya yang membuat tidak karuan saking takut dan paniknya, lega ternyata masih ada penjaga di gedung ini membuatnya tidak sendirian.

"Saya sedang mencari kunci apartemen saya yang tertinggal, dan sekarang belum di temukan."

Penjaga di sana mengangguk pelan mengerti, tersenyum lebar di balik kumis coklatnya.
"Baiklah, aku akan menunggu di luar ruangan anda. Jika ada perlu sesuatu panggil saja, aku masih harus berkeliling dan mematikan lampu lampu di dalam gedung. Permisi"

Langkahnya mundur dan meninggalkan tuan Thomas sendirian di sana, mencari kembali kunci apartemennya yang tertinggal.
Mata sayu lelaki berkaca mata terus mencari cari kunci apartemennya, jika tidak dia tidak bisa kembali pulang kerumah.

The Insidious heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang