bab 12

0 0 0
                                    

Suara kicauan burung terdengar jelas di samping sesosok Nathalie yang masih tertidur lelap dan meringkuk, matanya perlahan terbuka dan melihat agak samar pemandangan di depan, menyesuaikan juga cahaya pada mata biru nya.

"U..uhmm", suara Geraman lembut bangun dari tidur lelapnya.

Matanya menatap sekitar ruangan dari gubuk tua, tersadar ia berada disini dan jauh dari rumah, bodoh sekali kenapa berada disini dan akan terkena masalah lebih banyak lagi, tapi saat kepalanya terbentur kuat semua nya buyar dan tidak bisa berfikir jernih sama sekali.

Ia mengerang pelan masih agak kesakitan tubuhnya, tatapannya melihat luka luka bekas cambukan pamannya, belum selesai di perban masih setengah jalan.

Tangannya mengelus kepala belakangnya, terdiam sejenak.

uhm? Kok seperti ada yang beda.. rasanya tidak sakit lagi di kepalaku..

Nathalie terdiam bingung berkali kali mengelus belakang kepalanya mencari-cari apakah ada luka, ia ingat sekali kepalanya terluka tapi seketika hilang dengan sekejab.

"Bukannya disini ada yang luka ya?", Nathalie bertanya-tanya bingung.

Tangannya terus memperban lukanya sampai selesai.

"Uhm.. selesai", ia tersenyum senang melihat semuanya sudah beres dan tinggal cepat-cepat kembali ke rumah, takut jika pamannya mencarinya kembali.

Entah saat ia tidak bisa berfikir jernih saat terluka dirinya merasa seseorang menemaninya dalam gubuk tua yang ia tempati barusan, tidak tau siapa tapi terasa nyaman dan aman. Rasanya berbeda tidak seperti bersama dengan Brian.

Ia berlari terburu-buru kembali kerumah keluar dari hutan di belakang halaman rumahnya.

Gerbang pintu halaman belakang ia buka perlahan mengendap-endap tidak ingin sampai ketahuan pamannya.

Matanya terus menyelidik setiap dalam rumah kecil, kosong tidak ada suara, bersih hanya menyisakan kejadian tadi malam.

Ia melihat darah di lantai, saat kepalanya terbentur sangat kencang— sedikit meringis mengingat kejadian tadi malam.

"Tidak ada paman, aku harus menemui Brian"

••••

"Bram.. kamu serius pergi lagi?"

"I'm sorry honey, kali ini ada kasus yang tiba-tiba sekali" 

Alexia menghela nafas pelan, perasana kesal tapi juga parah. Tau jika pekerjaan polisi cukup berat apalagi saat ini tengah kasus yang rumit sekali dan ia harus mengerti.

"Alright honey, tadi aku berkunjung ke ruangan mu ternyata kamu pergi bersama Brian, aku membawakan masakan untukmu", Alexia tersenyum di balik ponselnya meletakkan tas berisi kotak makan.

"Wahh sayang sekali, aku sangat menyukai masakan mu. Tapi saat selesai aku akan Memakan masakan buatan mu, thanks honey "

"Your welcome, jangan terlalu lelah kamu tau aku sangat mengkhawatirkan keadaanmu"

"Aku tau, aku akan lebih berhati-hati. Sampai disini dulu ya sebentar lagi sampai ke lokasi"

"Okay, bye honey love you", Alexia memberi suara kecupan untuk perpisahan sementara dan menatap ponselnya kembali, menghela nafas lalu keluar dari kantor polisi pusat.

Suara ketukan sepatu high heels mengenai lantai keluar dari kantor polisi, mantel coklat nya berkibar setiap ia berjalan dan rambut coklatnya berkibar lembut.

Tatapannya masih terpakut dengan ponsel di tangannya, wajahnya agak tidak enak jelas ia masih khawatir dengan pacarnya yang tengah melakukan misi menyelidik kasus kembali, terlalu takut hal kemarin terulang yang hampir membuatnya tiada.

The Insidious heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang