bab 25

0 0 0
                                    

Peturan demi putaran terus berjalan setiap detik, menit, jam bahkan hari. Waktu London tetap berjalan normal pada umumnya semua menikmati hari-hari mereka mengurus kehidupan masing-masing, tak luput juga kasus smile mask yang masih berlanjut dengan penyelidik yang sama, Brian Steele.

Tak hanya itu, pencarian hilang nya Nathalie juga masih berlanjut— semua kasus semakin bertambah dan rumit dari smile mask, hilangnya Nathalie dan kasus pengikut pendeta Gilbert dengan pengikut satanisme yang kental memakan banyak korban jiwa yang tak bersalah di jadikan tumbal dan hewan yang di perlakukan tidak berperasaan.

Semua rumit sangat rumit, dunia ini begitu banyak rahasia gelap yang tidak orang ketahui saking tersimpan rapatnya di balik kegelapan yang dalam sedalam dalamnya.

Kini dia sekarang mengurus dan memecahkan kasus yang masih dalam satu alur rumit.

Suara langkah kaki bergema di lorong menghampiri salah satu ruangan di ujung lorong berdinding abu dengan jendela besar di sisi kiri lorong. Karyawan yang bekerja di menejemen kepolisian tengah sibuk akan setiap kasus kejahatan yang telah beberapa orang lakukan.

wanita muda berhenti di depan pintu abu tertutup rapat tanpa celah, menghela nafas pelan dan membuka pintu.

Pemandangan punggung lebar kekar bersimpuh keringat dari kulit agak kecoklatan selesai beraktifitas membuyarkan tubuhnya setelah letih berfikir panjang menyelesaikan kasus yang tak kunjung selesai.

Rahang tegas diseka melalui handuk melingkari pundaknya.

"Brian", panggilan pelan Alexia menatap punggung Brian yang masih membelakanginya.

"Tidak ada kabar selanjutnya atas kehilangan Nathalie?"

Pertanyaan Alexia tak di gubris Brian, matanya jelas lelah dan lebih banyak diam. Bukan tidak peduli, semua tanggung jawab ini ia pikul sendiri memecahkan kasus the sinner juga mencari keberadaan Nathalie, bukan hanya dia yang khawatir—justru ia lebih khawatir dengan keadaan Nathalie dan penduduk London yang masih di teror smile mask.

"Maaf Alexia, bisakah kita jangan bicarakan hal itu dulu?", mata coklatnya yang biasa terang terlihat redup, lingkaran hitam di bawah matanya nampak dengan jelas.

Kondisi Brian tidak biasanya terjadi, lebih lelah, berat juga murung. Walau selesai berolahraga membugarkan kembali tubuhnya yang lelah tetap tatapannya memperlihatkan sekali keletihannya.

Dia terdiam melihat keadaan baru temannya, meletakkan telapak tangannya di keningnya. "Brian, kapan terakhir kamu tidur?"

"Itu tidak penting", sanggah Brian.

"Apa yang tidak penting bagimu?! Justru ini penting bodoh! Buat apa kamu mencari Nathalie tapi kondisi mu tidak mendukung!"

"Aku juga khawatir dengan mu juga Nathalie, tapi kamu juga jangan bodoh membiarkan tubuh mu terus bekerja tanpa henti, justru disaat tubuh mu yang tidak mendukung kamu tidak akan mendapat apa-apa"

Ucapan tegas Alexia tak di gubris bahkan meminum minuman kaleng berenergi. Tangan Alexia terulur menepis minuman kaleng yang di pegang Brian—tumpah mengenai beberapa kertas yang berserakan.

"Gak usah bodoh Brian!"

"Gak usah sok menasehatiku!", geramnya dingin sedikit membentak Alexia. Untuk pertama kalinya Brian membentak temannya yang selalu bersamanya, wanita yang lebih dulu mengenal Brian sebelum Nathalie hadir.

Tatapan sakit hati terlihat jelas, meremas tangannya erat hingga memutih. "Fine! Go on! Kamu tidak ingin mendengar ku baiklah aku paham. Kamu berubah setelah Nathalie hilang, kamu pikir hanya kamu yang kehilangan?! Aku, Bram dan Isaac juga mengkhawatirkan nya, kamu pikir hanya kamu saja yang mencarinya?! Kita semua juga ikut mencari Nathalie tanpa kamu sadari! Dasar bodoh!"

The Insidious heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang