bab 24

0 0 0
                                    

Hawa dingin menghembus pelan mengenai pundak telanjang Nathalie, lengan gaun tidurnya agak menurun sedikit dari tempatnya bagaimana ia tertidur lelap sendirian di ruangan besar dan kasur besar melebihi kasur yang ia miliki di rumah pamannya.

Perlahan terbangun merasakan angin dingin yang masuk dari balkon kamarnya, tidak menyangka ia masih berada di istana Shawn dan mengira semua ini akan hilang jika ia terbangun kembali tapi tetap saja dirinya tetap berada di kamar yang Shawn berikan.

Teringat kejadian tadi malam yang membuat rasa traumanya kembali teringat mengingat jelas saat Shawn mencium pundak dan lehernya—sensasi semacam kobaran api dalam jantungnya, perut yang terasa bergejolak gugup juga merasakan betapa hangatnya nafas yang mengenai kulitnya juga bibir lembut tegas, pelukan erat yang tak menyakitkan menunjukkan betapa lelaki itu sangat menginginkannya sekali.

Gejolak hati dari mereka berdua terasa jelas tadi malam dan ini pertama kalinya nafasnya terasa berat dan keinginan tidak seperti saat ia bersama Marco yang justru menunjukkan betapa ia merasa tidak nyaman juga rasa takut yang besar. Entah genggamannya lebih terasa lebih baginya dan tetap ia merasakan hatinya takut saat Shawn hampir menyentuhnya lebih.

Tatapannya sendu mengingat tadi malam, ia terlalu takut tapi juga merasa bersalah kepada Shawn.

"Nona muda"

Panggilan di luar pintu kamarnya, suara yang ia kenal yang tidak lain sudah pasti Johan pelayan setia Shawn yang juga bertugas mengurus dirinya.

Nathalie memilih diam, menarik selimutnya hingga dagu berpura-pura tertidur.

"Nona muda", panggilnya sekali lagi, membuka pintu kamar melihat Nathalie di balik selimut tengah tidur lelap.

"Oh nona muda masih tertidur", Johan bergumam melihat Nathalie yang terbaring di balik selimut tidak menyadari jika dia berpura-pura tertidur lelap.

Mata Nathalie terbuka perlahan mendengar pintu kamar sudah tertutup rapat meninggal kannya sendiri lagi, tak berani bertemu dengan Shawn saat ini dan memilih diam di kamar sampai menemukan jalan keluar dari sini.


Cahaya pagi menyusup melalui jendela-jendela kaca patri, menciptakan pola cahaya lembut yang menari di lantai berpola hitam dan putih. Rak-rak buku menjulang di sekeliling ruangan megah ini, dipenuhi oleh ribuan volume yang menyimpan rahasia dan kisah dari masa lalu. Aroma kayu tua dan debu yang sudah lama menetap menyatu dengan keheningan, hanya terpecah oleh sesekali suara buku yang dibalik oleh penghuni yang jarang tampak.

Di tengah ruangan, meja bundar besar berdiri dengan kokoh, dihiasi lilin yang sudah padam, meninggalkan bekas lelehan lilin yang mengering. Kini, dengan segala keagungan yang dimilikinya, perpustakaan ini berdiri diam, menyambut pagi dengan keheningan yang penuh khidmat, siap menunggu siapapun yang berani menyingkap rahasia yang tersimpan dalam baris-baris halaman usangnya.

"Tuan Shawn"

Tidak ada balasan dari Shawn saat Johan baru masuk ke perpustakaannya.

"Tuan Shawn, nona Nathalie masih tertidur"

Buku tertutup mendengar Nathalie masih tertidur lelap, perasaan bersalah sudah membuat gadis itu ketakutan tadi malam betapa bodoh nya ia tidak bisa menahan dirinya berada di dekat Nathalie yang memang membuat perasaan nya menjadi tidak bisa terkendali.

Menghela nafas kesal juga frustasi bisa bisanya ia melakukan ini dan seharusnya ia melindungi Nathalie bukan memanfaatkannya, pikirannya terus campur aduk dan berulang-ulang mengingat raut wajah Nathalie yang berlari ketakutan darinya.

"Hah, bawakan saja dia sarapan sebelum ia bangun"

Johan terdiam, nada bicara tuannya terdengar lesu walau tertutup dengan ketegasannya ia bisa mengetahui perasaan tuannya saat ini yang merasa bersalah.

The Insidious heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang