Alexia menatap takut saat ibu pantinya mendekat kearah mereka dengan senyuman licik dan mengerikan membawa kapak besar yang sekali di ayunkan dapat melukai hingga merusak tulang dalam.
Nathan yang berada di belakang Alexia menggigil takut sekali, memegang erat bonekanya.
"Ayolah sayang ibu tidak akan menyakiti kalian, ini hanya hukuman karena sudah melanggar peraturan panti", nadanya mengandung unsur kekejaman dan kehinaan, matanya menatap mereka penuh kebengisan juga seringainya.
"K..kak", Nathan menggigil ketakutan, baru melihat hal ini yang seharusnya anak-anak manapun tidak boleh melihat sesuatu hal kekerasan.
Alexia terus menenangkan Nathan mencari jalan keluar dari sini, terus berfikir keras.
Ia teringat sesuatu dan langsung mengambil sesuatu di kolong kasur Nathan.
Botol berisi pasir gliter yang selalu Nathan simpan untuk koleksi, ia menyukai sesuatu yang bersinar. Ia lemparkan kearah mata ibu panti yang bersiap menyerang mereka.
Taburan pasir gliter mengenai matanya hingga membuat matanya perih kesakitan, pasir yang berkelip membuat matanya merah.
"AARRGHHH! DASAR ANAK NAKAL! AAAHHH!!" , erangannya memekik sekitar, tangannya yang masih memegang kapak berayun asal hingga mengenai dinding.
"Ayo Nathan!", seru Alexia menarik tangan kecil Nathan menghindar dari serangan.
"ARGGHH! JANGAN LARI KALIAN!!", seru ibu panti meraung geram walau matanya tidak bisa melihat jelas dan memerah ia tetap mengejar mereka berdua.
Mereka terus berlari kencang keluar dari tempat ini, tidak membiarkan wanita gila yang memakai seragam biarawati membunuh mereka.
"Kak kita mau lari kemana? Nathan takut sekali", Nathan terisak sambil terus berlari menghindar darinya.
Alexia terdiam ia sendiri juga tidak tau harus kemana, ia terlalu takut dan semakin cemas, tempat ini tempat yang mereka tempati untuk singgah menyimpan rahasia terbesar yang semua orang mungkin tidak akan tau tapi itu nyata.
Terlihat salah satu pintu yang seperti nya tidak terkunci, dan memasuki tempat itu.
"Kita bersembunyi dulu disini", ujar Alexia berbisik pelan agar ibu panti tidak mendengar keberadaan mereka.
Nathan mengangguk ketakutan, tubuh kecilnya menggigil akan kejadian barusan yang baru ia lihat, menakutkan sekali sampai ia terisak.
Hati Alexia terenyuh melihat adik satu-satunya ketakutan dan juga matanya yang putus asa, apakah mereka akan hidup atau tidak.
Lengannya melingkari pundak Nathan memeluknya erat sekali.
"Kak..hiks..hiks..apa kita bisa keluar dari sini?", Nathan terisak memeluk kakaknya erat dan menggigil hebat.
Alexia terdiam mendengar Isak tangis putus asa adik kecilnya, ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk membuat adiknya tetap aman tapi saat berada disini ia merasa bersalah tidak bisa menjadi kakak yang baik untuknya.
"Shh..kita akan keluar dari sini, kita sudah janji bersama-sama kita akan kabur dari tempat terkutuk ini dan hidup bersama di luar, kakak janji", janji Alexia tanpa ragu, yang ia inginkan adiknya tetap bahagia dan aman itu impiannya membuat adiknya tetap tersenyum.
"Hiks..hiks..", Nathan masih terisak ketakutan memeluk erat kakaknya tidak ingin lepas, mencari pelindung dalam pelukannya.
"Shh.. kita akan pergi dari sini, kalo tidak salah ada tempat yang mungkin kita bisa lari dari tempat ini, ada saluran air di bawah tanah tapi kita harus tetap bersama dan pegang tangan kakak terus"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Insidious heart
Mistero / Thriller(warning! A little blood and gore 21+) Menceritakan kisah seorang gadis bernama Nathalie labella yang terus di teror akan mimpi buruk yang terus menerus memimpikan pembunuhan berantai dari pembunuh bertopeng senyum, pembunuhan yang terus saja mengha...