Bab 82 | topik berat

1.7K 135 5
                                    

Haii, it's vayyaa3. Book 1 ini aku Ré upload dari fizzo dgn beberapa bab akan aku pdf kan, sama seperti di fizzo. Terimakasii, selamat membaca <3
————
Setelah menghabiskan dua movie, acara netflix dadakan ala mereka pun selesai. Para ciwi memutuskan untuk tidur terlebih dahulu. Mereka tidur bersama di kamar tamu yang ada di rumah bang nayl. Berbeda dengan para cowok, mereka lebih memilih mengobrol dulu di ruang tamu rumah nayl padahal waktu sudah larut malam. Katanya sih sambil minum tipis- tipis. Sekalian bertukar cerita, mumpung ada kesempatan.

"Gila, gue kira bisnis itu gampang. Anjing, susah banget cok. Mana gue kagak terlalu paham bidang itu."

Diman mulai mengeluhkan lagi perihal bisnis yang baru akan dia mulai. Bisnis f&b, lumayan melelahkan untuk seorang pemula memang.

Paul tertawa pelan, sudah lebih dulu merasakannya. "Ya lo pikir gampang. Dulu gue juga sempet stuck."

"Basic kita semua kan emang kagak ada yang ambil bisnis." Sahut rony.

Rony melirik jam tangannya, pukul setengah dua. Dia dan para cowok lainnya masih betah duduk di sofa ruang tamu nayl. Membahas apapun, apa saja yang terlintas.

Daniel menatap rony. "Tapi bisnis lo lancar jaya aja. Dari bisnis warisan bokap lo, bisnis lo sendiri."

"Gue kagak punya bisnis sendiri, nil." Sahut rony.

"Lah, PT Indocemen* tunggal prakars* Tbk. Itu apaan kalo bukan bisnis?"

"Nil, gue cuma punya saham disana. Bukan bisnis gue itu. Ada yang punya, cok."

"Nah itu, gimana caranya bisa gitu?" Sahut bang nayl.

"Ya tinggal beli sahamnya." Sahut rony enteng.

"Ya tapi beli saham kan ga segampang itu, cok." Seru daniel.

"Perlu modal." Tambah bang nayl dengan mengangguk.

"Perlu networking." Sahut diman.

"Perlu liat peluang juga." Sahut paul.

"Nah itu, kuncinya itu. Liat peluang." Sahut rony dengan kembali menghembuskan asap rokoknya.

"Gimana cara lo biar tau itu ada peluang? Cara liat peluangnya."

"Iyaa, cok."

"Kalo itu gue kagak tau." Rony menghembuskan nafasnya. Entah ini rokok  ke berapa, maaf caca.

"Kok bisa kagak tau?" seru diman.

"Yaa gue juga kaga paham. Gimana ya gue jelasinnya. Cuma liat pasar, gue ngerasa ada peluang, ya gue ambil langsung."

Semua terdiam meresapi perkataan rony. Krik, krik...

"Kok gue bingung ye." Ujar diman, makin mumet dia.

"Gini- gini. Si rony walopun kagak punya basic bisnis, tapi dia ada darah bisnis. Perusahaan bokapnya kan turun temurun dari buyut terus opa nya dia." Jelas bang nayl setelah ikut menelaah.

"Nah, iya juga ya."

"Emang gitu ron?" Tanya paul.

"Iya kali yak. Kaga tau juga gue." Rony terkekeh sebentar. Dia juga gak ngerti. Darah bisnis, rasa- rasanya terlalu seram.

"Eh, nil gimna sama nyokap lo?" Diman yang baru ingat akan cerita daniel langsung berseru.

"Nyokap lo kenapa?" Sahut paul.

"Iyaa, ada apaan?" Bang nayl menatap bingung termasuk rony.

"Itu, si daniel kan ceritain anggis ke nyokapnya."

"Terus gimana?" Tanya paul paling semangat.

Daniel nampak menghela nafas terlebih dahulu. "Ya gitu. Mama kaget waktu gue bilang gue ada rasa sama anggis."

Teman tapi Menikah 2 : SalRonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang