( FOLLOW SEBELUM MEMBACA, JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN)
TERIMA KASIH *HAPPY READING, SEMOGA KALIAN SUKA*
---
Hari itu, suasana di rumah Retta masih penuh kesedihan. Setelah pertemuan emosional dengan Bu Ratna, Retta dan ibunya berusaha untuk tetap tenang, meski hati mereka masih terasa berat. Retta masih melakukan pemotretan dan syuting untuk proyeknya dengan Aksa, dan ia bertekad untuk tetap profesional.
Setelah siap-siap, Retta berusaha menepis perasaan sedihnya. Ia mengenakan gaun simpel tapi elegan, ditambah makeup yang pas. Aksa di sampingnya siap mendukung, mereka berdua menuju SMA Bina Sarana, tempat mereka bersekolah dulu, berharap bisa menjalin kenangan manis di lokasi yang penuh memori.
Di dalam mobil, suasana mulai mencair. “Gimana, Rett? Kembali ke sini apa rasanya?” tanya Aksa sambil nyetir.
“Ya, campur aduk sih. Seneng bisa balik, tapi juga bikin sedih,” jawab Retta dengan nada pelan.
Aksa mengangguk, mengerti perasaan sahabatnya. “Kita bakal bikin kenangan baru di sini, yang lebih seru dari yang dulu.”
Mereka tiba di SMA Bina Sarana dan langsung disambut dua staf, Liza dan Fandi. “Eh, Rett! Siap?” sapa Liza ceria.
“Siap dong." Jawab Retta sambil tersenyum.
“Oke! Kostum udah siap. Kita tinggal atur pencahayaannya, ya, Fandi?” jawab Liza sambil melirik Fandi.
“Yup! Semua peralatan siap. Kita bisa mulai sekarang!” sahut Fandi dengan semangat.
Retta mencoba tersenyum meskipun hatinya masih berat. Ia berusaha bersikap baik-baik saja, berharap bisa melupakan sejenak masalah yang membebani pikirannya.
---
Setelah pemotretan selama beberapa jam, suasana mulai ceria. Aksa berusaha menghibur Retta dengan lelucon konyol, dan mereka berdua tertawa meski kadang tawa itu sedikit dipaksakan. Retta merasakan semangatnya perlahan kembali berkat dukungan Aksa yang selalu ada.
Namun, saat pemotretan selesai dan mereka bersiap meninggalkan lokasi, tiba-tiba kerumunan orang berkumpul di depan pintu gerbang sekolah. Wartawan dengan sigap menghampiri Retta, mengajukan berbagai pertanyaan yang membuatnya merasa tidak nyaman.
“Retta, gimana komentar kamu soal kasus Rey yang dibuka lagi?” tanya salah satu wartawan agresif.
“Retta, kembali ke dunia hiburan itu rasanya gimana?” tanya wartawan lainnya, berusaha memotret setiap reaksi wajahnya.
“Gimana hubungan kamu sama laki-laki di artikel itu? Apakah kalian berpacaran?” tanya seorang wartawan lain.
Retta tertegun. Suasana yang awalnya menyenangkan kini berubah mencekam. Ia merasa terjebak dalam badai pertanyaan yang tidak ada habisnya. “Saya... saya nggak mau bahas itu sekarang,” jawab Retta dengan nada cemas, berusaha menghindar dari perhatian yang berlebihan.
Aksa langsung merasakan ketidaknyamanan Retta. “Sudah cukup! Beri kami ruang!” serunya, berusaha melindungi Retta. Liza dan Fandi juga bergegas maju, membentuk barikade di sekitar Retta.
Namun, saat situasi semakin tegang, tiba-tiba salah satu haters melemparkan telur mentah ke arah Retta. Telur itu meluncur dan menghantam baju Retta, membuatnya terkejut. Rasa malu dan marah bercampur aduk di dalam hati Retta. Aksa, Liza, dan Fandi langsung bereaksi cepat, mengamankan Retta dan membawanya pergi dari kerumunan yang semakin tidak terkendali.
“Masuk ke dalam mobil! Sekarang!” seru Aksa sambil melindungi Retta dari kerumunan.
Retta, yang masih shock dengan kejadian itu, hanya bisa mengikuti instruksi Aksa. Dalam perjalanan ke mobil, ia merasakan tatapan sinis dari para haters dan wartawan yang terus merekam setiap momen. Dalam hatinya, ia merasa hancur. Rasanya semua usaha untuk kembali ke dunia hiburan ini hanya membawa masalah baru.
Setelah berhasil membawa Retta ke dalam mobil, Aksa dan tim segera menyusul. Aksa duduk di samping Retta, sementara Liza dan Fandi duduk di belakang, wajah mereka tampak cemas.
“Rett, lo baik-baik aja?” tanya Aksa khawatir, menyentuh tangan Retta lembut.
“Nggak tahu, Aksa. Gue... gue ngerasa tertekan banget. Kenapa semua orang nggak bisa ngerti kalau gue cuma mau hidup normal?” jawab Retta, air mata mulai menggenang di matanya.
Liza menambahkan, “Tenang aja, Rett. Kita semua di sini buat lo. Setelah ini, kita bisa atur pemotretan lagi. Semua bakal baik-baik aja.”
Fandi juga menimpali, “Iya, ini cuma satu hari buruk. Lo kuat, Rett!”
Retta menatap wajah-wajah penuh dukungan itu dan merasakan hangatnya pertemanan yang ada di sekelilingnya. Meskipun dunia luar tampak kejam, ia tahu bahwa ia tidak sendirian. “Terima kasih, guys. Gue berusaha untuk tetap kuat,” ujarnya, berusaha tersenyum meskipun hatinya masih terasa hancur.
Setelah melewati kerumunan dan kembali ke jalan raya, suasana dalam mobil sedikit membaik. Aksa berusaha mencairkan suasana dengan berbagi cerita lucu tentang kejadian-kejadian di SMA dulu.
---
Setelah kembali ke rumah, Retta langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya dari sisa-sisa telur mentah yang masih menempel di pakaiannya.
Dengan langkah berat, Retta beranjak menuju kamar mandi. Namun, sebelum ia sempat melangkah lebih jauh, Bu Dea menunggunya di ruang tamu. Wajah ibunya menunjukkan kepanikan saat melihat baju kotor yang dipakai Retta.
“Retta, baju kamu kenapa kotor?” tanya Bu Dea, suaranya penuh kekhawatiran.
“Biasa, Bu. Lagi-lagi ada wartawan,” jawab Retta sambil menghela napas, berusaha mengabaikan rasa jengkel yang mulai menghinggapi.
“Yaampun, Rett! Kok bisa sampai ada wartawan?” Bu Dea terkejut, matanya melebar tak percaya.
“Iya, Bu. Nggak tahu ada haters yang tiba-tiba lempar telur ke arahku,” Retta menjelaskan dengan nada yang campur aduk antara kesal dan geli.
Ibu Dea hanya bisa menggelengkan kepala, merasa tak habis pikir dengan situasi yang dihadapi putrinya. "Dasar orang-orang itu, ya. Ngga ada kerjaan lain.”
“Yaudah, Bu. Aku mau bersihin pakaian dulu,” kata Retta, berusaha mengalihkan perhatian dari insiden yang baru saja terjadi.
---
Setelah membersihkan pakaiannya, Retta memutuskan untuk duduk sejenak di tepi tempat tidurnya. Ia mengeluarkan ponsel dan mulai menulis di catatan harian digitalnya. Ia menulis tentang perasaannya, tentang keinginannya untuk bangkit, dan tentang harapannya untuk masa depan.
Retta merasakan kehangatan yang mengalir dalam hatinya. Mungkin perjalanan ini memang tidak mudah, tetapi ia tahu bahwa selama ia memiliki Aksa dan teman-teman lainnya di sampingnya, ia bisa melewati semua ini.
Hari itu berakhir dengan penuh harapan baru. Meski banyak tantangan di depan, Retta bertekad untuk tidak menyerah dan melanjutkan perjuangannya di dunia yang penuh intrik ini. Dengan dukungan orang-orang terkasih, ia yakin bisa melewati semua badai yang menghadang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Welcome to Hometown (ON GOING)
RomanceRetta Agatha, aktris ternama dengan segudang penghargaan, tiba-tiba harus menghadapi kehancuran hidupnya saat ia dituduh sebagai tersangka dalam pembunuhan pacarnya. Dalam sekejap, karier gemilangnya runtuh, penggemar berbalik meninggalkannya, dan m...