( FOLLOW SEBELUM MEMBACA, JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN)
TERIMA KASIH *HAPPY READING, SEMOGA KALIAN SUKA*
---
Keesokan harinya, saat langit mulai gelap dan angin malam berhembus lembut, Retta duduk termenung di teras rumahnya, menatap ponsel yang ada di tangan dengan perasaan yang berkecamuk. Setelah beberapa detik, ia memutuskan untuk mengirim pesan singkat pada Aksa, memintanya untuk bertemu di taman dekat rumah mereka. Ada sesuatu yang penting yang harus ia bicarakan, dan itu tak bisa lagi ditunda.
Setelah beberapa menit, ponsel Retta berdering. Sebuah balasan dari Aksa yang mengonfirmasi akan segera datang. Retta meletakkan ponselnya, menarik napas dalam-dalam, dan mencoba menenangkan pikirannya. Ia tahu ini bukan percakapan yang mudah.
Taman itu tampak sepi, hanya diterangi oleh lampu jalan yang remang-remang. Suara angin yang berdesir di antara pepohonan menjadi satu-satunya suara yang terdengar saat Retta menunggu. Tak lama, sosok Aksa muncul dari kejauhan, berjalan cepat menghampirinya.
"Aksa," sapa Retta dengan senyum tipis.
Aksa tersenyum lemah, meski wajahnya tampak cemas. "Lo kenapa, Rett? Ada yang penting banget, ya?"
Retta mengangguk perlahan. Ia merasakan kegugupan yang tak biasa. "Iya, Aksa. Sebenarnya gue... ada sesuatu yang harus gue bicarakan sama lo," kata Retta pelan, berusaha menenangkan dirinya sendiri.
Aksa duduk di sampingnya, menatapnya dengan perhatian penuh. "Lo kenapa? Lo nggak kayak biasanya."
Retta menghela napas panjang, lalu mulai berbicara dengan suara lebih pelan. "Gue... gue rasa kita harus mulai menjauh, Aksa."
Aksa terdiam sejenak, tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. "Apa? Serius lo, Rett? Kenapa?"
Retta menunduk, tangannya meremas rok yang dipakainya, berusaha menenangkan dirinya. "Gue tahu hubungan kita nggak diterima sama ibu lo. Gue juga nggak bisa terus-terusan kayak gini, Aksa. Gue nggak mau jadi masalah buat lo. Dan... gue rasa gue harus fokus sama kehidupan gue sendiri."
Aksa menatapnya dengan bingung. “Tapi, Rett... kita udah cukup lama bareng. Kita nggak bisa gitu aja, kan?”
Retta menarik napas dalam-dalam, matanya mulai berkaca-kaca. "Gue harus kembali ke Jakarta, Aksa. Naya akan pindah sekolah. Dan gue juga bakal bawa ibu ke Jakarta setelah persidangan selesai. Gue nggak bisa terus di sini, dan gue nggak bisa terus-terusan... kayak gini."
Aksa menunduk, mengalihkan pandangannya. “Jadi, lo mau pergi... gitu aja?”
Retta menggenggam tangan Aksa dengan lembut, matanya menatap penuh penyesalan. “Gue nggak mau pergi tanpa bilang sama lo, Aksa. Gue nggak mau ninggalin lo gitu aja. Tapi ini keputusan yang gue rasa paling tepat, biar kita nggak terus-terusan saling nyakitin.”
Aksa terdiam, pikirannya melayang. Setelah beberapa saat, dia menatap Retta dengan sorot mata yang lebih dalam. "Tapi, lo beneran yakin? Lo nggak bisa lebih lama di sini? Kita bisa cari jalan lain..."
Retta menggeleng pelan, suaranya pelan namun penuh keteguhan. "Gue nggak bisa, Aksa. Ini bukan soal kita berdua aja. Ini tentang keluarga gue, tentang masa depan gue. Gue harus ngelewatin semua ini, dan gue nggak bisa terus berjuang kalau nggak ada dukungan dari keluarga kita."
Aksa menarik napas panjang, mengusap wajahnya dengan frustrasi. "Jadi, lo pikir ini yang terbaik? Untuk kita berdua?"
Retta menatapnya dalam diam, bibirnya bergetar. "Gue... gue nggak mau ini terjadi, Aksa. Tapi gue rasa ini jalan yang paling bijak. Gue nggak mau hubungan kita jadi beban buat siapa pun. Gue harus mulai hidup di Jakarta lagi, dan gue nggak bisa terus di sini, apalagi kalau kita nggak bisa diterima."
KAMU SEDANG MEMBACA
Welcome to Hometown (ON GOING)
RomanceRetta Agatha, aktris ternama dengan segudang penghargaan, tiba-tiba harus menghadapi kehancuran hidupnya saat ia dituduh sebagai tersangka dalam pembunuhan pacarnya. Dalam sekejap, karier gemilangnya runtuh, penggemar berbalik meninggalkannya, dan m...