BAB 24: Jejak yang Tersisa

52 35 14
                                    

( FOLLOW SEBELUM MEMBACA, JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN)  

TERIMA KASIH *HAPPY READING, SEMOGA KALIAN SUKA*  

---

Hari berikutnya, Retta bangun dengan semangat baru. Ia merasakan ada sesuatu yang berbeda di udara, seolah kebenaran yang telah lama tertutup mulai mengintip keluar. Setelah sarapan, ia memutuskan untuk memulai hari dengan mencari informasi lebih lanjut tentang orang-orang yang dekat dengan Rey. Hari ini, mereka akan menyelidiki lebih dalam, terutama karena besok adalah hari terakhir pemotretan.

Setelah mengumpulkan timnya—Aksa, Liza, dan Fandi—Retta mengusulkan untuk melakukan penyelidikan lebih mendalam ke beberapa lokasi yang sering dikunjungi Rey. “Oke, guys, kita harus kembali ke tempat-tempat yang pernah Rey kunjungi. Mungkin ada sesuatu yang kita lewatkan,” ujarnya penuh percaya diri.

“Setuju! Gue rasa itu bisa jadi cara untuk mendapatkan info yang lebih berharga,” timpal Aksa, semangatnya terbangun dengan rencana tersebut. “Plus, kita bisa buktikan kalau lo bukan pelaku.”

Mereka memutuskan untuk mengunjungi beberapa kafe dan tempat hangout yang sering dikunjungi Rey. Saat memasuki kafe pertama, aroma kopi yang segar menyambut mereka. Ruangan itu dipenuhi dengan suara ramai dari pengunjung yang sedang menikmati waktu santai. Retta langsung merasa nostalgia melihat suasana itu.

Setelah duduk, Retta mengajak timnya untuk berbincang dengan pelayan. “Permisi, Kak, apakah Kakak ingat Rey yang sering datang ke sini?” tanyanya.

Pelayan itu mengangguk, wajahnya menunjukkan tanda-tanda kesedihan. “Ya, saya ingat dia. Dia sering datang bersama teman-temannya. Tapi... saya tidak tahu apa yang terjadi padanya.”

Retta merasakan kepedihan dalam suara pelayan tersebut. “Apa dia pernah cerita soal sesuatu yang aneh?” tanya Retta penuh harap.

Pelayan itu merenung sejenak. “Dia pernah terlihat gelisah, tapi tidak pernah menjelaskan kenapa. Waktu itu, saya lihat dia bersama seorang wanita yang tampaknya membuatnya tidak nyaman,” jelas pelayan tersebut.

Retta merasa ada jari-jari tak terlihat yang meremas jantungnya. Wanita itu... siapa dia? Kenapa Rey terlihat tidak senang saat bersamanya? Dalam benaknya, muncul berbagai kemungkinan, dan semua itu membuatnya semakin gelisah.

---

Setelah berbincang di kafe, Retta, Aksa, Liza, dan Fandi kembali ke rumah Retta. Hati Retta masih terasa berat setelah mendengar cerita pelayan tentang Rey. Banyak hal yang tak terjawab, dan pikirannya berkecamuk dengan berbagai pertanyaan. Namun, saat ini, dia harus fokus, karena besok adalah hari terakhir pemotretan untuk proyeknya.

Di dalam mobil, suasana di antara mereka terasa hening. Masing-masing dari mereka memikirkan apa yang telah mereka temukan. Retta berusaha mengalihkan perhatian dari pikiran tentang Rey dengan membahas pemotretan besok. “Gue harap semuanya siap untuk besok. Ini adalah pemotretan terakhir dan harus sempurna,” ujarnya dengan semangat.

“Yup, setuju! Kita harus pastikan semua perlengkapan ready,” Liza menambahkan, sedikit mengubah suasana hati yang awalnya tegang menjadi lebih fokus pada persiapan.

---

Setibanya di rumah, Retta dan timnya segera berkumpul di ruang tamu. Mereka memutuskan untuk istirahat sejenak sebelum melanjutkan persiapan. Retta menghabiskan waktu dengan melihat-lihat berita terbaru di ponselnya. Tiba-tiba, sebuah artikel menarik perhatiannya. Judulnya berbunyi: "Polisi Temukan Petunjuk Baru Kasus Kematian Rey."

Retta merasa jantungnya berdegup kencang saat membaca isi artikel tersebut. Polisi mengumumkan bahwa mereka telah menemukan petunjuk baru yang bisa mengubah arah penyelidikan. Kasus ini dibuka kembali setelah penyelidikan sempat terhenti. Sebuah harapan baru muncul di dalam hati Retta. Ia merasa lega, seolah beban yang selama ini menghimpitnya mulai terangkat.

“Guys, lihat ini!” Retta memanggil Aksa, Liza, dan Fandi, yang segera menghampirinya. “Polisi menemukan petunjuk baru tentang Rey. Kasusnya dibuka lagi!”

“Serius? Keren banget!” jawab Aksa dengan wajah penuh harapan. “Mungkin ini bisa bantu membersihkan nama lo, Rett.”

“Semoga aja. Gue udah nggak sabar nunggu kabar lebih lanjut,” Retta berkata, merasakan harapan yang mulai tumbuh di dalam dirinya.

Setelah berita itu, suasana hati mereka berangsur-angsur lebih baik. Mereka semua merasa optimis dan bersemangat untuk memulai pemotretan terakhir keesokan harinya.

Malam itu, setelah istirahat sejenak, mereka kembali berkumpul untuk merencanakan langkah-langkah selanjutnya. Retta tahu bahwa meski tantangan di depan masih ada, dia merasa lebih kuat karena dukungan timnya.

Setelah berbincang-bincang, mereka akhirnya beristirahat. Retta merasa lebih tenang dan optimis. Dia tahu bahwa besok adalah awal baru, tidak hanya untuk proyeknya tetapi juga untuk pencarian kebenaran mengenai Rey.

---

Malam itu, Retta tidur dengan harapan baru. Ia akan melakukan yang terbaik di pemotretan terakhirnya dan setelah itu, ia akan melanjutkan pencariannya untuk mengungkap misteri di balik kematian Rey. Dengan segala persiapan yang telah dilakukan, dia merasa yakin bahwa langkah selanjutnya akan membawanya lebih dekat pada jawaban yang dia cari.

Keesokan harinya, suasana di lokasi pemotretan terasa tegang. Semua tim berkumpul, dan Retta tahu bahwa semua orang mengharapkan hasil yang maksimal. Dengan semangat yang baru, ia berusaha menampilkan kepercayaan diri di depan kamera.

Sebelum pemotretan dimulai, Retta melihat Aksa yang menatapnya dengan penuh dukungan. “Kita akan melakukan ini bersama-sama. Apapun yang terjadi, kita tetap di sini untuk satu sama lain,” kata Aksa, menguatkan Retta.

Retta mengangguk, merasakan semangat Aksa mengalir dalam dirinya. “Terima kasih, Aksa. Kita pasti bisa melewati ini,” balas Retta, bertekad untuk memberikan yang terbaik.

Pemotretan dimulai dengan baik. Retta berpose dengan elegan, mencoba mengabaikan semua pikiran yang mengganggu. Setiap jepretan kamera menjadi pengingat akan tekadnya untuk menyelesaikan proyek ini dengan baik, tetapi di dalam hatinya, ia tahu bahwa pencarian untuk menemukan kebenaran tentang Rey belum berakhir.

Saat pemotretan berlangsung, Retta tidak bisa menghilangkan rasa gelisah yang semakin mendalam. Ia bertekad untuk menemukan wanita misterius itu dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Rey. Setelah pemotretan selesai, Retta merasakan ketegangan di pundaknya sedikit berkurang, tetapi semangatnya untuk menemukan kebenaran semakin membara.

Hari itu berakhir dengan perasaan campur aduk. Retta berhasil menyelesaikan pemotretan, tetapi pikirannya masih terfokus pada pencarian. Retta bertekad untuk tidak membiarkan apa pun menghentikannya. Bersama Aksa dan timnya, mereka akan melanjutkan pencarian ini hingga menemukan jawaban yang mereka cari.

---

Malam harinya, Retta dan timnya berkumpul kembali di rumah. Mereka berbagi cerita tentang pengalaman hari itu dan merencanakan langkah-langkah selanjutnya. “Kita harus menemukan wanita itu. Dia mungkin bisa kasih kita jawaban yang kita butuhkan,” ujar Retta dengan semangat baru.

Dengan tekad yang bulat, Retta merasa yakin bahwa mereka akan segera menemukan kebenaran. Bersama timnya, mereka akan menggali informasi lebih dalam dan berusaha untuk memecahkan misteri di balik kematian Rey. Ia tidak akan berhenti sampai mendapatkan keadilan untuk Rey dan membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah.

Welcome to Hometown (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang