Kesepian

0 0 0
                                    

Merasa Terombang-ambing di Lautan Sunyi

Rasanya seperti terdampar di sebuah pulau kecil, sendirian. Angin berhembus kencang, menghempaskan dedaunan kering, seakan ikut meneriakkan kesunyian yang menyelimuti. Sekitar terasa begitu luas, namun hampa. Matahari bersinar terik, tapi tak mampu menghangatkan jiwa yang membeku.

Aku sering membayangkan diriku sebagai sebuah pulau kecil di tengah lautan luas. Dulu, pulau kecilku dikunjungi banyak kapal, membawa teman-teman baru, cerita seru, dan tawa riang. Namun, seiring berjalannya waktu, kapal-kapal itu semakin jarang singgah. Pulau kecilku menjadi sepi, sunyi, dan terlupakan. Ombak besar menerjang, mengikis sedikit demi sedikit daratan pulau, hingga terasa semakin sempit dan kesepian.

Kadang, aku merasa seperti seekor burung yang terkurung dalam sangkar. Meski sayapku masih kuat, aku tak bisa terbang bebas. Dinding-dinding sangkar yang tak kasat mata membatasi ruang gerakku. Aku merindukan langit luas, angin sepoi-sepoi, dan kebebasan mengepakkan sayap.

Kesepian itu seperti bayangan yang selalu mengikutiku ke mana pun aku pergi. Ia bisikan lembut yang kadang berubah menjadi teriakan keras di dalam kepalaku. Ia membuatku merasa tidak berguna, tidak berarti, dan sendirian di dunia ini.

Aku merindukan sentuhan hangat, senyuman tulus, dan percakapan yang mendalam. Aku merindukan seseorang yang bisa mengerti, memahami, dan menemani. Aku merindukan perasaan terhubung dengan orang lain, merasa menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar.

Kesepian adalah tamu tak diundang yang sulit sekali untuk diusir. Namun, aku percaya bahwa setiap badai pasti akan berlalu. Aku akan terus berusaha mencari cahaya di tengah kegelapan, dan berharap suatu saat nanti, pulau kecilku akan kembali ramai dikunjungi oleh kapal-kapal yang membawa kebahagiaan.

Rabu, 1 Januari 2025 

Aku, Kamu, Kita : Simfoni kehidupanWhere stories live. Discover now