Aku pernah merasa dunia seakan runtuh saat orangtuaku memutuskan berpisah. Rumah yang tadinya menjadi tempat ternyaman, tiba-tiba terasa asing dan penuh dengan kehampaan. Isak tangis menggantikan tawa riang, dan kehangatan keluarga perlahan memudar.
Broken home, bagiku, bukan sekadar istilah yang menggambarkan kondisi sebuah keluarga yang berantakan. Ini adalah pengalaman pribadi yang menyakitkan, sebuah luka mendalam yang sulit disembuhkan. Aku sering bertanya-tanya, di mana letak kesalahanku hingga harus merasakan pahitnya perpisahan orangtua?
Aku tumbuh dalam lingkungan yang penuh ketidakpastian. Setiap hari adalah sebuah tantangan baru yang harus kuhadapi. Kehilangan sosok ayah atau ibu adalah kehilangan yang sangat besar. Aku merindukan saat-saat sederhana seperti makan malam bersama, bercerita sebelum tidur, atau sekadar bercanda bersama.
Namun, di balik semua kesedihan itu, aku juga belajar banyak hal. Aku belajar menjadi lebih mandiri, lebih kuat, dan lebih menghargai setiap hubungan yang ada dalam hidupku. Aku juga belajar untuk memaafkan, meskipun itu adalah hal yang sulit.
Broken home mengajarkanku bahwa hidup tidak selalu berjalan sesuai rencana. Ada kalanya kita harus menghadapi kenyataan pahit yang tidak dapat kita hindari. Namun, di balik setiap kesulitan pasti ada pelangi. Yang terpenting adalah bagaimana kita menyikapi semua cobaan yang datang dalam hidup kita.
YOU ARE READING
Aku, Kamu, Kita : Simfoni kehidupan
PoetryPernahkah kamu merasa ada yang kurang dalam hidupmu? Pernahkah kamu bertanya-tanya mengapa kamu merasa seperti ini atau seperti itu? Mungkin saja jawabannya terletak pada keluarga, tempat di mana kita pertama kali belajar tentang cinta, kehilangan...