Setelah berkutat dengan semua peralatan dapur,masakan kita berdua pun rampung sebelum adzan magrib.Aku langsung membersihkan diri karena nggak kuat sama bau asap dll,
mas Damar langsung ke masjid begitu aku masuk kamar."Mas kemasjid dulu ya, langsung mandi aja assalamu'alaikum."
"Waalaikumsalam."jawabku sambil mencium punggung tangannya.Aku langsung ngacir masuk kamar mandi, sebelum nanti waktu sholat magrib habis.
Selesai semuanya kami langsung makan lesehan di samping rumah ibu,makan malam bersama orang tersayang adalah sebuah anugerah yang harus selalu aku syukuri.Selesai makan kami langsung pamit pulang,kata mas Damar kita akan mampir kerumah ibuku sebentar,mas Damar ada perlu sama bapak katanya ada bisnis.Rumah ibu mertua dan rumah bapak itu deket,cuma beda RT aja.
"Assalamu'alaikum"ucapku begitu aku membuka pintu rumah.
"Waalaikumsalam "bapak pun keluar menyambut kami,"lho kok nggak ngabari kalau kesini,ibu baru aja pergi rewang ke rumah budhe Surti."
"Lah masa kerumah sendiri harus bilang "kataku sambil mengecup punggung tangan bapak."ini lho mas Damar ada perlu sama bapak, jadinya aku ikut aja sekalian."jawabku sambil terkekeh.
"Ya udah yuuk masuk,buatin kopi ya nduk dua."
"No!bapak nggak boleh ngopi lho nanti darah tingginya kambuh."
"Sesekali nggak papa to nduk"
"Nggak boleh,udah aku buatin wedang jahe aja biar bisa minum semuanya."ucapku sambil berlalu kedapur,meninggalkan bapak dan mas Damar diruang tengah depan TV.
"Sabar,sabar ya mas kalau Laras galaknya lagi kambuh."
"Nggak papa pak sudah biasa,
Mas ada perlu sama bapak bisa bicara sebentar??"aku memang ingin bicara serius sama bapak."Mau bicara apa?serius banget keliatannya??"ucap bapak.
Aku pun mulai berbincang serius dengan bapak,aku ingin bertukar pikiran dengan beliau.
Bapak kan sudah lebih sepuh pasti jauh lebih pengalaman dari pada aku yang masih muda.
"Jadi menurut bapak gimana??""Yang bapak tahu itu tanah sengketa,sudah masuk ranah hukum tapi belum ada hasilnya seperti apa.Kalau menurut bapak lebih baik pending aja,cari lokasi yang lain aja untuk bengkel."
Ini yang aku maksud bapak kan jauh lebih senior pasti beliau pasti lebih tahu, rencananya mau buka bengkel dan lagi nyari lokasi.Kemarin ada yang nawarin tanah tapi kata ibuku dan bapak tanah itu masih dalam sengketa."baik pak biar nanti mas cari lokasi yang lain,
tadi ibu juga bilang itu tanah sengketa tapi ibu nggak yakin.
Saran dari ibu suruh tanya bapak yang lebih paham.""Itu tanah sengketa sudah lama,
berapa kali mau dijual tapi nggak laku,lah nggak jelas kepemilikannya.Rencana butuh berapa meter buat bengkel?cari lokasi dimana??""Kalau bisa yang agak luas biar bisa buat parkir juga,jadi nggak ganggu kalau ada pelanggan yang masih nunggu.Mas nyari yang deket jalan desa itu pak,kan rame kelihatannya prospek kedepannya juga bagus.Ada rencana juga mau buat beberapa toko biar bisa disewakan."
ucapku pada bapak."Bapak ada tanah lokasi deket jalan desa,nggak begitu luas tapi bisa lah kalau buat bengkel.Mau nyoba liat nggak mas??"
"Boleh pak jadi lebih enak malahan nggak perlu repot-repot nyari lahan.Maaf pak untuk harganya gimana?"tanyaku.
"Alah kalau cocok tinggal pakai aja,anggap aja ini hadiah buat kalian."jawab bapak santai.
"Jangan to pak,kan niatnya nggak gitu."jawabku nggak enak.
"Nggak papa,lagian cuma Laras yang bapak dan ibu punya,kalau bukan buat dia buat siapa lagi."
"Ya tapi kan nggak enak pak atau gini aja bapak modal lahannya dan nanti sisanya biar jadi tanggungan Damar.Nanti kita bagi hasil aja,anggap aja kita jadi partner bisnis pak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ceritaku
Ficción GeneralWAJIB Follow dulu ya sebelum membaca thanks !!!! Ini berisi kumpulan cerita dan yang pasti dengan konflik yang ringan dan berakhir dengan happy ending karena aku nggak suka sad ending. Ini murni karangan saya pribadi dan masih dalam tahap belajar.Ja...