Ningsih (part 4)🌻

55 5 0
                                    


Flashback on

Perjalanan pulang kali ini terasa beda,ada seseorang yg duduk disampingku,dalam artian orang yang aku kenal.Biasanya aku yg selalu kemana pun sendiri,ini ada pak Aryan yg menemaniku.
Obrolan kami diawali dengan masalah kampus,politik sampai dengan gosip yang lagi hangat dikampus.Kami juga ngobrol banyak tentang kuliner sampai hal hal random lainnya.Saat ini kami sedang menunggu jemputan supir pak Aryan,kita sambil ngopi disebuah cafe diarea stasiun.

"Bisa nggak kalau diluar jangan panggil pak,saya berasa tua banget?"kataku wanita yang duduk didepanku.

"Trus harus panggil apa?sudah biasa panggil gitu."jawabku pada pak Aryan.

"Apa aja asal jangan pak,kalau kita dikampus itu lain."

"Panggil kakak?mas?abang?uda atau apa?"

"Panggil abang tapi bukan abang tukang bakso lho?"kataku sambil tertawa pelan.

Aku pun tertawa dengan leluconnya,ternyata ngobrol dengan beliau tidak sekaku yang aku bayangkan.Beliau orang yang asyik diajak ngobrol ternyata.

"Baiklah kalau diluar kampus saya akan panggil abang."

"Goog girl,kalau gitu Abang panggil ade boleh?biasakan ya kalau lagi berdua jangan pakai saya,kita sedang nggak dikampus "kataku sambil mengacak jilbabnya jadi sedikit kusut.

Diperhatikan gitu aja buat aku salah tingkah,mukaku pasti sudah kaya kepiting rebus.

"Baiklah,tapi ade mau tanya beberapa hal boleh kan bang?"aku menatap beliau sejenak sebelum akhirnya mulai bertanya beberapa hal.

"Boleh silahkan tanyakan kalau memang ada yg ingin ditanyakan."

"Apa alasan abang tertarik dengan ade?pasti ada alasan kan?"tanyaku.

"Harus ya pakai alasan."

"Harus itu."jawabku yakin.

Aku melihatnya menarik nafas sejenak sebelum mulai bicara.

"Dua tahun lalu saat pertama kali abang menginjakkan kaki di kampus,abang mengikuti seminar dikampus yg ternyata adek jadi salah narasumbernya.Abang tertarik dengan cara adek bicara dan menyampaikan materi.Apa lagi dengan senyumannya buat teringat terus."aku sambil terkekeh bila mengingat moment awal bertemu dengannya.

"Selama itu?"tanyaku tak percaya.

"Heeum abang tanya kepada salah satu rekan dosen juga nama adek siapa?dosen dari fakultas apa?tapi keberanian abang baru sebatas itu.Sampai saat mbak Mila menikah dengan mas Faiz,baru saya tahu kalau kalian berteman.
Nach sejak saat itu abang mulai bertanya tentang adek pada mbak Mila dan atas dorongan mbak juga akhirnya abang beranikan diri mendekati adek dan sampai ketahap ini sekarang."ucapku.

"Jadi mbak Mila itu informan ya?"

"Bisa dibilang gitu dek,lah mau dari siapa lagi dapat informasi kalau bukan dari mbak.Soalnya beberapa dosen pernah bilang kalau ade sulit untuk didekati.
Bahkan ada yg bilang kalau ade kaya kutub utara yang beku."

"Masa ada yg bilang gitu?tapi memang ada beberapa dosen yang terang terangan ngasih perhatian lebih tapi ade tanggapi biasa aja atau dicuekin."aku menjawab sambil terkekeh.

"Trus kenapa direspon,begitu abang ajak kenal lebih dekat?"

"Salah satu alasannya adalah dorongan dari mbak Mila untuk bisa kenalan dan buka hati untuk orang baru.Setelah kita ngobrol ternyata abang bisa jadi teman ngobrol yang baik,pendengar yg baik juga.Tak seburuk yang dibayangkan dalam otakku."
kataku sambil terkekeh pelan.

CeritakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang