Sudah seminggu setelah kejadian dirumah kala itu,semuanya masih sama tidak ada yang berubah.Aku rasanya belum bisa untuk beramah tamah dengan mereka semua.Saat ketemu dirumah bapak pun,aku tidak bertegur sapa,paling cuma cium tangan udah gitu aja.Pernah suatu ketika mereka ingin memelukku saat aku pamitan pulang,aku otomatis mundur.
Penginnya juga berdamai dengan semuanya tapi sulit,bahkan hasil kita ngobrol bertiga pun masih tetap sama.Ya kita sempat ngobrol bertiga di rumahku atas saran mas Damar,katanya kami ini butuh waktu bertiga untuk ngobrol tanpa ada orang lain didalamnya.Tapi kenyataannya obrolan kami pun nggak berhasil,yang ada kita saling adu argumen aja jadinya.Flashback on
Kami sedang berada di teras belakang rumahku,atas ide dari mas Damar akhirnya aku mau untuk ketemu dan diajak ngobrol bareng mereka.Aku diam aja tanpa berniat untuk membuka obrolan,aku malahan asyik mengamati pohon alpukat mini yang sedang berbuah.
"Kamu sehat nduk??"tanya pak Muhsin padaku(ayah Muhsin).
"Alhamdullilah sehat."aku cuma menjawab itu tanpa ada niat untuk bertanya kembali.
"Syukurlah kalau sehat,ayah seneng dengernya.Kerjaan gimana??"
"Baik juga seperti biasa."nach kan mulai keluar juteknya seorang Laras.
"Kamu masih belum memaafkan kami nduk?ayah dan bunda menyesal nduk,kalau waktu bisa diputar kita lebih memilih membawa kamu bersama kami,
walau pun disana kita harus berjuang lebih keras lagi.Tapi nasi telah menjadi bubur,kami tak bisa memutar waktu,sekarang yang kami inginkan hanya maaf dari kami nduk."Aku memperhatikan semua yang diucapkan tanpa ada niat untuk membalasnya.Diamku membuat ibu Tari yang dari tadi diam akhirnya angkat bicara.
"Bunda hanya ingin kita bisa hidup selayaknya keluarga pada umumnya Nak,walau bunda tahu ini terlambat tapi maukah kamu memberikan kesempatan itu kepada kami nak??"ucapnya sambil menangis.
Aku menghela nafas panjang dan memandang wajah yang ada didepanku,kalau diliat aku ini mirip pak Muhsin,kita bagai pinang dibelah dua.Aku pun mengucap bismillah sebelum aku bicara "saya sudah memaafkan sejak dulu semua perbuatan kalian tapi untuk melupakannya itu tidak mungkin.Luka yang kalian berikan terlalu dalam untukku,sangat susah untuk disembuhkan.Satu hal lagi kenapa baru sekarang kita ingin hidup layaknya keluarga? kenapa nggak 27 tahun yang lalu kalian lakukan itu?saya sudah terlanjut bahagia dengan semua keluarga saya sekarang,saya tidak berniat untuk membuka lembaran baru dengan keluarga kalian,saya takut sakit hati lagi dan lagi.Cukuplah kalian sudah melihat saya baik² saja.
Saya ingin hidup tenang,jadi mari kita kembali kehidupan kita masing²,anggap saja Laras nggak pernah ada dihidup kalian."Ku lihat bu Tari sudah menangis histeris dipelukan pak Muhsin,
apa aku iba jawabannya tidak.
Hatiku sudah sekeras batu saat berhubungan dengan beliau."Laras kenapa kamu bicara begitu nduk?kami ini orang tua kamu,
orang tua kandung kamu!Kamu ingin jadi anak durhaka!!"pak Muhsin mulai kelihatan marah semua terdengar dari ucapannya barusan padaku."Durhaka??"aku terkekeh setelah mendengar ucapan itu,dan lanjut berkata "bukan hanya anak yang bisa durhaka sama orang tua tapi orang tua pun bisa durhaka sana anak.Dan kalian sudah durhaka padaku,yang kalian anggap sebagai anak!"ucapanku naik satu oktaf, sekarang aku tahu dari mana sifat keras kepalaku ini, ternyata dari sosok lelaki yang ada didepanku kini.Benar kata orang kalau darah lebih kental dari pada air,aku pun meniru sifat jeleknya.
"Kamu nggak boleh egois!kamu nggak akan bisa ada disini kalau bundamu tidak berjuang melahirkan kamu!bundamu sudah bertarung nyawa untuk melahirkan kamu camkan itu!ucap pak Mukhsin penuh penekanan dan amarah,sambil menunjuk wajahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ceritaku
Ficção GeralWAJIB Follow dulu ya sebelum membaca thanks !!!! Ini berisi kumpulan cerita dan yang pasti dengan konflik yang ringan dan berakhir dengan happy ending karena aku nggak suka sad ending. Ini murni karangan saya pribadi dan masih dalam tahap belajar.Ja...