status"istri"(part 8)end🍁

21 4 4
                                    


Kehidupan rumah tangga pasti ada pasang surutnya,kadang ada sedih kadang ada juga bahagia.
Suka tidak suka semuanya harus kita lewati berdua,saling menguatkan satu sama lain.
Seperti saat ini kita masih ada di Banjarmasin,dimana kedua orang tua kandungku tinggal.
Sudah dua hari kita disini,pak Muhsin atau ayah kandungku meninggal dunia dua hari yang lalu.Beliau tidak sakit atau apa pun,tiba² saja pingsan saat sholat subuh,begitu di bawa Ke RS ternyata sudah meninggal.

Shock sudah pasti itu yang dialami bu Tari dan kedua anak kembarnya,Rizka dan Rizki.Aku pun kaget saat dikabari beliau meninggal dan hari itu juga kami sekeluarga langsung terbang ke Balikpapan.Kami sempat terkendala masalah jarak jadi kita sampai sana beliau sudah dimakamkan.Bu Tari menangis tersedu-sedu dipelukan ibu, beliau kelihatan terpukul atas meninggalnya pak Muhsin.Aku hanya bisa diam melihat pemandangan didepanku,kalau ditanya sedih atau enggak,aku nggak tahu bagaimana menjabarkan perasaanku saat ini.Kalau boleh jujur hatiku biasa saja,sedih tapi nggak terlalu,apa hatiku yang sekeras batu atau karena sudah terbiasa tanpanya jadi ada atau enggak ada sama saja,nggak ada bedanya.

"Kamu nggak papa kan yang?"aku melihat istriku melamun di belakangnya rumah.

"Enggak papa mas,aku cuma lagi bingung aja."jawabku.

"Bingung kenapa??"aku duduk dilantai tepat didepan ia duduk.

"Bingung aja sama perasaanku saat ini,harusnya aku sedih atau nangis kehilangan ayah kandungku,tapi aku merasa biasa saja.Apa aku punya gangguan mental ya mas,aku pengin konsultasi ke psikolog dari dulu tapi aku takut dicap gila,aku bingung."jawabku lemah sambil menatap wajah mas Damar yang ada didepanku.

"Setelah pulang mau mencoba konsultasi ke psikolog,mas punya teman kuliah yang buka praktek konseling gitu.Setelah pulang dari sini kita bisa buat janji gimana??"mungkin Laras butuh seseorang yang profesional yang paham akan hal itu.Aku takut jika Laras punya trauma atau ketakutan yang selama ini dia pendam sendiri.

"Kalau aku gila gimana?mas akan ninggalin aku juga seperti ayah dan bunda??"ucapku pelan.

Aku langsung memeluk tubuhnya erat,aku yakin dia punya trauma dan butuh penanganan dari ahlinya."mas nggak akan ninggalin kamu gimana pun keadaan kamu nanti.Mau ya konsultasi,mas cuma pengin kamu sehat dan bisa lepas dari semua yang bayangan masa lalu yang menghantui kamu selama ini."ucapku.

"Aku mau,tapi jangan pernah tinggalin aku ya mas??"

"Mas janji sayang,mas temani setiap prosesnya."

"Terima kasih."ucapku tulus sambil memeluk tubuhnya.Aku ingin bisa berdamai dengan semuanya,ingin bisa hidup tanpa ada dendam dan trauma,pengin bisa hidup normal seperti orang lain pada umumnya.

🍁🍁🍁🍁🍁

Setelah 3 hari disini kami pamit untuk pulang terlebih dahulu,ibu dan bapak masih disini mungkin sampai 7 harian atau lebih.Tak ada air mata saat aku pamit pulang,hanya bu Tari yang terus menangis saat aku pamit.Rizka dan Rizki juga ikut nangis,aku hanya bisa diam melihat semua itu,aku nggak bisa ikutan nangis sama seperti mereka atau merasa kehilangan.

Saat tiba di bandara,mas Damar mengabari ibu mertua dan bapak kalau kami ingin liburan beberapa hari di kota.Kami nggak mau sampai orang tua khawatir dengan keadaanku,jadi terpaksa kami menutupi semua itu dari kedua orang tua kami.
Kami langsung cari hotel yang deket dengan tempat praktek RS,
tadinya mau konsultasi dengan teman mas Damar tapi aku malu, jadinya kami putuskan untuk datang ke salah satu RS terbaik atas rekomendasi seseorang.

Kami sudah daftar online dan kita akan kesana jam 3 sore,jadi masih ada waktu banyak untuk istirahat dulu dihotel.
"Aku kok deg degan ya mas??"

"Wajar karena ini yang pertama tapi nanti juga terbiasa.Mas dulu pernah ke psikolog lho saat masih kuliah."kataku.

CeritakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang