CHAPTER 35

535 87 4
                                    

----

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-
-
-
-

Pagi itu, suasana di ruang makan sedikit sunyi. Adel duduk di antara kedua orang tuanya, sesekali menyeruput susu sambil sesekali melirik Gracia dan Antonio. Sudah seminggu berlalu sejak ia keluar dari rumah sakit, dan ini adalah hari ketiga dia kembali ke sekolah setelah liburan berakhir. Namun, ada satu pertanyaan yang terus-menerus muncul di benaknya.

"Momy, Papi..." Adel akhirnya memecah keheningan, suaranya sedikit ragu, "Ci Shani kok nggak pernah hubungin Dedel ya? Biasanya kan dia paling nggak, ngirim pesan atau nelpon gitu."

Antonio dan Gracia saling berpandangan. Ini bukan pertama kalinya Adel bertanya, dan setiap kali Adel menanyakan hak itu, mereka terpaksa harus mencari cara agar Adel tetap tenang tanpa curiga. "Cicimu lagi ada urusan penting, sayang... makanya belum bisa ketemu," jawab Papi hati-hati.

"Urusan penting apa sih, Pi? Masa dari aku di rumah sakit sampai sekarang, dia nggak ada kabar sama sekali?" Adel mengerutkan dahi, mulai merasa ada yang janggal.

Mami menghela napas dan meraih tangan Adel, mencoba menenangkan. "Nanti juga Cici pulang, kok. Kamu sabar dulu ya, sayang. Lagi pula, sekarang fokus aja sekolah biar kamu bisa balik beraktivitas seperti biasa."

Adel mendengus kecil, tapi akhirnya mengangguk juga. "Iya deh, Momy. Tapi serius deh, kayaknya Cici tuh sibuk banget, padahal Dedel juga pengen cerita sama cici..."

Antonio mengalihkan pembicaraan, mencoba mengubah topik, "Dedel, udah siap belum? Hari ini diantar Pak Slamet lagi, ya. Biar Papi sama Momy tenang. Kamu baru aja sembuh, jangan capek-capek dulu."

Adel mengangguk pelan, masih tak puas dengan jawaban yang ia dapat. Namun, ia memutuskan untuk tidak mendesak lebih jauh. Setelah berpamitan, ia pun berangkat diantar oleh Pak Slamet. Meski kini dia kembali menjalani aktivitas normal, orang tuanya tetap merasa khawatir, terutama mengingat kejadian-kejadian buruk yang sempat menimpa putri-putrinya.

Antonio masih teringat percakapan seriusnya dengan teman-teman Adel yang menceritakan kejadian selama mereka di Paris, tentang Mira yang tewas, penculikan Shani, hingga bagaimana semuanya berakhir tragis dan Adel koma.

Sambil memandang mobil yang membawa Adel pergi, Antonio mengepalkan tangan, masih dipenuhi dendam dan amarah. Ia sudah memerintahkan anak buahnya untuk menyelidiki siapa yang berani mengusik keluarganya. Siapapun pelakunya, Antonio tidak akan tinggal diam sampai semuanya tuntas. Meskipun sampai saat ini belum ada petunjuk dan hasil yang ia dapatkan selama penyelidikannya.

******************

Sesampainya di sekolah, Adel turun dari mobil dan berjalan memasuki koridor bersama teman-temannya Oniel, Olla, Lulu, dan Flora. Mereka berbincang ringan, sesekali tertawa ketika Oniel melontarkan lelucon-lelucon recehnya. Adel pun ikut tersenyum, merasa nyaman bersama mereka.

I'M ADELIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang