33

12 5 4
                                    

Flashback

Hari itu, Gyera bersiap untuk berangkat ke kerajaan Nakyang, didampingi oleh Komandan Hwan, beberapa dayang, dan prajurit lainnya.

Jasil, ibunya, mengantar Gyera dengan penuh kasih sayang hingga putrinya benar-benar pergi, rasa khawatir terlihat di matanya meski ia tetap menampilkan senyuman.

Namun, di malam pertama setelah keberangkatan Gyera, sebuah mimpi buruk menghantui Jasil.

Dalam mimpinya, ia melihat seorang gadis yang wajahnya terasa familiar, melangkah mendekati Gyera yang tengah tertidur pulas. Gadis itu mendekat dengan tatapan tajam penuh kebencian dan dendam, tangan kanannya menggenggam kuat sebuah jepit rambut coral yang berkilauan di bawah cahaya remang.

Semakin dekat gadis itu mendekat, semakin tegang suasana terasa. Jasil yang seakan melihat semuanya dari kejauhan hanya bisa merasakan ketakutan menyergapnya, tubuhnya seolah tertahan, tak bisa berteriak atau bergerak. Gadis itu berhenti sesaat di samping Gyera, menatapnya dengan intens seakan ingin menghabisinya.

Lalu, dalam sepersekian detik, tangan gadis itu terangkat tinggi, menghunuskan jepit rambut coral tepat ke arah dada Gyera.

Tepat saat benda itu hampir menusuk, Jasil terbangun dengan napas memburu, tubuhnya basah oleh keringat dingin. Hatinya sesak, antara heran dan cemas, perasaan takut akan keselamatan putrinya merayapi pikirannya, tak bisa hilang begitu saja.

Di tengah kekhawatirannya, Jasil berusaha untuk mengingat siapa gadis itu. Matanya terpejam, pikirannya mencerna setiap fragmen yang mengusik benaknya. Setelah beberapa detik yang terasa sangat lama, ia akhirnya menyadari siapa gadis itu. Daeun. Gadis yang pernah ia lihat mengenakan jepit rambut coral yang sama saat berada di kerajaan Nakrang beberapa waktu lalu.

Kenyataan itu membuat Jasil terkejut seolah mengingat dan mengerti sesuatu.bayi, yang ia kira sudah mati, ternyata masih hidup. Perasaan campur aduk menghantui dirinya: takut, marah, dan bingung.anak itu, yang menurutnya akan mengusik kehidupan putrinya, masih hidup. Itu berarti ancaman dari masa lalu yang ia coba sembunyikan, ancaman yang terkait dengan bayi yang sudah mati itu,masih ada.

Perasaan marah mulai menguasai Jasil. Ia merasa sangat marah pada dirinya sendiri karena tidak melindungi putrinya dengan lebih baik,tak benar benar memastikan bahwa bayi itu benar benar mati.

Bayi perempuan itu , yang telah lama ia anggap mati, kembali muncul dalam hidupnya dan menjadi ancaman yang begitu besar. Sementara itu, putrinya, Gyera, tidak tahu apa yang sedang terjadi di balik layar, dan Jasil merasa harus melindunginya dari apapun yang mengancam.

"Dia tak boleh mengusik hidup Gyera," pikir Jasil dengan tegas. "Aku takkan biarkan itu terjadi."

Rasa takut dan marah yang bercampur itu semakin memuncak. Jasil tahu bahwa mimpi buruk yang baru saja dialaminya bukanlah kebetulan, itu adalah peringatan.

Peringatan bahwa daeun, yang mungkin mengetahui lebih banyak dari yang ia duga, adalah ancaman bagi putrinya. Dengan tekad yang semakin kuat, Jasil berjanji tidak akan membiarkan Daeun mengusik hidup Gyera. Ia harus segera mengambil langkah untuk memastikan bahwa gadis itu tidak mendekati putrinya lagi, apapun yang terjadi.

Kekhawatiran Jasil semakin mendalam ketika ia menulis surat untuk Komandan Hwan, mengarahkan segala perhatiannya pada Daeun. Setiap kata yang ditulis terasa penuh beban, seolah-olah ia sedang mengungkapkan sebuah perintah yang tak bisa ditolak.

“Periksa luka di dada gadis itu,gadis yang dulu pernah datang ke kerajaan nakrang untuk mengobati para penasehat” tulisnya, dengan tangan yang sedikit gemetar. Bagaimana bisa ia mengungkapkan sesuatu seperti ini? Tetapi, ini adalah langkah yang harus diambil demi masa depan kerajaan Nakrang yang harus jatuh ke tangan putrinya...gyera.

DALEUN{ongoing}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang