______🔥
Malam itu, dengan hati yang berat namun penuh tekad, Hugo dan Janeera mempersiapkan ritual yang akan membawa mereka ke dalam alam bawah sadar Liam. Mereka berdiri di ruang tengah, di sekitar altar kecil yang telah dipersiapkan dengan berbagai simbol dan benda-benda mistik. Siren berdiri di samping mereka, mengawasi setiap langkah dengan penuh perhatian.
"Perhatikan setiap detail," kata Siren dengan nada serius. "Ritual ini bukan hanya tentang memasuki alam bawah sadar Liam, tetapi juga tentang menghadapinya. Ketakutannya, ingatannya, dan semua yang ia sembunyikan. Kalian harus kuat. Jika kalian goyah, bahkan sedikit saja, itu bisa berbahaya bagi kalian dan bagi Liam."
Hugo mengangguk, meski masih ada rasa ragu yang menggelayuti hatinya. Ia memandang Janeera, yang juga terlihat serius dan sedikit cemas. Mereka berdua tahu betul bahwa ini bukan hanya ujian bagi Liam, tapi juga bagi diri mereka sendiri. Keberhasilan ritual ini bergantung pada seberapa jauh mereka bisa menjaga ketenangan dan fokus mereka, meski alam bawah sadar Liam penuh dengan bayang-bayang ketakutan yang mematikan.
Siren melangkah maju, mengambil sebuah kristal besar dan memecahnya menjadi dua bagian dengan gerakan halus. Cahaya biru samar mulai memancar dari kedua sisi kristal itu, menyoroti altar di depan mereka. "Kalian siap?"
Hugo dan Janeera saling bertukar pandang, lalu mengangguk dengan penuh keyakinan.
"Mulailah," kata Siren, dan dengan itu, mereka memulai ritual yang telah dipersiapkan. Mereka duduk berseberangan di altar, menutup mata mereka, dan memfokuskan pikiran mereka pada Liam. Dalam hitungan detik, sebuah kabut tipis mulai menyelimuti ruang di sekitar mereka, dan dunia nyata seolah memudar.
Mereka merasa tubuh mereka seolah melayang, menuju sebuah ruang yang gelap dan kosong. Di dalamnya, mereka bisa merasakan udara yang dingin dan berat, dipenuhi dengan kesepian dan rasa takut yang menyusup ke dalam jiwa mereka. Suara gema ketakutan terdengar di kejauhan, seakan dari lubuk terdalam pikiran Liam yang terperangkap.
"Tetap bersama," suara Siren terdengar samar, seolah berasal dari sebuah tempat yang jauh. "Jangan terpisah."
Dengan hati-hati, Hugo dan Janeera melangkah maju, menelusuri lorong kabut yang tampak tanpa ujung. Mereka merasakan ketakutan dan keraguan yang menggelayuti setiap langkah, seolah dunia ini sendiri adalah bayangan ketakutan Liam yang mulai menguasai segalanya. Mereka melihat gambar-gambar samar—wajah yang tersenyum, wajah yang menangis, kenangan yang membingungkan, semuanya bercampur aduk.
Lalu, di tengah lorong kabut, mereka mendengar suara yang memanggil nama mereka.
"Hugo… Janeera…"
Itu adalah suara Liam, namun terdengar sangat berbeda, seakan suara itu dipenuhi dengan kebingungannya. Mereka berdua berhenti, merasakan getaran di udara. Pemandangan di sekitar mereka berubah seketika, menampilkan bayangan Liam, berdiri dalam kegelapan yang pekat, matanya kosong dan penuh kebingungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forest of the vampire (END)
Vampiros⚠️Cerita ini berkaitan dengan cerita yang ada di TDC (THE DARK CLOUD)-dengan melanjutkan alur ceritanya, untuk cast nya tetap sama TREAMON, tapi berbeda sifat dan karakter aja. Tidak berada jauh dari kota seoul, tepatnya di Ahopsan forest, dijuluki...