Tragedi

2.6K 158 0
                                    

"Ia, aku bakal cepat kesana. Ia! Ia, aku janji. Bye, Jongin..."

Sehun menghela napas sambil mematikan sambungan teleponnya. Sahabatnya itu memang sangat cerewet, dan hari ini adalah ulang tahun Jongin. Sehun ingin merayakan ulang tahun sahabat terbaiknya itu.

"Eomma, aku pergi dulu, ne. Annyeong," setelah pamitan singkat itu, Sehun segera meraih kunci mobilnya di gantungan dan melesat pergi menuju rumah Jongin.

Sehun meletakkan kue tart buatannya sendiri di jok penumpang samping joknya. Dia tersenyum puas akan hasil buatannya sendiri. Meski rasanya akan meracuni, setidaknya dia sudah berusaha.

Sehun mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Dia sampai di jalan protokol kota Seoul yang nampak sepi. Dia berniat melajukan laju mobilnya saat melintasi fly over yang sepi dan renggang.

Sehun mengerutkan keningnya heran saat melihat mobil di depannya yang tidak beres. Dia lalu memelankan mobilnya dan berniat membantu ahjussi yang kesusahan dengan mobilnya, sebelum...

BLAAAR!!!

.
.
.

14 Januari, 2015.

Hari ini keluarga besar Oh sedang berduka. Salah satu anggota mereka tertabrak mobil dari belakang saat melambatkan laju mobilnya dan terjun dari atas fly over yang ketinggiannya tidak bisa dibilang 'tidak terlalu tinggi' lagi.

"Ini semua salahku... hiks..." Jongin tidak berhenti menangis dari tadi. Dia merasa semua itu salahnya karena dia yang memaksa Sehun untuk cepat-cepat ke rumahnya karena Jongin sendiri tidak sabar dengan kue buatan Sehun.

"Sudahlah, Hun. Ini tragedi, bukan salahmu." Kyungsoo, salah satu sahabat Sehun dan Jongin menenangkan Jongin, walau sebenarnya juga air matanya tidak berhenti mengalir. Mereka semua menunggu keputusan dokter di rumah sakit. Bahkan ayah Sehun tidak bisa diam, terus mondar-mandir didepan ruang operasi.

"Ta-tapi tadi aku selintas melihat Sehun dadanya sobek, lalu kepalanya... huaaaaa!!!" Tangis Jongin meledak mengingat keadaan Sehun yang dia lihat tadi.

"Jongin! Berhentilah menangis! Dia pasti baik-baik saja..." bentak Joonmyeon. "Kalau kau sedih, aku juga ikut sedih... hiks..." Joonmyeon menghapus air matanya kasar.

Ya, sekarang sahabat-sahabat Sehun sedang berkumpul di rumah sakit, mengkhawatirkan keadaan Sehun, magnae mereka.

Chanyeol hanya menatap Jongin sendu sambil terus menengangkan Baekhyun disampingnya. Minseok bahkan tidak bisa diam, terus-terusan mondar-mandir. Jongdae hanya bisa menutupi wajahnya. Yixing menelepon salah satu dari mereka yang ada diluar kota.

"Mwo?! Sehun kecelakaan?!"

"N-ne, Tao, a-aku sendiri tidak menyangka..." jawab Yixing sambil meredam tangisannya agar dapat menjawab telfon dengan fasih.

"Ba... bagaimana bisa, Yixing..." suara Tao terdengar parau dan lemah. Mungkin sekarang Tao merasa darah ditubuhnya hilang semua.

"Di... dia terlempar dari... uh..." Yixing menggantungkan pertanyaannya dan menatap sahabat-sahabatnya seakan mengatakan 'apa aku harus mengatakannya?'

Mereka yang tau maksud Yixing mengangguk pelan. Mereka memang menguping pembicaraan Yixing sedari tadi.

"Dari mana?!" Tanya Tao gusar di seberang sana.

"Da-dari fly over..." suara Yixing memelan.

"MWO?!" Teriak Tao di seberang sana yang memekakan telinga, bahkan membuat telinga Yixing lumpuh sesaat. "Jinjja... aigoo..." diseberang sana Tao mulai menangis. Dia kehabisan kata-kata. Yixing tau itu karena isakan Tao terdengar jelas di telefon. Itu membuat Yixing sakit dan semakin sedih.

"Aku akan memesan tiket pesawat China-Korea sekarang untuk penerbangan berikutnya. Aku akan pulang kesana."

"Jangan, Tao! Aku takut kau kenapa-kenapa..." Yixing gusar, tentu saja. Dia takut Tao panik dan kenapa-kenapa. Saat ini hanya cukup Sehun.

Tao mendesah pelan di telfon. Mungkin sekarang dia sedang mencoba tersenyum. "Na arasso, hyung. Aku akan berhati-hati."

"Ba-baiklah, berhati-hatilah, Tao. Hubungi aku begitu sampai, aku akan menjeputmu."

"Ne, gamsahabnida. Annyeong..."

Klik. Tao mematikan sambungan sebelum Yixing mengucapkan salam. Yixing menggigit handphone-nya tanpa sadar, dia tau pasti sekarang Tao panik bukan main.

Dia pun mengirim Tao Line.

' Tao, safe flying. Berhati-hatilah di jalan, jangan terlalu menghkawatirkan kami. Saat ini khawatirilah dirimu dulu.'

Yixing mengirim 'send'. Dia tersenyum puas, mungkin Tao akan membacanya lain waktu, saat dia sudah tenang.

Mereka semua kembali fokus ke pikiran masing-masing saat yakin Yixing telah selesai dengan melihat senyum puas Yixing.

Eomma Sehun memandang kesembilan sahabatnya sendu. Dia tersenyum getir melihat betapa setianya sahabat anaknya menunggu kepastian dokter.

setelah lama menunggu akhirnya dokter keluar ruangan. Spontan semua langsung berdiri melihat dokter.

"Dokter, bagaimana keadaan anak saya?!" Tanya appa Sehun gusar.

Dokter tersenyum. "Anak anda memiliki semangat hidup tinggi! Sekarang dia sedang berjuang menghadapi masa-masa kritis."

Semua menghela napas lega mendengarnya, walaupun kata-kata 'kritis' itu masih membuat sesak. Tapi setidaknya, Sehun tidak meninggal.

"Sekarang dia akan dibawa ke ruang ICU. Kami memberinya alat penunjang hidup untuk membantu perjuangannya." Setelah dokter melanjutkan kata-katanya, dia tersenyum simpul. "Permisi." Setelah memberi hormat, dokter itu pergi.

***

Halo...

Ini fanfic EXO keempat ku!!

Akhirnya bisa terbit juga.. awalnya sih bingung mau cerita kayak mana,, tapi setelah mendapat inspirasi dari buku novel milik saudaraku yang kubaca, akhirnya bisa nerbitin juga (curcol).

Thanks yang udah setia baca fanfic-ku dan yang udah mau baca fanfic ini!!

Annyeong!!

360 HoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang