Day-5

700 95 0
                                    

"Noona..., apa kau tidak mau masuk? Mau sakit, eoh?" Ucap Sehun pada yeoja dihadapannya. Sedari sore tadi yeoja tersebut hanya mau diam di balkon tanpa mengucapkan sepatah katapun. "Udara mulai dingin, masuklah. Nanti kau kubuatkan ko—" lanjutnya, namun diputus oleh yeoja dihadapannya.

"Shireo!! Sehun-ah, aku mau sendiri!!"

Blam!! Dia menutup pintu balkon keras dan menguncinya dari luar.

Sehun hanya menghela napas jengah. Yeoja itu memang keras kepala, saking kerasnya melebihi batu karang. Namun mau gimana lagi? Sehun harus tahan menjaganya sampai waktunya  berakhir.

Di luar balkon, Joy menulis diarynya.

'2 Mei 2015

Tuhan, kenapa Dongtae hadir lagi dalam hidupku? Menatap wajahnya membuatku mengulang semua memori pahitku dulu. Apa aku tidak diberi waktu untuk melupakan semuanya? Bahkan eommaku belum 100 hari sejak kepergiannya. Tapi kenapa aku kembali merasa hatiku disayat? Dia membuatku rindu eomma, appa, dan Taehyung. Aku sudah mengecewakan mereka. Aku sudah tidak kuat lagi, sungguh. Aku tidak mau hidup lagi. Aku sudah lelah.'

***

Pukul 00:03, 3 Mei 2015.

"Eung... noona... Joy noona..." Sehun mengucek matanya. Saat dia menyadari dia tertidur, dia segera bangkit berdiri. "Aigo, Oh Sehun! Bagaimana bisa kau tertidur!"

Dia dengan cepat berlari mencari Joy karena perasaannya tidak enak. Dia terus berlari mengelilingi rumah itu sampai akhirnya menemui Joy yang tergeletak di bathub dengan botol pil di genggamannya.

"JOY NOONA!!"

***

Eomma dan appa Sehun menatap nanar namja dihadapan mereka yang tertidur dengan alat penunjang kehidupan.

"Hiks..., anakku, Oh Sehun..." isakkan eomma Sehun mulai terdengar. Dengan cepat suaminya merangkulnya dengan penuh kasih sayang. "Ini sudah lima hari, kenapa kau tidak sadar juga, sayang?" Tanyanya, walau ia sudah tau kalau namja dihadapannya tersebut tidak akan mendengarnya.

"Sudahlah, dia pasti akan kembali ke pelukan kita." Hibur appa Sehun sambil tersenyum pahit.

***

"NOONA! NOONA! BANGUN, NOONA!"

Dengan cepat Sehun menggendong Joy ala bridal dan menidurkan Joy di kasur. Dia mengecek denyut jantung Joy yang melemah. Ia memberi Joy nafas buatan dan mencoba mengejutkan jantung Joy, sesekali kembali mengecek denyut jantung Joy.

Denyutnya melemah...,

Melemah...,

Dan akhirnya berhenti.

Sehun yang belum bisa mencerna apa yang terjadi hanya bisa Shock. Tidak, tidak mungkin Joy meninggalkannya.

Dengan cepat ia menyambar obat yang tadi diteguk Joy dalam jumlah banyak.

'Obat penyakit jantung'

Sehun sangat tidak percaya dengan apa yang ia baca. Kenapa Joy meneguk obat itu? Apa semua itu karena namja yang kemarin datang kemari?

Seketika muncul beribu penyesalan di benaknya karena bisa-bisanya ia tertidur. Dia memukul-mukul dadanya menghukum diri sendiri. Air mata terus berjatuhan deras.

Tangan Sehun seketika melemah dan menjatuhkan obat itu. Dia memegang pipi Joy yang mendingin dengan gemetar. Dia tidak percaya ini semua. Dia mengerang frustasi dan menjambak rambutnya. Dia tidak percaya ini. Bahkan sebelumnya ia telah melupakan alasan sesungguhnya ia kemari. Dalam benaknya hanya ada Joy, Joy, dan Joy. Yeoja itu serasa menghipnotisnya. Yeoja itu membuat Sehun menyadari satu perasaan. Perasaan yang kadang susah dijabarkan namun perasaan yang membuatnya nyaman. Ya, perasaan suka.

Dia menangis saat menarik tangannya dari pipi Joy, dan tanpa sengaja ia melihat jam aneh di telapak tangannya. Seketika dia tersenyum dan terbelalak, dia mengingat akan satu hal. Ya, masih ada satu, dan hanya itulah harapan yang ia punya.

"MOON JAE NOONA..., AKU BUTUH BANTUANMU!"

Yang ada dibenaknya hanyalah sosok malaikat cantik yang mengutusnya kemari. Dia ingat dia masih mempunyai satu kesempatan lagi.

Tiba-tiba dibelakangnya muncul secercah cahaya kecil yang melebar dan berakhir dengan sesosok yeoja cantik bersayap.

"Kau memanggilku, Oh Sehun?" Tanyanya lembut.

Sehun membalik badan dan menatap malaikat dihadapannya. "Moon Jae noona, aku... masih punya satu kesempatan, kan?" Tanyanya agak ragu.

Moon Jae mengangguk. "Apa kau gagal menjaganya dan memintaku memberikan satu kesempatan lagi?" Tanyanya, dan sangat tepat sasaran.

Sehun mengangguk. "Apa bisa?"

Moon Jae agak berpikir. "Sejujurnya kau sudah gagal, tapi apa boleh buat karena kau masih punya satu kesempatan. Arraseo, akan kukabulkan. Tapi kesempatanmu akan habis, Oh Sehun."

"Apapun itu, asalkan Joy kembali." Ucap Sehun mantap.

Moon Jae terkekeh. "Apa kau menyukainya, eoh?"

Blush. Pertanyaan itu benar-benar membuat Sehun bungkam.
Moon Jae terkekeh lagi. Dia berjalan menuju Joy dan menyentuh dadanya. "Benar kan, kau menyukainya." Setelah mengatakannya, Moon Jae terpejam dan menarik nafas panjang. Dia berkata setelah menghembuskan nafasnya, "Park Soo Young, kembalilah." Dan dengan ajaib, Joy kembali bernafas walau masih tertidur. "Sekarang dia tertidur. Aku akan pergi dan kembali pada hari terakhir untuk menentukan kau berhasil atau tidak. Annyeong," pamitnya yang membuat Sehun yang sedari tadi terdiam bergidik dengan kalimat terakhir yang diucapkan Moon Jae.

Sehun mendudukkan dirinya di pinggir kasur yang Joy tiduri begitu Moon Jae pergi. Dia mengenggam tangan Joy yang mulai menghangat. Senyum terukir di bibir plum-nya.

Joy noona, mulai sekarang aku akan menjagamu lebih baik lagi.

***



360 HoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang