The Past

664 95 0
                                    

"Wah, kau adalah yeoja yang beruntung, Joy...!" Wendy menepuk pundak sahabatnya yang sedang berbahagia itu. Bagaimana tidak? Seorang yeoja cantik dan manis itu baru berpacaran dengan seorang Dongtae, anak pemegang saham terbesar di perusahaan fashion ternama.

"Ah, kau bisa saja, Wendy!" Jawab Joy sambil salah tingkah.

Wendy tersenyum kepada Joy. "Baiklah, kalau begitu aku akan menyusul Irene ke kantin. Annyeong~" Wendy melambaikan tangannya kepada Joy lalu berlari kecil menuju kafetaria.

***

"Yo, bro!" Dongtae bertos ria dengan sahabat-sahabatnya.

"Gimana?" Tanya salah satu sahabatnya sambil menaik-turunkan alisnya.

"Haha, tentu saja berhasil. Dia itu yeoja polos!" Jawab Dongtae yang langsung disambut oleh tawaan para teman-temannya.

Mereka asik bercengkrama tanpa mengetahui ada namja yang menguping dibalik tembok.

***

Irene membanting sumpit begitu Wendy menceritakan tentang Joy. "Cih, bisa-bisanya yeoja biasa dilirik seorang Dongtae, sedangkan aku yang dari penampilan saja sudah jauh melebihi dia bahkan dilirikpun tidak oleh Dongtae! Keterlaluan!"

"Mungkin Dongtae hanya memanfaatkan Joy, Irine-ah." Jawab Wendy dengan suara memelan, karena kafetaria ink ramai dan dia enggan orang-orang mendengarnya berbicara. "Kau tau kan Joy itu yeoja yang polos?"

Irine menatap Wendy agak lama. "Mungkin. Tapi apa iya?"

"Aish, kau ini." Wendy menyandarkan dirinya di kursi kafetaria, lalu memajukan badannya lagi. "Kau ingat? Bukannya beberapa waktu lalu Dongtae bilang kalau kriterianya adalah yeoja berambut pendek dan berpipi tirus? Joy bahkan kebalikannya."

Irine mengeluarkan smirk-nya. "Aigo, bagaimana aku bisa melupakannya." Dia memajukan wajahnya dan berbisik pada Wendy. "Mari kita rusak hubungan mereka."

***

"Joy-ah! Joy-ah!"

Seorang namja menghampiri Joy yang sedang bernyanyi-nyanyi sambil membeli minum di fending machine dengan tergesa-gesa.

Dengan cepat Joy menengok kearah suara namja yang memanggilnya itu.

"Taehyung? Waeyo?"

Taehyung belum menjawab dan masih mengatur napasnya. Saat melihat keadaan Taehyung Joy segera membeli lagi sekaleng minuman untuk Taehyung.

Taehyung dengan cepat menyambar minuman itu dan meneguknya sampai habis. "Gamsahabnida," ucapnya sambil mengelap mulutnya dari air minum.

"Ada apa Tae-ya? Tidak biasanya kau tergesa-gesa begini." Tanya Joy begitu heran karena ia tau betul sifat sahabatnya itu yang benci terburu-buru. Sahabatnya bahkan pernah terlambat dan dengan santainya ia tetap berjalan pelan dan berakhir dihukum oleh Song songsaenim.

"Sebelum itu aku mau kau jangan marah." Ucap Taehyung memelan sambil menatap lekat bola mata Joy.

Joy menghela napas. Ia merasa Taehyung mengulur waktu dan ia sangat benci itu. "Arra." Ucapnya singkat.

Taehyung menghela napas panjang sambil memejamkan mata lalu memulai ceritanya.

"Dongtae. Dia... memanfaatkanmu."

***

Joy menatap mata namja didepannya lekat-lekat. Dia menatapnya sangat lama, bahkan ia tidak tau sudah selama apa dia menatap namja didepan matanya.

"Ehem." Deheman Sehun menyadarkan Joy dari lamunannya. Tentu saja hanya Joy.

"Apa yang kaulakukan disini?" Tanya Joy dengan datar.

"Aku merindukanmu." Jawab namja didepannya. Ya. Dongtae.

"Kau menyakitiku."

"Aku tidak. Taehyung berbohong."

"Aku tau dia tidak berbohong. Kaulah yang berbohong."

Siapa lagi itu Taehyung? Sehun bertanya dalam hatinya. Banyak hal yang tidak dia tau dan itu membuat kepalanya menjadi pusing.

"Kembali padaku."

"Aku tidak akan mengulang kesalahan yang sama."

"Bersamaku bukanlah suatu kesalahan."

Joy terkekeh mendengar penuturan namja dihadapannya. Dia setengah mati menahan air matanya yang mendesak keluar.

"Kau bahkan tidak mempersilahkanku masuk."

"Kau tidak berhak untuk masuk."
Sehun yang sedari tadi menyaksikan dan tidak bisa berbuat apa-apa hanya bisa menahan emosinya.

"Jelaskan apa salahku."

Joy menatap namja itu cepat. Dia terkekeh. "Apa salahmu? Kau bahkan merusak hidupku, Kim Dongtae." Ucapnya sakrastik. "Kau menghancurkan hatiku, dan menghancurkan persahabatanku dengan Taehyung. Kau tau seberapa besar aku menyayanginya?!" Lanjutnya tanpa mengizinkan Dongtae berbicara.

Tanpa sadar air mata Joy menetes begitu saja. "Dan kau memutuskanku tepat saat kau tai bahwa ibuku meninggal terbunuh oleh ayahku sendiri." Joy mulai terisak. "Bahkan saat itu pandanganmu padaku sudah seperti memandang sampah. Sekarang aku sudah tidak memiliki apa-apa dan apa itu belum cukup bagimu?!"

"Joy... mianhae.." lirih Dongtae.

"Apa lagi yang akan kaulakukan?! Apa kau akan membunuhku?!" Dia menatap Dongtae tajam. "Pergi sekarang juga."

"Ta-tapi Joy.."

"Kubilang pergi!"

Tepat saat mengatakan begitu Joy membanting pintu rumahnya. Kakinya melemas dan dia berakhir jatuh tersujud didepan pintu rumahnya. Dia menangis sekeras yang ia bisa, dan membuat hati Sehun yang mendengarnya menjadi pilu.

Sehun segera merengkuh tubuh Joy yang tidak bisa berhenti bergetar. Dia membalikkan tubuh Joy lalu kembali merengkuh tubuh itu erat.

Joy mianhae., lagi-lagi aku tidak bisa melindungimu.

***

360 HoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang